Istrimu Ganas: Tuan Berhati-hatilah!

Ketika Ciuman Sedang Berlangsung (2)



Ketika Ciuman Sedang Berlangsung (2)

0Mu Tingfeng awalnya hanya diam mencium permukaan bibir Zhao Youlin, tetapi perlahan mulai lebih dekat satu inci. Dalam sekejap, lidahnya dengan cekatan memanfaatkan momen bingung Zhao Youlin untuk menerobos rintangan dan menyelidiki lebih dalam.     
0

Gerakan ini seketika membangunkan Zhao Youlin. Tubuhnya yang kaku mulai pulih, kemudian memberontak.      

Namun, kekuatan Mu Tingfeng begitu besar, sehingga Zhao Youlin menemukan bahwa dirinya tidak bisa melepaskan diri meski Mu Tingfeng hanya mencengkramnya dengan satu tangan saja.      

Bahkan jika memberontak tanpa hasil, Zhao Youlin tidak mungkin pasrah begitu saja. Kedua matanya sedikit berkedut. Ketika lidah Mu Tingfeng menggali lebih dalam, ia pun mencuri kesempatan kabur dengan menggigitnya dengan keras.     

Bau darah yang kuat merebak di mulut. Mata Mu Tingfeng berkedip, tetapi bukannya mendorong Zhao Youlin menjauh, malah semakin fokus pada ciuman itu.     

Rasa anyir darah menyebar di mulut keduanya. Bahkan suasana di sekitarnya perlahan menjadi ambigu.     

Melihat bahwa Mu Tingfeng tidak berniat mundur, tatapan mata Zhao Youlin sedikit dingin, lalu mengutuk dalam hatinya, 'Gila!'     

Kemudian, ia mendorong lidahnya ke depan seolah-olah lidahnya sedang berkelahi dengan seseorang, mencoba merebut inisiatif Mu Tingfeng.     

Mu Tingfeng merasakan respons Zhao Youlin. Ia tertegun, perlahan matanya menunjukkan kegembiraan. Ciuman bibirnya semakin lama semakin fokus.      

Bibir dan gigi terjalin, bibir dan lidah keduanya saling mengejar di dalam mulut mereka. Tidak ada yang mau mengalah!     

Mereka berdua yang fokus pada pertarungan lidah ini tidak menyadari keadaan sekitar. Sampai pada akhirnya, orang-orang yang tadi pergi… kini kembali.      

"Hah, apa yang kalian lakukan?"     

Seruan yang mereka kenal tiba-tiba terdengar dari belakang, menyebabkan dua orang yang saling berpelukan ini membeku pada saat yang sama.     

Zhao Youlin adalah yang pertama bereaksi. Tiba-tiba ia mengeluarkan ledakan kekuatan untuk mendorong Mu Tingfeng menjauh. Wajahnya memerah, lalu ia berbalik untuk melihat dua orang di pintu kamar. Ia menyapa dengan kaku, "Ibu, Nyonya Mu…."     

Mu Tingfeng juga terkejut dengan seruan itu. Ia dengan mudah didorong oleh Zhao Youlin. Setelah mundur dua langkah dan berdiri stabil, ia sama sekali tidak merasa malu, tetapi malah tidak senang karena diganggu pada saat yang klimaks.      

Benar saja, Duan Yarong dan Su Ruixin di luar pintu terlalu terkejut untuk berbicara.     

Wajah Duan Yarong penuh dengan kerumitan. Berapa lama setelah dirinya pergi, putrinya mencium Mu Tingfeng di kamar perawatan ini. Padahal, ucapan Zhao Youlin mengatakan bahwa dirinya benar-benar tidak menyukai Mu Tingfeng dan sudah tidak tertarik sama sekali. Akan tetapi saat ini, pemandangan di depannya Duan Yarong benar-benar tidak percaya itu!     

Jelas-jelas dirinya harus marah, jelas ia harus kecewa karena Zhao Youlin tidak sesuai yang diharapkan. Ia pun ingin langsung bersikap dengan memisahkan dua orang yang berpelukan itu tanpa memperdulikan apapun,      

Namun ketika tiba saatnya untuk melakukannya, Duan Yarong tiba-tiba teringat dengan hal yang baru saja dikatakan Su Ruixin kepadanya. Tangan yang terulur untuk memisahkan mereka berdua pun menyusut ke belakang, merasakan segala macam emosi di dalam hatinya.     

Dibandingkan dengan keterkejutan dan rasa malu Duan Yarong, Su Ruixin juga terkejut ketika melihat adegan ini. Namun bukan karena perkembangan hubungan mereka berdua yang cepat, melainkan perbuatan putranya.     

Ya Tuhan! Apakah anaknya sembuh dari demam tinggi dalam semalam? Untuk memahami tingkat tertinggi dari hukum mengejar orang yang disukai ini… putranya terlalu berinisiatif untuk mendominasi!     

Dilihat dari situasi ini, pasti tidak membutuhkan waktu lama bagi anaknya untuk mengejar perempuan idamannya!     

Zhao Youlin melihat ekspresi sedih Duan Yarong. Ia pun panik dan berkata dengan bingung, "Bu, dengarkan penjelasanku, kami tidak seperti yang ibu pikirkan…"     

Sebelum Zhao Youlin bisa menyelesaikan kalimatnya, Duan Yarong dengan cepat memotongnya, "Tidak perlu menjelaskan, ibu... mengerti."     

Mendengar ucapan ibunya itu, Zhao Youlin langsung terdiam. 'Mengerti? Ibu, apa yang ibu mengerti? Aku bahkan belum berbicara, tapi bagaimana ibu bisa mengerti?!'     

Zhao Youlin benar-benar akan mati karena malu. Tuhan tahu cara Duan Yarong kembali begitu cepat. Berdasarkan kewaspadaannya sebelumnya terhadap Mu Tingfeng, bahkan jika kali ini benar-benar baik-baik saja, tetapi Duan Yarong akan menganggapnya sebagai sesuatu!     

Pada akhirnya, pihak yang harus disalahkan atas semua ini adalah bajingan sialan ini. Jika bukan karena dia tiba-tiba.... berpikir seperti ini, dirinya juga tidak akan terjebak dalam situasi seperti ini. Zhao Youlin tanpa sadar menoleh dan menatap Mu Tingfeng dengan tegas.     

Seperti yang diketahui semua orang, di mata Duan Yarong, ini hanya menunjukkan bahwa anaknya telah ketahuan melakukan hal buruk, secara refleks menyerahkan tanggung jawab kepada orang terdekatnya.     

Dalam sekejap, tatapan Duan Yarong ke arah keduanya menjadi lebih rumit.     

Zhao Youlin yang diam hanya bisa bergumam, 'Apakah dia melakukan kesalahan lagi? Kenapa tatapan orang ini padanya dan Mu Tingfeng semakin aneh?....'     

Duan Yarong memperhatikan mereka berdua sebentar, lalu menghela napas, "Nyonya Mu, ini sudah siang, aku akan membawa Youlin pulang dulu. Nanti sore kami akan datang ke Presdir Mu lagi."     

Mu Tingfeng mengerutkan kening. Ketika mau bicara untuk menghentikan mereka, Su Ruixin meraih tangannya terlebih dahulu.     

"Hmmm, kalau begitu silakan Youlin dan Nyonya Zhao istirahat sebentar. Nanti sore silahkan kembali lagi."     

Zhao Youlin tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengangguk dan mengikuti Duan Yarong untuk pergi lebih dulu.     

Begitu Zhao Youlin pergi, Su Ruixin mengungkapkan wujud aslinya. Ia menyeret putranya yang sedang sebal itu kembali ke ranjang rumah sakit dan duduk.      

"Nak, mengejar seorang perempuan itu butuh keterampilan, jadi kamu tidak boleh terburu-buru. Relaksasi yang tepat memang lebih kondusif untuk perkembangan hubungan kalian, tapi kamu juga harus memberinya waktu untuk mempertimbangkan dan beradaptasi."     

Mu Tingfeng menatap Su Ruixin dalam-dalam, lalu bertanya-tanya, "Seseorang akan aman selama dia ada di genggamanmu."     

Su Ruixin tersedak dan menatap Mu Tingfeng tanpa daya. Baru saja dirinya merasa bahwa pikiran anak ini sudah tercerahkan, tetapi kenapa dirinya mulai menjadi bodoh lagi?     

"Oke… oke, tidak usah bahas ini lagi, toh dia juga akan kembali lagi sore nanti. Apakah tadi membosankan?" Tanya Su Ruixin.     

"Ibu tinggal bersama ayahmu sepanjang hari, kapan ibu pernah bosan?"     

Mendengar pertanyaan balik anaknya, Su Ruixin tersedak lagi. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia melihat bahwa anaknya punya kemampuan untuk membuat orang mati tersedak.      

"Ayahmu dan aku... berbeda denganmu."     

Mu Tingfeng menoleh untuk menatap Su Ruixin dan berkata dengan tegas, "Sama."     

Su Ruixin tertegun sejenak, tetapi ia mengerti sesuatu. Ia melengkungkan bibirnya dan berkata, "Baiklah, ibu tahu bahwa sudah tidak bisa menasihatimu, jadi kamu bisa melakukan apapun yang kamu suka. Tetapi, apa yang terjadi barusan? Kamu dan Youlin…"     

Mu Tingfeng memandang ibunya yang jiwa gosipnya sedang menggebu dan ingin mendengar jawabannya. Ia pun mengangkat alis, dan menjawab dengan tenang.     

"Kalau ibu punya energi untuk mengurusi hal ini, lebih baik gunakan energi ibu itu untuk berpikir cara menjelaskan lukamu. Penerbangan ayah sudah berangkat tadi pagi, jadi nanti sore dia akan tiba di sini."      

"Cepat sekali?!" Su Ruixin langsung berdiri dari ranjang rumah sakit, lalu menghentakkan kakinya dengan tergesa-gesa. Ia bertanya dengan suara keras, "Kenapa kamu tidak memberitahu ibu dari tadi?"     

"Ibu tidak tanya."     

Su Ruixin kesal dan berkata dengan gugup, "Tidak boleh, aku harus pulang untuk siap-siap. Kalau tidak, dia akan marah melihat keadaanku seperti ini."     

Setelah berbicara, ia langsung bergegas keluar tanpa peduli pada reaksi Mu Tingfeng.      

Begitu Su Ruixin pergi, suasana di kamar kembali hening.     

Mu Tingfeng diam-diam memandang pintu kamar untuk waktu yang lama. Tatapannya sangat dalam. Kemudian ia mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya dari meja di sebelahnya, lalu menelpon nomor orang yang dia kenal.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.