Gadis Lugu Liar Galak

BATU BATA



BATU BATA

0Kepala desa mengerutkan keningnya, "Ada perlu apa, nak? katakan saja. Tidak usah sampai repot-repot bawa arak. Arak ini pasti mahal, kan?"     
0

"Ini peninggalan Ayahku. Sekarang juga sudah tidak ada lagi yang meminumnya. Jadi saya membawanya untuk Anda, Mohon jangan ditolak."     

"Kamu terlalu sopan."     

Kepala desa tersenyum, "Nanti akan kusuruh istriku mengembalikan botolnya kepadamu agak malam."     

Li Sheng menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mengutarakan keinginannya.     

"Saya ingin membeli batu bata.Hanya saja tidak tahu harus beli dimana. Jadi saya meminta tolong kepada Bapak untuk mengantarkan saya ke sana."     

Di seluruh Desa Liuyue, yang biasa menjual rumah batu bata sangatlah sedikit. Seluruh desa hanya terdiri dari dua sampai tiga keluarga saja. Salah satunya adalah rumah kepala desa.     

Lu Sheng tidak terlalu mengenal orang lain. Ia berpikir panjang lebar. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari kepala desa yang dapat dipercaya.     

"Batu bata?" kepala desa tidak mengerti, "Untuk apa kamu beli batu bata?"     

"Mohon maaf, apakah Anda bisa membantu saya?"     

"Arakmu sudah aku terima, mana mungkin aku menolak permintaanmu?" Kepala desa berkata sambil tertawa     

"Kamu ingin membeli batu bata? Pulanglah dulu. Setelah makan, aku akan mengantarmu."     

"Terima kasih banyak, Pak!" Lu Sheng pun pamit duluan.     

Istri kepala desa, Nyonya Fang, berjalan keluar dari dapur, "Untuk apa Lu Sheng membeli batu bata?"     

"Aku juga tidak tahu." Kepala desa menghela nafas, lalu berkata, "Anak itu, sejak kejadian yang menimpa keluarga Lu, sifatnya berubah drastis."     

Mendengar kata-kata tersebut, Nyonya Fang pun berkata, "Kalau dia meminta bantuan kepadamu, kalau kamu bisa, bantulah. Kini Xiaoran juga sudah kembali ke sekolah, jadi di rumahnya hanya dia yang bisa bertanggung jawab. Beban hidupnya pasti sangat berat."     

Kepala desa menganggukkan kepalanya, "Aku tahu itu."     

Lu Sheng menunggu kepala desa di rumahnya. Sekitar 30 menit kemudian, kepala desa datang mengendarai andong sapi.     

"Nak Sheng, ayo berangkat!" Kepala desa memanggilnya.     

Lu Sheng segera berdiri dan menyuruh Lu Jiang membawa Lu Xin main ke rumah Bibi Yu. Kemudian, ia ikut duduk di andong sapi yang dikendarai Kepala Desa.     

Di desa Liuyue tidak ada orang yang bisa membuat batu bata, tetapi di desa sebelah ada.     

Batu batanya tidak seperti batu bata merah yang biasa kita lihat, melainkan berwarna abu-abu. Satu koin perak bisa mendapatkan dua buah batu bata.     

Lu Sheng menginginkan 40.000 buah batu bata, jadi ia mengeluarkan 20 tael perak.     

Karena Lu Sheng membeli batu bata dalam jumlah yang banyak, sang penjual batu bata pun membagi beberapa kali pengantarannya. Pengantaran batu bata selesai hingga malam hari.     

Melihat halaman rumah Lu Sheng dipenuhi oleh batu bata, orang-orang desa tidak mengerti. Bahkan Bibi Yu ikut menanyakan tujuan Lu Sheng membeli begitu banyak batu bata.     

Ketika ditanya, Lu Sheng menjawab batu bata tersebut akan digunakan untuk membangun tembok. Namun selain Bibi Yu, hampir semua orang tidak mempercayai kata-katanya itu.     

Hari kedua, Lu Sheng mulai mencari orang untuk memasang batu bata tersebut. Ia menawarkan upah sehari 50 koin perak, ditambah dengan makan siang. Baru pada saat itulah orang-orang desa mulai mempercayainya.     

Banyak orang yang datang untuk bekerja padanya. Di antara orang-orang tersebut, Lu Sheng memilih belasan pria yang memiliki nama baik di desanya. Ditambah dengan Liang Ping, Lu Sheng memiliki hampir dua puluh orang pekerja.     

Dinding itu dibangun dalam waktu hampir setengah bulan.     

Sementara itu, buah tomat dan kentang yang ada di sawah telah berbuah dengan baik.      

Setelah selesai membangun dinding, Lu Sheng kembali mencari orang untuk menggali sebuah kolam di halaman belakang rumahnya. Sedangkan sisa proyeknya akan ia kerjakan sendiri.     

Saat membangun dinding, ia sengaja membuat sebuah lubang agar air danau dapat mengalir masuk ke dalam kolam.     

Ia sengaja menggali saluran selokan untuk memudahkan membuang air kolam yang kotor dan menggantinya dengan air yang bersih.     

Setelah semuanya selesai, ia pun mencari bunga teratai dan menanamnya langsung di kolam. Kemudian ia meletakkan udang karang dan kepiting sungai yang ada di Gelang Ruangannya ke dalam kolam.     

"Kakak Sheng, ini apa? Bentuknya aneh sekali!" Lu Jiang bertanya dengan penuh penasaran sambil menatap udang karang.     

"Hewan kecil ini bernama udang karang. Nanti Kakak akan coba masak untuk kalian."     

"Udang karang? Nama yang aneh. Hewan ini bisa dimakan?" Lu Jiang meragukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.