Istrimu Ganas: Tuan Berhati-hatilah!

Konsultasi Asmara (2)



Konsultasi Asmara (2)

0"Aku…" Mu Tingfeng selalu ingin mengatakan sesuatu untuk membantah Su Ruixin setelah mendengar kata-katanya, tetapi ternyata ia tidak bisa mengatakan apa-apa untuk membantah.      
0

Dalam berurusan dengan Zhao Youlin, ia memang terlalu sewenang-wenang dan terlalu menjalaninya begitu saja.     

Setelah menyadari bahwa dirinya memiliki perasaan berbeda terhadap perempuan itu, maka hal yang paling dipikirkannya adalah cara mendapatkan perempuan itu kembali. Tetapi ia tidak benar-benar menyusun rencana untuk mengejarnya, dan telah dibodohi oleh seseorang untuk mengacaukan segalanya berkali-kali….     

Memikirkan hal ini, pikiran Mu Tingfeng merasa sedikit tercerahkan. Ia memandang Su Ruixin dengan sedikit malu dan berapi-api, "Bu, aku mengerti."     

Pandangan gemas dan kagum Su Ruixin pada putranya yang jarang ditemuinya ini ternyata sangat berguna. Sudut bibirnya tidak bisa berhenti naik, lalu lanjut berkata, "Anak ini benar-benar bisa diajari! Melihat kamu sangat bisa diajari, maka ibu akan mengajarimu satu hal lagi."     

Sebelum Su Ruixin bisa menyelesaikan kata-katanya, Mu Tingfeng yang masih di ranjang rumah sakit sudah menoleh dan menatap langsung ke arahnya, yang membuktikan ucapannya dengan sendirinya.      

Su Ruixin terbatuk pelan dan berkata tanpa alasan, "Kamu lihat sendiri insiden hari ini. Semua itu bukan insiden kecelakaan, tetapi ada seseorang yang sengaja ingin membunuh Youlin. Sikapmu menunjukkan keahlian tadi sudah sangat bagus, juga caramu membaca keadaan juga cukup hebat."      

"Sekarang kamu terluka demi melindungi Youlin. Bahkan jika Youlin tidak puas dengan tindakanmu padanya sebelumnya, tetapi melihat lukamu sekarang, itu tidak akan membuatmu kesulitan. Sekarang, satu-satunya perbedaan situasimu yang sebelumnya dengan yang sekarang adalah, tinggal satu upaya yang paling kritis."     

"Satu upaya yang paling kritis?" Tanya Mu Tingfeng.     

"Itu benar!" Su Ruixin mengulurkan tangan dan menepuk bahu Mu Tingfeng, "Ibu memberitahumu sebagai orang yang berpengalaman. Perempuan, bahkan jika dia kuat dan tegas di luar, tetapi masih lebih lembut daripada anak laki-laki."      

"Hal ini juga terutama berlaku untuk perempuan seperti Youlin. Pada saat ini, jangan terus-terusan berlindung di balik wajahmu yang tidak berharga, kamu harus bisa pura-pura lemah, mengerti?"     

"...pura-pura lemah?" Mu Tingfeng mengulanginya dengan perasaan masih menerka-nerka maksud ibunya.     

"Ya benar, pura-pura lemah! Tahukah kamu? Akhir-akhir ini banyak perempuan yang bersikap seperti bunga teratai putih, yang bersikap pura-pura lemah, pura-pura menangis, dan hanya bisa bersikap pura-pura menyedihkan di depan lelaki. Secara perlahan, hal itu membuat lelaki siapapun ingin melindunginya."      

"Sehubung dengan itu, tentu saja ibu tidak ingin membiarkanmu melakukan hal semacam itu. Ibu hanya memberitahumu sebuah contoh, bahwa sikap yang seperti itu tidak hanya berguna bagi perempuan ke laki-laki, tapi juga bagi laki-laki ke perempuan."     

Mu Tingfeng mulai memahami dan menyimpulkan dalam hati, 'Jadi, ibu menyuruhku menjadi lelaki yang pura-pura lemah di depan perempuan?'     

Su Ruixin sama sekali tidak memandang hina sedikitpun pada putranya. Ia pun melanjutkan dengan perasaan bahwa dirinya sedang berbuat baik.      

"Ibu tahu lebih baik daripada siapapun tentang perilaku anaknya. Sikapmu terhadap Youlin sebelumnya terasa jelas sangat keras dan mendominasi. Sayangnya, Youlin itu tipe gadis yang bisa menerima kelembutan dan menolak kekerasan."      

"Jika kamu masih bersikap begini, kamu hanya akan menerima efek yang berlawanan. Maka dari itu, jika kamu bisa menunjukkan kelemahan dengan tepat, kemungkinan kamu akan mendapatkan kegembiraan yang tidak terduga. Apalagi kamu sedang terluka, jadi tidak ada trik yang lebih cocok dari ini."     

"Ibu..." Meskipun Presdir Mu biasanya tidak mengubah ekspresi wajahnya yang setenang Gunung Tai saat menerima serangan terus menerus dari seseorang, kini ia juga sedikit kewalahan, lalu berbisik untuk menghentikan ocehan ibunya.      

Namun, Su Ruixin tidak memberinya kesempatan sama sekali. Ia mengulurkan tangannya ke depan, menyela kata-kata Mu Tingfeng secara langsung. Setelah itu, ia lanjut berkata dengan serius.      

"Jangan bilang Presdir Mu yang tampan dan sombong ini tidak bisa melakukannya. Nak, kamu harus bermuka tebal dalam segala hal yang kamu lakukan hari ini, terutama dalam hal mengejar perempuan. Jika kamu tetap berpegang teguh pada wajahmu, menyusutkan tubuh karena ketakutan melakukan ini itu, entah sudah berapa kali perempuan yang kamu kejar telah diambil oleh orang?"      

"Lalu, kapan kamu akan mendapatkannya? Maka dari itu, sebenarnya tidak ada keahlian khusus dalam mengejar seseorang, kamu hanya perlu menebalkan muka, hanya perlu tidak!... punya!... malu!"     

Mendengar tekanan kata-kata itu, Mu Tingfeng hanya bisa tertegun.     

Jika Xia Zetao cukup beruntung untuk tinggal di ruangan ini saat ini, ia akan bersyukur hingga mendongak 45 derajat ketika mendengar kata-kata Su Ruixin.      

Ya, akhirnya ia tahu bahwa presdir yang selalu dingin dan tenang, yang dianggap sebagai dewa oleh semua orang di perusahaan, sekarang sedang menghadapi ibunya yang terus menerus menyarankannya untuk tidak usah punya malu. Masalah asmara muncul di sini, sungguh keturunan yang menakutkan!     

"Nak, mendengarkan saran ibumu tidaklah salah. Berekspresilah yang baik di depan Youlin. Soal mereka yang ingin menyakiti kekasihmu, kamu tidak perlu khawatir, orang-orang itu hanyalah orang luar."      

"Karena mereka orang luar, biarkan orang luar menyelesaikan masalahnya sendiri. Aku akan menelepon bibimu nanti dan meminta pamanmu untuk menemukan seseorang untuk membantu."      

"Selain itu, aku yakin secepatnya akan ada hasil. Pada saat itu, kamu bisa membuat Youlin melihatmu sebagai sosok yang lembut dan perhatian. Di sisi lain, Youlin juga bisa dengan mudah tertarik padamu saat melihatmu sebagai seseorang yang cerdas, kuat, dan mendominasi!"     

Mu Tingfeng terdiam sesaat karena kata-kata Su Ruixin. Setelah beberapa saat, ia dengan ragu menanyakan sebuah kalimat, "Bu, apakah Ayah dulu menggunakan trik itu…"     

Sebelum Mu Tingfeng selesai berbicara, Su Ruixin menyela kata-katanya yang belum selesai dengan wajah malu-malu, "Aduh, aku benci itu. Jangan membahas masa lalu yang sudah lama seperti itu. Itu memalukan."      

Mu Tingfeng langsung tertegun diam seolah masih tidak percaya.     

Di depan tingkah ibunya yang malu-malu seperti gadis muda, Mu Tingfeng meludahkan kalimat tanpa ekspresi, "Bu, tidak usah membahas masalahku dulu, ibu harus memikirkan cara menjelaskan cedera kepala ibu kepada ayah."     

Ekspresi wajah Su Ruixin yang mulanya berwarna-warni, tetapi akibat kata-kata Mu Tingfeng, wajahnya langsung membeku. Kepercayaan diri yang sedari tadi dibangun, sekarang langsung runtuh dan kemudian menatap Mu Tingfeng dengan sedih.      

Su Ruixin pun hanya bisa membalas, "Tidak bisakah kamu menyembunyikan ini dari ayahmu?"     

Mu Tingfeng mengangkat alisnya dan melirik perban di dahi Su Ruixin. Ia hampir dengan kejam menghancurkan harapan terakhirnya, "Apakah ibu pikir dengan penampilan ibu sekarang, ibu bisa menyembunyikannya?"     

Ayah yang mencintai ibunya seperti orang gila, harus menelpon video bersama ibunya selama satu atau dua jam setiap hari. Jika tidak, orang tua itu akan meledakkan telepon di rumah tanpa menunjukkan ekspresi.      

Dengan begitu, mana mungkin ayahnya tidak bisa melihat perban yang mencolok di kepala istrinya?     

Su Ruixin sangat tahu jelas temperamen suaminya. Ia langsung bersikap seperti bola kempes, lalu duduk lesu di sudut, benar-benar khawatir.      

Topik pembicaraan di kamar pasien ini berakhir karena Su Ruixin, sedangkan percakapan di luar kamar nyatanya baru saja dimulai.     

Zhao Youlin membawa Qin Huai ke sudut kosong di ujung koridor rumah sakit. Ia tersenyum ringan, "Terima kasih, Tuan Qin, untuk masalah hari ini. Jika kamu tidak menelepon polisi, aku khawatir tidak akan bisa berdiri di sini dan berbicara denganmu sekarang."     

Kata-kata Zhao Youlin tidak berlebihan. Bisa dibilang para polisi itu tidak banyak membantu ketika datang, tetapi hanya menambah masalah.     

Tetapi pada saat itu, para pengejar langsung mundur tanpa ragu ketika mendengar suara sirene, jadi ucapan terima kasih Zhao Youlin tidak bertentangan dengan hatinya.     

Qin Huai tersenyum dan menanggapi, "Ini hanya usaha, Nona Zhao tidak perlu menganggapnya terlalu serius. Tetapi sebenarnya, alasanku ada di sini sekarang adalah karena aku punya pertanyaan untuk ditanyakan kepada Nona Zhao."     

"Pertanyaan apa?"     

Mata Qin Huai yang dalam menatap mata Zhao Youlin tanpa berkedip. Setelah terdiam dalam waktu yang lama, ia bertanya, "Nona Zhao, siapa sebenarnya dirimu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.