Gadis Lugu Liar Galak

TENDA TEH



TENDA TEH

0 Sepanjang perjalanan, semua orang memanggil Lu Sheng "Nyonya".     
0

Lu Sheng merasa canggung. Akan tetapi ia membalas dengan tersenyum kaku.     

Di sisi lain, Chu Sihan tidak mengatakan sepatah katapun mengenai hal ini. Dia juga tidak mengerti apakah ia terlalu malas untuk menjelaskan atau tidak mau repot-repot menjelaskannya.     

Anehnya beberapa hari ini sepanjang perjalanan terasa damai. Tidak tampak adanya pembunuh bayaran. Namun perasaan semua orang tidak nyaman, karena mereka tahu bahwa ini biasanya tidak berlangsung lama. Entah akan ada bahaya seperti apa yang menunggu mereka.     

"Tuan, di depan sana ada sebuah kedai teh, apakah Anda mau beristirahat sebentar?" Chu Yun memajukan kudanya dan bertanya kepada Chu Sihan.     

"Iya." Chu Sihan menyetujuinya dengan ekspresi dingin. Hanya saja ketika ia melihat Lu Sheng, tatapannya berubah menjadi tatapan penuh kelembutan yang susah dirasakan orang lain.     

Kedai teh ini sangat sederhana. Hanya sebuah tenda besar saja. Dibandingkan dengan kedai teh, tempat ini lebih pantas disebut tenda teh.     

Meja yang disediakan tenda teh cukup untuk rombongan Chu Sihan. Pemilik tenda teh adalah seorang pria yang berusia sekitar tiga puluh tahunan. Tubuhnya kurus dan pendek. Akan tetapi cara kerjanya sangat lincah.     

Selain pemiliknya, terdapat sepasang ibu dan anak. Mereka adalah istri dan anak pemilik tenda teh. Nada bicara mereka berdua sangat lemah lembut. Kini mereka sedang menyambut tamu dengan ramah.     

Melihat Lu Sheng adalah satu-satunya perempuannya dalam rombongan tersebut.Ibu dan anak pun menghampiri Lu Sheng dan kemudian mengatakan, "Kakak, kalian berasal dari mana?" Mata anak gadis yang berkilauan itu menatap Lu Sheng dengan penuh rasa ingin tahu.     

Lu Sheng merasa pertanyaan tersebut sangat mudah dijawabnya. Ia pun menjawab dengan jujur, "Kami mau ke Linjiangfu."     

"Kakak, pria itu tampan sekali. Apakah dia suamimu?"     

Lu Sheng tertegun. Kemudian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Bukan."     

"Kedai teh ini sudah buka berapa lama?" Lu Sheng mengganti topik pembicaraan.     

Ibu itu berkata sambil tersenyum, "Sudah lama, sudah belasan tahun, suamiku mendapatkan kedai ini dari mertuaku baru beberapa tahun..."     

Lu Sheng menganggukkan kepalanya sambil melihat lingkungan sekitar. Kemudian, ia tidak mengatakan apa-apa. Senyumannya terlihat manis. Hanya saja, tatapannya mulai menjadi dingin.     

Sejak kejadian di pos peristirahatan, rombongan Chu Sihan menjadi sangat waspada. Jadi sebelum mereka minum teh, mereka mengeluarkan jarum perak untuk menguji racun pada air teh tersebut, dan melihat tidak ada racun yang terdeteksi. Kemudian mereka pun minum dengan rasa aman.     

Lengan baju Lu Sheng secara tidak sengaja menyentuh mangkuk teh sehingga mangkuk tersebut sedikit miring. Melihat mangkuk teh itu hampir jatuh, gadis kecil itu dengan gerak cepat meluruskan mangkuk teh tersebut dan meletakkannya dengan rapi di atas meja.     

"Terima kasih." Lu Sheng mengucapkan terima kasih sambil tersenyum dengan ramah, seakan sangat lembut dan baik.     

Kedua ibu dan anak itu saling memandang sesaat. Gadis itu melihat ke arah Lu Sheng dan melanjutkan pertanyaannya, "Kakak, ada barang apa di dalam delman itu? Kenapa begitu banyak orang yang mengantarnya?"     

Lu Sheng menjawab dengan nada pelan, "Bukan apa-apa, itu hanya makanan yang dibeli di desa, tidak ada harganya."     

Tatapan sinis terlintas di mata gadis itu. Namun hanya sesaat. Kemudian hilang.     

Jika Lu Sheng tidak memperhatikannya, maka ia juga tidak akan menyadarinya. Sambil memegang mangkuk teh dan mencicipinya sedikit, matanya menyipit seperti sedang memikirkan sesuatu.     

"Nona cantik sekali, pasti dari keluarga kaya, ya?" Ibu itu melihat Lu Sheng dari atas sampai bawah. Kemudian, ia mengatakan dengan senyuman ramah, "Keluarga miskin seperti kami, mau seberapa cantik pun, tidak akan bisa memiliki kulit sehalus nona."     

Mendengar pujian itu, Lu Sheng pun tersenyum. Ia meletakkan mangkuk teh di atas meja. Ia berkata dengan nada lembut, "Kakak jangan menertawakanku, aku juga dari keluarga petani dan juga besar di bawah sawah."     

"Nona suka bercanda, ya." Ibu itu sama sekali tidak percaya, bahkan mereka mengira Lu Sheng hanya bercanda saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.