Gadis Lugu Liar Galak

MENGIKUTI DARI BELAKANG



MENGIKUTI DARI BELAKANG

0Kata-kata Kepala Desa membuat hati Lu Sheng terasa hangat.     
0

"Uang saya masih cukup. Ayahku pernah memberiku uang." Tentu saja ia tidak bisa mengatakan mengenai uang yang pernah Chu Sihan berikan kepadanya.      

"Baguslah kalau begitu." Kepala Desa menganggukkan kepalanya, namun ia langsung tampak khawatir, "Kamu berangkat sendirian?"     

Lu Sheng menggelengkan kepalanya dan berbohong, "Tidak, ada beberapa teman lain yang ikut."     

"Syukurlah kalau ada yang menemani."     

Lu Sheng menemani Kepala Desa menikmati teh di waktu luang ini. Setelah satu teko teh habis, ia pun mengambil kesempatan untuk pamit. Ia takut kalau nanti malam tidak bisa makan bila ia terlalu banyak minum teh.     

Setelah Lu Sheng pulang ke rumah, ia pergi mencari Bibi Yu terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dirinya akan berangkat ke luar kota. Ia juga hendak meminta tolong kepadanya agar bisa membantu menyiram kebun sayurnya dan menjaga kedua adiknya.     

Bibi Yu menyetujuinya tanpa ragu, lalu meminta Lu Sheng untuk berhati-hati di luar sana.     

Malam itu juga Lu Sheng memberikan kunci rumahnya kepada Bibi Yu. Ia mengatakan bahwa beras dan tepung ada di dalam dapur, jadi Bibi Yu dapat memasaknya kapan saja. Bahkan ia memindahkan semua daging dan sayur-sayuran yang disimpannya ke rumah Keluarga Liang.     

Lu Jiang dan Lu Xin bukan anak yang manja. Sehingga ketika Lu Sheng mengatakan dirinya akan keluar kota untuk sementara waktu, mereka pun tidak rewel. Mereka hanya meminta kakaknya itu harus cepat pulang.     

Setelah Lu Sheng mengatur segalanya, malam itu ia langsung berangkat ke Kota Huangyang.     

Kini gerbang kota sudah tutup, tapi ini sama sekali bukan masalah bagi Lu Sheng.     

Setelah ia masuk ke dalam kota, ia pun mencari sebuah penginapan untuk menginap satu malam.     

Esok paginya, ia pun menunggu di jalan besar. Jika Chu Sihan ingin berangkat ke Linjiangfu, maka ini adalah jalan yang pasti akan dilewatinya. Ini juga satu-satunya jalan untuk keluar kota.     

Lu Sheng terus menunggu. Ia menunggu sampai ia makan tiga kali. Saat tengah malam, barulah ia melihat sekelompok orang dengan perlahan berjalan ke arahnya.     

Di bawah cahaya bulan, ia melihat dengan jelas sosok pria tinggi yang memimpin di depan rombongan itu. Pria ini mengenakan pakaian hijau. Wajahnya yang tampan tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Namun tatapannya sangat waspada.     

Lu Sheng tersenyum. Ia membalikkan badannya dan menyembunyikan dirinya di belakang pilar. Setelah rombongan itu lewat, dalam jarak yang tidak terlalu jauh terlihat dua puluh bayangan hitam berjalan melewati Lu Sheng. Saat inilah ia baru mengikuti mereka dengan perlahan.     

Lu Sheng memiliki kertas hu untuk teleport, sehingga ia pun tidak takut akan kehilangan jejak mereka.     

Dua puluh bayangan hitam tadi sepertinya tidak ramah. Namun ia tidak mau melawan bayangan hitam tersebut begitu saja.     

Jika Chu Sihan tidak bisa menanganinya, tentu ia akan terlihat lemah di mata Lu Sheng.     

Sesuai perkiraannya, begitu konvoi memasuki hutan, sekelompok bayangan hitam itu pun memulai aksinya. Namun, mereka semua dapat diringkus oleh orang suruhan Chu Sihan.     

Keadaan ini berlangsung sepanjang jalan hingga matahari mulai bersinar. Chu Sihan diserang oleh kurang lebih lima kelompok bayangan hitam. Tapi sepertinya mereka semua bukan lawan yang sepadan bagi orang-orang suruhan Chu Sihan.     

Jika dilihat, jalan menuju Linjiangfu sepertinya tidak begitu aman.     

Ketika langit sudah benar-benar terang, rombongan Chu Sihan berhenti di depan penginapan untuk istirahat.     

Lu Sheng mengenakan pakaian putih. Tangannya membawa sebuah pedang murahan yang barusan ia beli di toko besi. Kepalanya mengenakan sebuah topi bercadar putih. Topi cadar tersebut menutupi seluruh wajahnya. Pakaiannya yang tampak seperti pendekar wanita menarik banyak perhatian ketika ia berjalan masuk ke penginapan.     

"Pak, sajikan beberapa piring makanan ringan dan sebotol anggur." Lu Sheng sengaja merendahkan nadanya ketika memesan makanan.     

"Baik!" Pelayan penginapan pun segera menjawabnya dan pergi menyiapkan pesanannya.     

Chu Yun dan yang lainnya mengawasi keadaan sekitar dengan waspada.     

Tak lama kemudian, mereka sadar adanya seorang wanita dengan pakaian serba putih dan bercadar yang tengah duduk di dalam kedai. Mereka langsung mencurigai gadis ini karena pakaiannya.     

Tatapan Chu Sihan dengan tajam tertuju ke arah wanita tersebut. Melihat postur tubuh dan cara duduk wanita itu, ia merasa wanita itu sedikit familiar. Ia menatap terus kepada sosok gadis itu. Ketika menyipitkan kedua matanya, barulah Chu Sihan tersadar, lalu mengutuk dirinya sendiri.     

'Mana mungkin dia muncul di sini? Kenapa ia berpakaian seperti ini? Jangan-jangan karena sudah begadang semalaman, aku mulai berhalusinasi?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.