Gadis Lugu Liar Galak

LINJIANGFU



LINJIANGFU

0Pemilik kedai mengeluarkan seruling dan meniupnya beberapa kali.     
0

Segerombolan orang berbaju hitam tiba-tiba bergegas keluar…     

"Kalian bawa pergi barang-barang itu, soalnya aku hendak membunuh mereka semua."      

Ketika segerombolan orang berbaju hitam mendengarnya, mereka naik gerobak dan segera pergi.      

Namun pada saat ini, semua yang terbaring diatas meja terbangun dari pingsan, kemudian menyerang mereka tanpa persiapan. Ketika mereka menyadarinya, setengah dari segerombolan orang berbaju hitam itu sudah terbunuh.     

Chu Yun mencibir, "Jika kamu ingin mengambil barang kami, lihat dulu, apa kamu masih hidup setelah melawanku!"     

"Kalian... kalian baik-baik saja? Bagaimana mungkin?." Gadis kecil itu sangat marah, "Kombinasi aroma dupaku dan air teh ini tidak mungkin gagal!"     

Lu Sheng menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Ia mengangkat alisnya dan berkata dengan senyuman sinis, "Coba kamu lihat, apa dupamu masih hidup?"     

Ketika gadis kecil itu mendengar pernyataan Lu Sheng, matanya pun melotot lebar. Ia segera menundukkan kepalanya ke bawah meja. Pada saat inilah ia baru menyadari bahwa dupanya mati disiram air teh atau terinjak.     

"Sejak kapan kalian menyadarinya?" Bagaimana mungkin mereka bisa mencium aroma dupanya ini?     

Lu Sheng bersandar di atas meja dan tersenyum, "Sejak masuk ke dalam sini, aku sudah tahu."     

Pemilik kedai itu melihat ke Chu Sihan dengan wajah yang suram, "Apa yang dikatakan Tuan benar. Kami tidak boleh merendahkan kemampuanmu begitu saja!" Mereka merasa lengah.     

Itu masuk akal. Kalau Chu Sihan begitu gampang ditangani, bagaimana dia bisa menduduki jabatan magistrat Linjiangfu pada usia semuda ini?     

"Kalau tidak salah, kalian ini semua berasal dari Anluotang." Chu Sihan berdiri di samping Lu Sheng dengan kedua tangannya di belakang dan berkata kepada pemilik kedai dengan ekspresi tenang.     

Anluotang adalah nama sebuah partai. Tidak ada yang tahu siapa penguasanya. Namun Chu Sihan sangat tahu.     

Beberapa tahun yang lalu Anluotang juga pernah makmur. Hanya saja ketika penguasa Anluotang dibunuh oleh musuh, muridnya Qi Nan pun mengambil alih partai tersebut. Kemudian, status partai itu di dunia persilatan pun menurun.     

Sedangkan Qi Nan, dia orang suruhan Chu Silin. Dia yang mengelabui Chu Sihan untuk keluar dari Huangyang waktu itu. Kemungkinan besar adalah dia.     

Pemilik kedai dan ibu itu saling berpandangan. Kemudian mereka pun menyerang dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba terdengar suara ledakan, disertai asap putih yang menyelimuti badan mereka. "Uhuk, uhuk uhuk..." Mereka yang tidak siap langsung terbatuk karena asap putih tersebut. Untungnya asap putih ini tidak beracun. Kalau tidak, mereka semua yang di sini akan terbunuh.     

Setelah asap putih itu menghilang, orang-orang Anluotang sudah menghilang tanpa jejak. Chu Yun ingin mengejar mereka, namun dihalangi oleh Chu Sihan, "Jangan mengejar mereka, ayo kita berangkat."     

"Baik!" Chu Yun yang menerima perintah segera menyuruh semua anggota bersiap-siap untuk berangkat.     

Tiga hari kemudian, di Linjiangfu.     

Kehidupan kota terasa makmur. Di sana banyak pedagang yang lalu lalang, dan di sana juga bisa melihat pendekar dunia persilatan yang sedang berkeliaran.     

Terdengar suara teriakan pemilik kedai kecil. Suara tawa para tamu terdengar sangat keras. Semua ini menonjolkan kemakmuran sebuah kota.     

Begitu rombongan Chu Sihan tiba di kota, mereka semua menghela napas lega. Kemudian, mereka memiliki perasaan seperti telah kembali ke kampung halaman.     

Semenjak masuk ke dalam kota, Lu Sheng sendiri menjadi bersemangat. Ia bertanya tentang banyak hal. Kadang ia juga mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu yang ia sukai.     

Semua orang di sana kecuali Chu Sihan sangat mengaguminya. Padahal mereka sama-sama berjalan, sama-sama beristirahat. Bahkan kadang Lu Sheng bangun lebih awal daripada mereka. Namun, gadis kecil ini malah sangat bersemangat. Akan tetapi segerombolan pria yang bertubuh besar malah seperti terong yang sudah lunak.     

Segerombolan pria besar kalah dengan seorang gadis kecil. Jika ini diketahui orang luar, muka mereka mau diletakkan dimana?     

Tetapi, begitu memikirkan bahwa Lu Sheng bukan gadis biasa, mereka semua pun segera berpikir kalau mereka tidak perlu merasa malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.