Gadis Lugu Liar Galak

MENOLAK



MENOLAK

0"Makan siang?"     
0

Lu Sheng melihat ke langit. Kini matahari sudah mulai turun. Makan malam sudah siap dihidangkan.     

"Tidak usah." Lu Sheng menjawab dengan dingin, "Di rumahku masih ada dua anak kecil yang belum makan. Lain kali saja."     

Sikapnya kini berbeda dengan dulu. Nona kecil ini tampaknya mampu memendam perasaan dendam.     

Chu Sihan pun menghela nafas.     

"Kamu mau pulang?"     

"Ya." Lu Sheng menjawab dengan ragu.     

"Biar Chu Yun saja yang mengantarmu."     

"Tidak usah. Saya bisa naik andong sapi sendiri. Tidak perlu merepotkan." Kemudian ia berjalan melewati Chu Sihan tanpa menoleh balik.     

Mata Chu Sihan menatap punggung Lu Sheng yang pergi hingga bayangannya tak terlihat. Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya.     

Mata Chu Yun bergerak cepat. Dengan ragu ia bertanya, "Tuan, apa Nona Lu marah?"     

Chu Sihan tidak menjawab pertanyaannya. Ia hanya tersenyum kecil kemudian mulai berjalan.     

Lu Sheng bilang "lain kali" sebagai tanda bahwa dia tidak terlalu marah.     

Chu Yun melihat Chu Sihan pergi. Ia pun segera mengikutinya.     

Ketika Lu Sheng kembali ke desa, langit sudah gelap.     

Tetangga Lu Sheng bermarga Liang. Sekeluarga terdiri dari 4 orang, yaitu Bibi Yu, putranya, menantunya, dan cucu laki-lakinya. Sedangkan suami Bibi Yu, konon beberapa tahun yang lalu ketika dia berburu di pegunungan, dia tidak sengaja terjatuh dari ketinggian dan langsung meninggal di tempat.     

Bibi Yu orangnya baik hati. Anak dan menantunya juga sangat baik. Melihat kaki Bibi Yu tidak kuat, mereka juga tidak pernah menyuruhnya mengerjakan pekerjaan berat. Sehari-hari mereka hanya memintanya untuk membantu menjaga cucu di rumah saja.     

Cucu Bibi Yu bernama Liang Yuan, kini sudah berusia 3 tahun. Ia berbadan gemuk dan menggemaskan.     

Tak heran, saat Lu Sheng kembali, ia bergegas meremas pipi yang mirip apel itu hingga tak berbentuk lagi.     

Liang Yuan mengeluh dengan tidak jelas, "Kaka... cahat..."     

Lu Sheng tertawa.     

"Kakak Sheng!"     

Melihat Lu Sheng pulang, Lu Jiang dan Lu Xin sangat senang. Mereka menatap lurus ke arah Lu Sheng.     

"A Sheng, kamu terlambat ya?" Bibi Yu tertawa, "Tepat sekali, kami mau makan malam. Ayo ikut bergabung."     

"Kenapa Kak Liang dan Kakak Ipar tidak terlihat?"     

Selain Bibi Yu dan Liang Yuan yang sudah duduk di kursi makan, hanya terlihat kedua adik kecilnya saja.     

"Dua hari ini mungkin akan turun hujan. A Liang pergi mengalirkan air, tetapi hingga kini ia belum pulang. Kakak Iparmu pergi memanggilnya makan, mungkin sebentar lagi akan sampai."     

Lu Sheng melihat ke lauk di atas meja dan menemukan semuanya masih penuh.     

Bibi Yu menyumpitkan lauk untuk ketiga anak. Ia sendiri terlihat belum makan. Melihat mangkok Bibi Yu hanya berisi bubur saja, Lu Sheng pun bilang, "Aku beli bakpao, masih panas. Akan kuambil dulu."     

Lu Sheng berdiri sambil tersenyum. Ia menepuk kedua kepala adiknya, kemudian berjalan kembali ke arah rumah.     

Ketika Lu Sheng sampai di rumah, ia segera ke dapur dan mulai memasak. Ia mengeluarkan dua lapis daging sapi kering, kemudian menggorengnya dengan sedikit minyak.     

Kemarin cahaya matahari sangat kuat sehingga daging sapi mengering dengan cepat. Digoreng sebentar saja sudah cukup.     

Seketika, seluruh dapur penuh dengan aroma daging sapi kering.     

Lu Sheng mengambil sebuah piring dan mencuci gunting, Kemudian memotong daging sapi kering itu menjadi potongan kecil dan meletakkannya di atas piring.     

Lu Sheng mencicipi rasanya. Rasanya enak. Sangat cocok untuk bubur ataupun dimakan langsung.     

Kemudian ia mengambil lagi sebuah piring kosong yang besar dan meletakkan sepuluh bakpao yang dibelinya tadi.     

Setelah selesai, ia pun membawa kedua piring ini menuju rumah Bibi Yu. Setelah ia sampai, Liang Ping dan Mak Chen selesai cuci tangan.     

"A Sheng datang!" Mak Chen dengan ramah menyambutnya.     

Lu Sheng meletakkan kedua piring di atas meja dan tersenyum, "Kakak Ipar, Kakak Liang, maaf merepotkan."     

"Waduh!" Bibi Yu mengerutkan keningnya, "Kamu ini, cukup bawa bakpao saja, kenapa masih membawa daging sapi kering? Ini harganya sangat mahal, kan?"     

"Barang bagus harus dibagi, kan?"     

Lu Sheng tertawa, "Lagipula, aku, A Jiang dan A Xin juga makan di sini, jadi tidak hanya untuk dimakan Bibi sendiri. Iya, kan?"     

Mak Chen tersenyum dengan lembut, "Kalau A Sheng bilang iya, ya iya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.