Istrimu Ganas: Tuan Berhati-hatilah!

Aku Ingin Makan (2)



Aku Ingin Makan (2)

0Zhao Youlin sedang terburu-buru untuk membawa Joy ke taman kanak-kanak pagi ini, jadi ia tidak membuka tutup rantang itu untuk melihat makanan di dalamnya.      
0

Pada saat ini, Zhao Youlin benar-benar ingin menggali lubang di tempat untuk mengubur dirinya sendiri. Ia mendengus tanpa mengangkat kepala.      

"Aku tidak tahu kamu suka makanan manis atau asin, jadi aku menyuruh juru masak membuatkannya seadanya. Kalau kamu benar-benar tidak ingin makan ini, tidak usah dimakan, nanti aku belikan makanan lain untukmu."     

Begitu Zhao Youlin selesai berbicara, ia mendengar orang di sampingnya itu meminta, "Suapi aku."     

"Hah?" Zhao Youlin mengangkat kepala, menatap Mu Tingfeng dengan heran.      

Mu Tingfeng sebenarnya tidak menyukai hal-hal yang manis dan berminyak, tetapi karena tersiksa oleh demam tinggi sepanjang malam dan menghabiskan terlalu banyak energi, ditambah dirinya belum makan apapun pagi ini, jadi sekarang ia merasa kelaparan.      

Mencium aroma bubur kacang merah dan biji teratai, tubuhnya telah membuat respon yang paling jujur.     

Hal yang paling penting adalah, bubur ini dibawa oleh Zhao Youlin. Meskipun tampaknya sedikit berbeda dari yang diharapkannya, tetapi itu tidak mempengaruhi suasana hatinya yang baik saat ini.     

"Aku bilang, minta tolong suapi aku."     

Kali ini, barulah Zhao Youlin benar-benar bisa memahami kata-kata Mu Tingfeng. Wajahnya berubah sedikit lembut, "Apakah Presdir Mu anak berusia tiga tahun yang makan saja butuh disuapi?"     

Menghadapi ironi dalam ucapan Zhao Youlin, Mu Tingfeng tidak memiliki rasa malu sama sekali. Ia malah mengangkat-angkat tangannya yang digips dan dibungkus perban seperti mumi, sambil berkata dengan percaya diri, "Tanganku terluka."     

Sudut mata Zhao Youlin berkedut, "...kalau aku tidak salah ingat, sepertinya yang terluka itu… tanganmu yang sebelah kiri."     

"Ehmm." Mu Tingfeng mengangguk perlahan, "Yang kiri."     

Zhao Youlin tertegun tidak berdaya, 'Mu Tingfeng, masih sempat-sempatnya kamu bersikap tidak tahu malu?'     

Zhao Youlin menahan diri sekuat tenaga untuk tidak jingkrak-jingkrak dan memaki. Kemudian ia berkata dengan kaku, "Sebenarnya, jika kamu tidak ingin makan…"     

"Aku ingin makan." Mu Tingfeng menginterupsi Zhao Youlin yang belum selesai bicara.      

Tatapan mata dalam Mu Tingfeng mengunci mata Zhao Youlin kuat-kuat, lalu berkata dengan sangat serius, "Kau berjanji untuk merawatku."     

Singkatnya, jelas-jelas ini adalah janji yang dibuatnya sendiri, tetapi sekarang melakukan hal kecil saja, dia tidak bersedia. Sungguh tidak bisa dipercaya.      

Tenggorokan Zhao Youlin serasa tersendat. Ia ingin sekali menyemprot Mu Tingfeng di tempat.     

Setelah mengambil beberapa napas dalam-dalam dalam keheningan, Zhao Youlin berhasil menekan kemarahan di hati, lalu mengambil sendok di samping dengan kesal. Ia mengambil sesendok bubur lalu menyuapkannya ke mulut Mu Tingfeng tanpa memperdulikan suhu panas makanan itu.     

Mu Tingfeng tidak membuka mulutnya, dan hanya menatap Zhao Youlin begitu lekat. Ia melihat Zhao Youlin merasa dipermainkan olehnya dengan tidak masuk akal. Setelah itu, ia pun menunduk, membuka mulut untuk melahap bubur di sendok.     

Zhao Youlin tertegun sejenak, lalu kembali untuk mengambil satu sendok lagi dan menyuapkannya kepada Mu Tingfeng.     

Dibandingkan dengan anak berusia tiga tahun, Mu Tingfeng jelas jauh lebih patuh. Ia makan sebanyak yang Zhao Youlin suapkan padanya, dengan sikap yang tenang…. dan terlihat sangat penurut.      

Pfft... Zhao Youlin tertawa diam-diam di dalam hati. Jika Mu Tingfeng tahu bahwa ada seseorang yang menaruh kata "penurut" di kepalanya, Zhao Youlin tidak bisa membayangkan ekspresi Mu Tingfeng nanti. Jika dipikir-pikir… lucunya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.      

Kerja sama Mu Tingfeng ini membuatnya dengan cepat mengurangi lebih dari setengah bubur dalam rantang tahan panas itu. Pada saat ini, barulah makanan yang disuapkan Zhao Youlin tidak diterima.      

"Sudah kenyang?" Zhao Youlin bertanya dengan bingung ketika melihat Mu Tingfeng yang tidak lagi membuka mulut.     

Mu Tingfeng menggelengkan kepala, menatap Zhao Youlin dalam-dalam, dan bertanya, "Apa kamu tidak makan?"     

Zhao Youlin tercengang, menatap bodoh ke arah sendok di tangannya. Melihat bubur di rantang tahan panas itu sebagian besar sudah habis, entah bagaimana, hal pertama yang muncul di kepalanya adalah...     

Makan bersama sama dengan berbagi sendok. Makan di rantang yang sama akan sama halnya berciuman secara tidak langsung!     

Rasa malu yang tidak bisa dijelaskan merebak pada diri Zhao Youlin tanpa peringatan, menyebabkan dirinya tersipu dan terbatuk, "Tidak, aku sudah makan di rumah, sekarang aku belum terlalu lapar."     

"Oh." Ada kekecewaan yang tidak bisa dijelaskan dalam nada bicara Mu Tingfeng. Namun kekecewaan ini hanya berlangsung sesaat. Ia melanjutkan untuk makan sisa bubur dengan tenang.     

Bibir merahnya lembab karena kepulan panasnya bubur. Jakunnya meluncur tiap kali menelan, dan terakhir, ujung lidah menjilat tepi sendok perak tanpa sadar ketika mengeluarkan sendok dari mulutnya.     

Melihat Mu Tingfeng seperti ini, Zhao Youlin hanya merasakan rasa malu yang tidak bisa dijelaskan muncul kembali. Ia mengutuk dalam hati, 'Sialan, kalau makan, tinggal makan saja? Untuk apa menunjukkan penampilan yang begitu menggoda!'     

Mu Tingfeng sama sekali tidak sadar akan hormon lelaki yang dikeluarkan olehnya. Sambil makan bubur yang disuapkan oleh Zhao Youlin, ia dengan hati-hati mengamati ekspresi wajah Zhao Youlin.     

Setelah Zhao Youlin menatapnya dengan marah, ia masih merasa malu tanpa alasan yang jelas. Mu Tingfeng bertanya-tanya hal yang dilakukan dirinya hingga membuatnya tidak senang? Bukankah tadi dia baik-baik saja? Jalan pikiran perempuan… benar-benar sulit ditebak.      

Waktu berlalu perlahan saat Zhao Youlin menyuapi Mu Tingfeng. Ketika Zhao Youlin sadar kembali, serantang bubur telah habis.      

Zhao Youlin menatap rantang tahan panas yang kosong dengan mata tercengang. Meskipun rantang ini ukuran kecil, dan sepertinya hanya diisi tiga perempat saja, tetapi rantang tahan panas tetaplah wadah yang besar.      

Mu Tingfeng ini telah melahap habis bubur di rantang tahan panas dalam waktu singkat. Pria ini benar-benar berperut gentong.      

Mu Tingfeng tidak tahu keterkejutan Zhao Youlin saat ini. Ia sedang menatap rantang tahan panas yang kosong sambil mengerutkan kening dengan sedih. Ya, pria ini seolah-olah tidak puas pada ukuran rantang yang kecil itu. Ia masih ingin menikmati kegembiraan disuapi olehnya lebih lama lagi.      

Akan tetapi, Presdir Mu yang dua kali berhenti melahap suapan, kini sudah kekenyangan setelah makan satu rantang yang terbilang besar dibanding tempat makan lain, jadi ia harus menyerah pada keinginannya, "Aku kenyang, singkirkan."     

Sudut mulut Zhao Youlin berkedut. Dalam hati membatin, 'Bagaimana kamu tidak kenyang kalau makan satu rantang besar begini?'     

Zhao Youlin menyingkirkan rantang dengan wajah pucat. Sebelum bisa duduk, ia mendengar Mu Tingfeng berkata, "Aku tidak suka makanan manis."     

Seketika Zhao Youlin terdiam tertegun… 'Kau sudah makan banyak sekali, tetapi kamu tidak menyukainya, dasar cari mati!'     

"Dan juga, besok, aku ingin makan masakanmu."     

"...masakanku tidak selezat masakan si juru masak." Sambil berkata demikian, dalam hati dirinya juga mencibir, 'Lagi pula, buat apa aku harus memasak untuk bajingan sepertimu?'     

"Tidak apa-apa, aku tidak akan membencinya."     

Mendengar jawabannya ini, Zhao Youlin seketika ada rasa panas menusuk lututnya, dan rasa sakit itu membuatnya ingin meraih kerah orang di depannya dan berteriak "Kamu memang tidak membenciku, tapi aku yang membencimu!"     

"Aku tidak ingin memasak untukmu." Lima kata yang diungkapkan tanpa sungkan itu sepenuhnya mengungkapkan suasana hati Zhao Youlin yang tertekan saat ini.     

Mu Tingfeng menoleh untuk melihat Zhao Youlin dengan tenang, lalu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Tapi, aku ingin makan."     

Zhao Youlin menjadi kesal, 'Memangnya kenapa kalau kamu ingin makan? Apakah jika kamu ingin makan, aku harus memasak untukmu? Bukankah kamu terlalu memandang tinggi dirimu sendiri?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.