Gadis Lugu Liar Galak

SIDANG (2)



SIDANG (2)

0Mendengar sidang kasus pembunuhan keluarga Deng akan dimulai, sebuah bayangan merah pun melintas di depan mata Lu Sheng. Tidak yang lain, itu pasti adalah Deng Rumeng.     
0

Lu Sheng pun mengucapkan terima kasih kemudian mengejar Deng Rumeng.     

"Nona ini cantik sekali, seperti wanita yang keluar dari gambar saja, hanya saja sifatnya itu kok terburu-buru sekali?"     

Pria itu bergumam sambil melihat belakang punggung Lu Sheng, kemudian ia pun lanjut menyebarkan kabar ini dengan nada keras.     

Lu Sheng hadir lebih cepat, orang yang menyaksikannya masih belum banyak.     

Dengan segera ia langsung menemukan bayangan merah yang sedang panik di bawah payung merah, Deng Rumeng.     

Pelaku belum dibawa ke panggung sidang, hanya saja para hakim semua sudah lengkap.     

Deng Rumeng melihat Lu Sheng, ia pun segera bergerak cepat ke sampingnya.     

"Nona pendeta, bagaimana ini sekarang?"     

Deng Rumeng tidak bisa melakukan apapun, ia sangat panik.     

"Jangan khawatir." Lu Sheng berbisik, "Kita lihat dulu."     

Seiring waktu, orang-orang mulai berkumpulan di lokasi sidang, kemudian pelaku pun dibawa ke atas panggung.     

Pelaku berbadan kurus. Selain itu, ada banyak bekas hukuman cambuk di belakang punggungnya. Bahkan darahnya belum mengering.     

Pelaku diseret oleh pengawal polisi hingga pertengahan panggung, rambut yang berantakan menutupi wajahnya dan membuat orang tidak dapat melihat ekspresi wajahnya.     

Hanya saja seluruh tubuhnya diselimuti hawa kematian, sehingga dapat dilihat bahwa dia sudah tidak memiliki keinginan untuk bertahan hidup.     

Reaksi pertama Lu Sheng adalah mengerutkan keningnya. Deng Rumeng yang di sampingnya sudah berada di atas panggung dengan ekspresi yang galak. Ia melotot kepada kedua pengawal polisi tersebut.     

Darah di wajahnya, bahkan Lu Sheng pun merasa itu mengerikan.     

Tiba-tiba kerumunan yang membanjiri lokasi kini membuka sebuah jalan.     

Seorang pria yang jelek, gemuk, dan bermata sipit berjalan masuk dengan dikelilingi pengawal pribadinya.     

Setelah pria ini masuk, ia pun tiba-tiba berlutut. Kemudian ia pura-pura berteriak, "Tuan, Anda harus membantu keluarga bibi saya. Bajingan ini, tidak hanya membunuh adik sepupuku. Dia bahkan meracuni sumur keluarga Deng. Selain itu, yang paling tidak dapat dimaafkan adalah ia bersekongkol dengan pencuri. Mereka mencuri dan membunuh seluruh keluarga Deng. Anda harus membantu bibiku, pamanku, dan adik sepupuku!"     

Ia terus mengatakan hal itu tanpa henti, bahkan mengetok dahinya ke arah hakim daerah dengan penuh kesedihan, sehingga membuat orang sekitar yang melihatnya pun terharu.     

A Ming yang berada di sebelah tidak bergerak sama sekali. Ia berbaring tengkurap di atas lantai. Tidak mengatakan satu kata pun seperti boneka kayu.     

Deng Rumeng menyergap ke arah pria gemuk itu berkali-kali. Namun, setiap kali ia ditendang balik oleh cahaya emas.     

Melihat reaksi Deng Rumeng, maka Lu Sheng pun bisa menebak bahwa pria gemuk di depan matanya ini adalah pelaku asli, Zhao Wei.     

"Hati orang ini sungguh sadis sekali, bahkan ratusan orang kau bunuh begitu saja. Sungguh tidak manusiawi."     

"Hati seseorang susah diprediksi, dari luar terlihat jujur dan tulus, tapi siapa tahu di dalamnya ini adalah jantung serigala yang kejam."     

"Ya 'kan? Nona keluarga Deng adalah nona cantik yang ternama di kota Huangyang kita. Banyak sekali pria yang menginginkannya? Bahkan seorang pelayan juga memikirkannya? Aku rasa hubungannya dengan Nona Deng hanya omong kosong saja, sehingga semua ini hanya karangannya sendiri kali?"     

"Ini Zhao Wei, biasanya ia tak bisa diandalkan. Namun ternyata di saat seperti ini dia malah sangat lelaki ya."     

...     

Seketika, semua orang pun memarahi A Ming dan malah memuji sikap Zhao Wei.     

Deng Rumeng pun menjadi panik sampai ia berteriak. Tapi sayangnya, tidak ada yang melihat dan mendengarkannya.     

Lu Sheng mengeluarkan kertas hu. Ketika ia berniat membantu Deng Rumeng secara diam-diam, tiba-tiba jumlah kerumunan melonjak lagi. Ia pun ditabrak seseorang hingga membuat kertas hu-nya jatuh ke tanah.     

Seketika, kertas hu itu pun hancur diinjak-injak.     

Lu Sheng terdiam...     

Kertas hu-nya sangat mahal tahu? Mereka tahu tidak, sih? Kertas hu bisa terjual berapa banyak tael?     

Sungguh bikin emosi saja!     

Lu Sheng ingin melihat siapa pelaku yang membuat kerumunan melonjak ini. Namun tak disangka, ia malah melihat sebuah wajah yang familiar.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.