Gadis Lugu Liar Galak

KEPALA DESA



KEPALA DESA

0"Sifatmu kini menjadi lebih ceria, ya?" Ujar Liang Ping yang membantu Lu Sheng menyajikan bubur sembari tersenyum.     
0

Dulu, Lu Sheng tidak akan berani ngobrol seperti ini dengan mereka. Dahulu, ia bertutur dengan lembut seakan takut menyinggung orang lain.     

"Sebagai manusia, kita harus selalu melakukan perubahan, bukan?" Bibi Yu tertawa, "Waktu kamu kecil kamu juga sering menangis. Bahkan, jika tidak mendapatkan paha ayam, kamu bisa menangis seharian. Kini, kamu sudah besar, sudah tidak sering menangis lagi, bukan?"     

Mak Chen dan Lu Sheng saling memandang. Tiba-tiba mereka menertawakan Liang Ping.     

"Sini sini, makan bakpao. Orang dewasa dapat dua, sedangkan anak-anak masing-masing satu."     

Lu Sheng membagikan bakpaonya. Mereka pun mengatakan terima kasih kepadanya dengan senang.     

Mak Chen melihat Lu Sheng hanya mengambil satu bakpao. Ia pun mengambil satu bakpaonya dan meletakannya ke mangkok Lu Sheng, "Aku sedang tidak nafsu makan. Satu bakpao dan bubur sudah cukup kenyang bagiku."     

Lu Sheng tersenyum kemudian mengembalikan bakpao itu padanya, "Tadi aku sudah makan di kota. Kalau aku makan terlalu banyak, aku bisa mual."     

Mak Chen tidak dapat menolaknya. Ia pun tidak menawarkan lagi.     

Lu Jiang berseru, "Kakak, daging sapi ini enak sekali. Besok aku mau makan ini lagi!"     

Liang Ping menganggukkan kepalanya, "Betul, enak sekali."     

Lu Sheng, "Kakak Liang kalau suka, nanti aku bawakan lagi agar bisa makan sambil minum arak."     

Belum sempat Liang Ping menjawabnya, Bibi Yu sudah membalas duluan, "Dia tidak bisa minum. Kalian simpan untuk kalian sendiri saja."     

Lu Sheng hanya tersenyum. Ia tidak mengatakan apapun, namun dalam hatinya ia membatin.     

Setelah makan, Lu Sheng pun membantu membereskan piring kosong sebelum pulang bersama kedua adiknya.     

Hal pertama yang dilakukan Lu Sheng setelah pulang ke rumah adalah mengantarkan beberapa lapis daging sapi kering untuk Liang Ping.     

Bibi Yu tidak dapat menolak Lu Sheng yang bersikeras memberinya daging sapi kering. Ia pun menerimanya dengan senang hati.     

Suara serangga di rerumputan terdengar agak bising di malam yang sunyi.      

Lu Sheng adalah tipe orang yang susah untuk tidur nyenyak. Sehingga, mendengar suara yang berisik ini, ia pun tidak dapat tidur.     

Ia bangun dari tempat tidurnya, lalu mengambil bangku untuk duduk di halaman rumah.     

Dari samping terdengar suara Bibi Yu. Suaranya sangat kecil tapi pendengaran Lu Sheng sangat tajam sehingga ia dapat mendengarkan pembicaraan mereka dengan jelas.     

"A Sheng, tidak mudah bagi seorang gadis untuk merawat dua anak kecil. Kalau kamu sempat, pergilah mencarinya untuk mengobrol dengannya. Keluarga Lu diterpa kasus sebanyak ini. Mungkin ia kelihatan tenang. Tapi siapa yang tahu di dalam hatinya dia sebenarnya merasa sangat sedih."     

Kemudian Lu Sheng pun mendengar suara Mak Chen mengatakan, "Baik, Bu."     

Lu Sheng tersenyum. Pepatah pernah mengatakan, "Kerabat jauh tidak sebaik tetangga".     

Dibandingkan dengan kerabat seperti Lu Damin dan Mak Liu, Bibi Yu jauh lebih baik.     

"A Ping, segera bawa kayu bakar yang berada di luar halaman ke dalam rumah. Suara serangga begitu keras, sepertinya malam ini akan hujan."     

"Baik, segera."     

Mendengar pembicaraan tetangga, Lu Sheng juga segera menyimpan kayu bakar ke dalam rumah.     

Pengalaman orang tua harus didengarkan.     

Terbukti, tidak lama kemudian angin berhembus kencang. Bulan yang tadinya masih nampak terang kini sudah mulai ditutupi awan. Sejenak saja, cahaya bulan pun tidak terlihat lag karena tertutup oleh awan gelap.     

Lu Sheng kembali berbaring di dalam kamarnya. Kemudian suara air hujan pun terdengar pada malam sunyi ini.     

Hujan pun semakin deras. Atap rumahnya juga mulai bocor. Beruntungnya, tempat tidurnya tidak terkena bocoran air.     

Ditemani oleh suara nyaringnya air hujan, Lu Sheng pun mulai mengantuk dan ketiduran. Ketika ia bangun, langit pun mulai terang.     

Ia bangun dan membuat sarapan seperti biasanyanya.     

Untuk sarapan hari ini ia memasak bubur, prata roti, dan sepiring kecil daging sapi kering.     

Ia memanggil kedua adik kecilnya untuk makan. Sedangkan ia sendiri pergi mencari kepala desa.     

"Xiaosheng, ada perlu apa kemari?"     

Saat Lu Sheng datang, Kepala Desa terlihat sedang berjongkok di halaman rumahnya. Melihat kedatangan Lu Sheng, ia tampak sedikit kaget.     

Lu Sheng memberikan sebotol arak kepada kepala desa sambil tersenyum, "Hari ini saya datang ingin meminta bantuan kepada Anda."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.