Gadis Lugu Liar Galak

MENGETAHUI IDENTITAS ASLI



MENGETAHUI IDENTITAS ASLI

0Pernyataan Chu Yun membuat semua penonton terkejut.     
0

Lain halnya dengan Lu Sheng yang sudah mengetahui kebenarannya.     

Mata hakim Shangguan bergerak cepat. Ia berkata dengan murah hati pada Chu Yun, "Hamba hendak bertanya. Apakah Tuan memiliki bukti?"     

"Bukti?" Chu Yun berteriak ke arah luar sana, "Bawa orangnya masuk!"     

Tidak lama kemudian, kepala polisi Wang dan kedua bawahannya membawa masuk dua orang ke dalam.     

Wajah kedua orang ini sangat pucat. Dengan badan gemetaran hebat, mereka bersujud sambil mengatakan dirinya tidak bersalah.     

"Tidak bersalah?"     

Chu Yun mendengus dengan dingin. Ia segera melempar sebuah surat di depan mereka berdua, "Ini adalah surat yang kalian tulis untuk keluarga kalian. Di dalam surat mengatakan bahwa nanti setelah kalian menyelesaikan perbuatan kalian, Zhao Wei akan memberikan sejumlah uang pada kalian agar kalian bisa melarikan diri. Hanya saja, kalian tidak menyangka, ia akan mengingkari janjinya."     

Saat Chu Yun menyelesaikan kata-katanya, kedua orang itu menjadi marah.     

Salah satu diantaranya berkata dengan geram, "Betul, masalah ini adalah utusan Tuan Zhao. Racun itu juga dia yang mengutus kami untuk mencampurkannya ke dalam air sumur. Semua ini adalah perintahnya. Kami sebagai bawahan hanya bisa mengikutinya."     

"Aku kenal mereka. Mereka memang bawahan Tuan Zhao."     

"Dasar mereka berdua ini! Mentang-mentang ada Tuan Zhao, mereka pernah makan gratis di toko mieku! Aku ingat."     

Chu Yun maju, kemudian berkata, "Sedangkan harta keluarga Deng disimpan dimana? Hakim Shangguan, jika Anda ingin jawabannya maka Anda tinggal bertanya pada Zhao Wei."     

Ujar Chu Yun sembari memberikan selembar kertas kepada Hakim Shangguan, "Di sini ada bukti nama-nama pembunuh bayaran yang disewa oleh Zhao Wei. Selain itu, ada juga daftar harta yang dibagikan Zhao Wei kepada Andian. Hakim Shangguan, bukti apalagi yang masih Anda perlukan, hah?"     

"Kini Tuan sudah memiliki buktinya. Maka hamba pun tidak berani menyalahkan orang baik. A Ming, kini sudah terbukti bahwa kasus ini tidak ada kaitannya denganmu, maka kamu bisa pergi."     

Hakim Shangguan membungkuk kepada Chu Sihan dengan sopan terlebih dahulu, kemudian baru kepada A Ming.     

Mendengar pengumumannya, Yu Mingyue pun segera mengucapkan terima kasih. Dengan senang ia membawa A Ming pergi.     

Deng Rumeng juga menghela napas lega. Ia berdiri di tempat melihat kepergian mereka.     

Lu Sheng menatap Chu Sihan dengan hati-hati, lalu secara diam-diam ia mundur dari kerumunan.     

Lu Sheng sepertinya sedikit menebak siapa "Tuan magistrat" itu.     

Pantas saja, ketika ia menebak usia Tuan magistrat yang sudah tua, Wajah Chu Sihan tampak begitu suram ketika melihat pria bengkak yang pemalas dan mesum.     

Jadi selama ini yang ia marahi bukanlah orang lain, bukan juga "Paman"nya itu, tapi tidak lain adalah Chu Sihan. Iya, lelaki itu sendiri!     

Emosi yang dialirkan Chu Sihan dan tatapan matanya yang penuh dengan wibawa sama sekali bukan sesuatu yang bisa dilihat pada kalangan anak muda umumnya.     

Lu Sheng menepuk dahinya dengan tangan, "Sejak kapan diriku menjadi tidak peka?"     

Sungguh memalukan sekali.     

"Nona pendeta, Anda mau kemana?"     

Deng Rumeng melihat dia mau pergi. Ia pun segera mengejarnya.     

Lu Sheng berjalan ke samping. Kemudian, ia membalas dengan nada ringan, "Tadi bukannya kamu bilang roh-roh keluarga Deng terkurung di dalam wisma Deng dan tidak bisa keluar? Ayo bawa aku ke sana."     

"Apakah Anda setuju?" Mata Deng Rumeng berbinar, "Anda tidak perlu khawatir, asalkan Anda membantuku menyelesaikan hal tersebut, sebagai imbalannya aku akan membayar Anda."     

Lu Sheng tidak terlalu memikirkan perjanjian dengan seorang "hantu".     

Mereka berdua sampai ke wisma Deng. Kemudian, Deng Rumeng melewati dinding secara langsung dan segera masuk.     

Lu Sheng takut mengganggu orang sekitar. Oleh karena itu, tadi ia telah menempelkan kertas hu transparan. Kemudian, Ia mendorong pintu rumah Deng dan masuk.     

Jika ia tidak menempel kertas hu transparan, mungkin akan lebih baik. Kini dalam keadaan transparan ia membuka pintu wisma Deng. Ketika orang-orang yang melewati jalan ini melihatnya, mereka kaget dan ketakutan.     

"Pin… Pintu wisma Deng... tadi terbuka?"     

"Tu… tu… tutup lagi!"     

Kemudian entah siapa yang berteriak keras, "Ada hantu!"     

Yang lainnya ikut gemetaran. Mereka berteriak kencang.     

Dalam waktu singkat, kabar wisma Deng yang menjadi angker segera menyebar kemana-mana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.