Istrimu Ganas: Tuan Berhati-hatilah!

Konsultasi Asmara (1)



Konsultasi Asmara (1)

0Menyaksikan Xia Zetao meninggalkan kamar pasien, wajah Mu Tingfeng sedikit melunak. Tetapi ketika menoleh, ia menghadapi ekspresi mengejek dari wajah ibunya.     
0

"Tingfeng, apa yang kamu coba lakukan dengan menyuruh Sekretaris Xia pergi terburu-buru? Apalagi Youlin bilang bahwa dirinya ingin mengobrol dengan temannya berdua saja. Melihat kondisimu ini, sepertinya tidak baik bagimu untuk bersikap seperti itu lagi."     

Mendengar kata 'berdua saja', wajah Mu Tingfeng yang tampan menjadi semakin suram. Kemudian, ia bicara sambil meluapkan aura dingin ke sekitarnya, "Lelaki lajang dan janda, tanpa ada siapapun lagi yang menyaksikan mereka, maka sulit untuk menjelaskan hal yang akan dilakukan mereka berdua secara masuk akal."     

'Berarti, bukankah kamu seharusnya cemburu?' Su Ruixin memutar matanya tidak berdaya. Ya, ia merasa tidak berdaya karena anaknya yang bermuka dua dan canggung ini. Kemudian tatapan matanya sedikit berubah, seolah memikirkan sesuatu.      

Lalu. Su Ruixin pun pura-pura menghela napas, "Bahkan jika mereka berdua benar-benar punya sebuah hubungan, di sisi lain, Youlin juga belum memiliki status menikah sampai sekarang."      

"Selain itu, lelaki tadi terlihat sangat muda dan mungkin belum menikah juga. Si lelaki belum menikah, si perempuan juga belum menikah, apapun yang mereka lakukan tidak bisa kamu kendalikan."     

Kata-kata Su Ruixin menyentuh titik kelemahan Mu Tingfeng. Aura yang terasa di kamar pasien ini langsung turun di bawah nol derajat dalam sekejap, menyebabkan Su Ruixin menggigil kedinginan lagi.     

Tepat ketika Su Ruixin berpikir bahwa putranya yang membosankan ini mungkin tidak akan menanggapinya, ia tiba-tiba mendengar Mu Tingfeng mengucapkan kalimat yang sangat tegas, "Dia hanya bisa menjadi milikku."     

"Tidak. Dulu dia memang milikmu, tetapi sekarang sudah bukan lagi." Kata-kata Su Ruixin yang tidak berperasaan itu menarik tatapan Mu Tingfeng.      

Su Ruixin tidak bisa menahan tawa. Sejak Mu Tingfeng bergabung dengan perusahaan untuk belajar dengan kakeknya di usia delapan tahun, sulit baginya untuk melihat ekspresi emosional yang begitu jelas di wajah anak ini.     

Tanpa diduga, setelah bertahun-tahun, ia akhirnya bisa melihat ekspresi emosi seperti itu di wajah kekanakan yang sudah memudar itu. Hal itu membuatnya tercengang.     

Melihat tuduhan yang jelas di mata Mu Tingfeng, Su Ruixin tidak bisa menahan diri untuk tidak mengulurkan tangan dan menyentuh kepala putranya. Hal ini adalah sesuatu yang ingin dilakukannya selama bertahun-tahun lalu, tetapi belum punya kesempatan untuk dilakukan.     

"Karena kamu memperdulikannya, jadi kamu harus berusaha lebih keras lagi, untuk menjadikannya milikmu lagi."     

Mata Mu Tingfeng sedikit berkedip karena kata-kata Su Ruixin. Amarah di matanya perlahan mereda. Ia mengangkat kepala dan menatap Su Ruixin dengan sedikit bingung, tetapi untuk sementara dirinya mengabaikan tangan yang mengacaukan rambutnya.      

Melihat tatapan Mu Tingfeng yang penuh tanya, Su Ruixin tersenyum, "Ibu tidak bermaksud mematahkan semangatmu sampai membuatmu putus asa, tetapi ibu hanya ingin memberitahumu bahwa yang telah terjadi tidak akan bisa terhapus hanya dengan mengabaikannya."      

"Ya, menghindar bukanlah solusi, jadi kamu harus menghadapinya sehingga bisa menemukan penyelesaian masalah yang menjerat kalian berdua."     

Begitu Su Ruixin mengucapkan kata-kata ini, wajah tegas Mu Tingfeng menunjukkan sedikit rasa bersalah yang sangat jarang dimunculkannya.      

Ucapan ibunya itu benar. Selama ini ia menerima begitu saja kenyataan bahwa mereka telah bercerai sekali dan sekarang tidak punya hubungan lagi satu sama lain.      

Sejak awal, ia hanya ingin membawa perempuan itu kembali ke sisinya, tetapi dirinya tidak pernah berpikir bahwa Zhao Youlin mungkin telah kehilangan rasa kepercayaan padanya atau tidak, masih membutuhkan pelukannya atau tidak, bersedia kembali padanya atau tidak, dan masih… menyukainya atau tidak.     

Memikirkan kemungkinan ini, jantung Mu Tingfeng seperti terjepit oleh sesuatu, membuatnya sulit bernapas.     

Melihat ke belakang dari sekarang, setelah dirinya dan Zhao Youlin bercerai, Zhao Youlin bisa langsung menarik pandangan Tuan Muda Ketiga Keluarga Ye. Padahal pria itu bisa mendapatkan apapun, namun anehnya, dia juga tidak pernah dikabarkan sedang dekat dengan wanita terkenal manapun.      

Sekarang, Tuan Muda Ketiga Keluarga Ye itu sekali lagi bisa berduaan dengan Zhao Youlin, berkali-kali melakukan hal yang tidak sepantasnya. Selain itu, Zhao Youlin dipanggil oleh seorang lelaki yang bahkan Mu Tingfeng tidak tahu detail identitasnya dan membicarakan tentang masa lalu.      

Kapan Zhao Youlin bertemu dengan lelaki itu sebelumnya? Ia bahkan tidak mengetahuinya sama sekali!     

Wajah Mu Tingfeng tampak pucat dan kesal. Ia tidak tahu hubungan yang dijalin oleh Zhao Youlin dengan lelaki itu, dan tidak tahu perasaan Zhao Youlin terhadap lelaki itu.      

Walau demikian, ia yakin kalau sorot mata Zhao Youlin pada lelaki barusan itu, bukan sekedar pada teman biasa.     

Harus diakui bahwa kepekaan lelaki terhadap saingan dalam cinta sebanding dengan indra keenam perempuan, jadi Mu Tingfeng sangat ingin membiarkan Xia Zetao keluar untuk memeriksa.      

Membiarkan Zhao Youlin bergaul dengan seorang lelaki yang memiliki rencana untuk Zhao Youlin, Mu Tingfeng tidak tahan saat memikirkannya!     

Namun, apa yang bisa dilakukan olehnya sekarang selain menahannya? Lagi pula… lagi pula, apakah semua yang dilakukannya bisa membuat Zhao Youlin kembali lagi padanya? Apa yang bisa dilakukan olehnya untuk membawanya kembali ke sisinya?....     

Menyaksikan perubahan ekspresi Mu Tingfeng beberapa kali, bagaimana mungkin Su Ruixin tidak bisa menebak isi pikirannya sekarang? Su Ruixin menghela napas, lalu tangan yang menyentuh kepalanya tiba-tiba turun, berpindah untuk menggenggam tangan Mu Tingfeng yang tidak terluka.      

"Ibu tahu yang sedang kamu pikirkan. Kamu tidak nyaman melihat Zhao Youlin mendekati lelaki lain, kan?"     

Wajah Mu Tingfeng menjadi suram, juga tidak menjawab. Tetapi Su Ruixin bisa menebak jawabannya dari ekspresinya. Kemudian ia tersenyum sedikit dan menjawab, "Ibu tidak keberatan kalau kamu melakukan ini, ibu hanya berpikir bahwa karena kamu sudah sangat menyukai seseorang dan ingin untuk membawanya kembali ke sisimu, maka sebelum itu, kamu perlu belajar satu hal dulu."     

"Apa?" Mu Tingfeng terkejut dan menatap Su Ruixin dengan heran.     

"Menghormati!"     

Mu Tingfeng mengerutkan kening dan mengulangi, "Menghormati?"     

Su Ruixin mengangguk, "Ya benar, menghormati. Ibu tidak peduli kamu mau mengiriminya bunga, mengajaknya ke bioskop, mengajaknya berbelanja, mengajaknya menikmati pemandangan bunga dan bulan, juga menikmati segalanya… selama kamu mengejarnya dengan keras, selama bisa berhasil mendapatkannya kembali, ibu akan senang melihatnya."      

"Namun ibu ingin kamu juga harus ingat bahwa Youlin juga manusia. Dia punya keputusan dan pilihannya sendiri, juga punya hak untuk mengekspresikan pikirannya. Kamu dan dia memiliki derajat yang sama."     

"Kamu harus menghormatinya, bukan memaksakan keputusan, pemikiran, dan preferensimu kepadanya seperti yang kamu lakukan pada bawahanmu."      

"Kamu memang bisa mengejarnya dan menginginkannya kembali karena menginginkannya menjadi kekasih yang selalu ada di sisimu, menjadi bagian dari keluargamu, bukan seperti pada orang di jalan yang bisa ditemukan di mana saja."     

Meskipun pertemuan Su Ruixin dengan Zhao Youlin bisa dibilang telah direncanakan olehnya, meski hanya bertemu dua kali serta waktu yang mereka habiskan bersama hanya satu sampai dua jam yang singkat, tetapi waktu dua jam ini cukup baginya untuk melihat sifat asli seseorang.     

Zhao Youlin tidak lemah, licik, pengecut, atau gampang disakiti seperti yang dipikirkannya. Bahkan lebih dari itu, perempuan itu sangat tegas. Perempuan itu pemberani tetapi tidak sembrono, pintar tetapi tidak sombong, galak tetapi tidak menyakitkan.     

Mungkin perempuan seperti itulah yang membuat hati putranya, yang telah lama diam, tiba-tiba tergerak.     

Tetapi dalam mengejar perempuan seperti itu, pikiran Mu Tingfeng masih keras kepala, masih menggunakan cara yang sama seperti menghadapi bawahan ataupun pengusaha yang bekerja sama dalam proyek perusahaan.      

Ya, anaknya ini masih mendominasi dan tidak memberi ruang Zhao Youlin untuk berkompromi, mungkin hasilnya malah tidak akan menguntungkan.      

Oleh karena itu, mengejar seseorang terkadang merupakan hal yang maknanya susah dipahami.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.