Istrimu Ganas: Tuan Berhati-hatilah!

Ambil Sendiri (3)



Ambil Sendiri (3)

0Pada saat ini, Zhao Youlin akhirnya menyadari arti kapitalis dari segala kejahatan! Padahal ini jelas masalah sederhana, tetapi ia bahkan dapat diseret ke nilai komersial oleh Mu Tingfeng.      
0

Setelah akhirnya menahan keinginannya untuk menghembuskan api, Zhao Youlin mencoba berunding dengannya, "Mu Tingfeng, jadi orang tidak boleh keterlaluan. Demi membantu kalian menangkap pencuri, tanganku sekarang terluka!"     

Ketika Mu Tingfeng mendengar Zhao Youlin menyebutkan luka di tangannya, ekspresi muram dengan cepat melintas di matanya. Tetapi nada bicaranya masih setenang sebelumnya, "Kamu juga merusak rencana kami."     

Maksud lain ucapan itu adalah, "Kami pada dasarnya tidak butuh bantuanmu sama sekali, bahkan tanpamu, kami masih bisa menangkap pencurinya."     

Benar, bukan hanya bisa menangkap pencurinya, tetapi orang-orang Mu Tingfeng juga bisa mengetahui dalang di balik pencuri itu. Layaknya sekali mendayung, dua tiga pulau bisa terlampaui.      

Sebaliknya, tindakan istrinya itu malah menggagalkan rencana penuh mereka. Untungnya, Mu Tingfeng sudah tidak mengejar untuk meminta pertanggungjawaban, tapi mantan istrinya malah memanfaatkan ini untuk minta pujian tanpa malu. Apakah sikap istrinya ini tidak salah?     

Zhao Youlin secara alami mendengar makna mendalam dari kata-kata Mu Tingfeng, dan seketika suasana hatinya mengeluarkan amarah yang tidak bisa ditenangkan, dan perasaan ini dengan mudah membuatnya putus asa.      

Zhao Youlin pun diam-diam memutuskan dalam hati bahwa jika ia ikut campur urusan orang lain lagi, dirinya akan memenggal tangannya sendiri!      

Semua kesabaran Zhao Yulin benar-benar habis dalam detik ini. Akhirnya, ia membiarkan pembicaraan ini ke arah yang lebih buruk, "Bagaimana kamu bersedia mengembalikan barang-barangku kepadaku?"     

Mata sipit dan sempit Mu Tingfeng sedikit terangkat, lalu berkata dengan suara dalam, "Sebenarnya, barangmu tidak berguna di tempatku, dan tidak ada bedanya dengan kertas bekas."     

"Jadi?" ​​Zhao Youlin melemparkan kembali kata-kata Mu Tingfeng belum lama ini dengan wajah muram.     

"Jadi, bukan tidak mungkin untuk mengembalikannya padamu. Tapi aku punya satu syarat."     

Ketika Zhao Youlin mendengar bahwa Mu Tingfeng malah memberi persyaratan, wajahnya tenggelam lagi, "Syarat apa?"     

"Datang dan ambil sendiri."     

"Hah?"     

"Datang dan ambil jika kamu mau. Besok pagi jam delapan, di kafe Xiangyang seperti dulu, ada batas waktunya."     

Suara rendah dan mempesona Mu Tingfeng datang dari ujung telepon yang lain, tetapi Zhao Youlin benar-benar tertegun.      

Sebelum Zhao Youlin bisa kembali ke akal sehatnya untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan, ia mendengar bunyi "Klik!" diikuti oleh nada telepon yang terputus.      

Zhao Youlin langsung tertegun…     

Di…tutup? ! Mu Tingfeng benar-benar menutup… teleponnya! Hahahaha, bajingan Mu Tingfeng itu benar-benar menutup teleponnya.     

Menatap telepon di tangannya, hanya kata-kata Mu Tingfeng sebelum menutup telepon yang tersisa di benak Zhao Youlin. Wajah Zhao Youlin kesal dan kembali sabar, lalu kembali kesal dan sabar lagi, pada akhirnya benar-benar meledakkan amarahnya.     

Tidak peduli seberapa gila dan suramnya Zhao Youlin, Mu Tingfeng yang sudah menutup telepon malah merasa sangat senang walau bicara dengan sangat buruk dan menutup telepon duluan.      

Kepala pelayang yang memperhatikannya di samping, semakin lama semakin merasa aneh. Wajah tuanya yang tampak pahit semakin tampak seperti labu tua.      

Jumlah kata yang dikatakan tuan muda kepada Nona Zhao hari ini bisa mengejar jumlah kata yang Mu Tingfeng katakan sejak lahir hingga sekarang. Ini tidak benar, ini benar-benar tidak benar! Tidak, kepala pelayan merasa harus bergegas memberi tahu kakek dan nenek Mu Tingfeng!     

Tampaknya menyadari tatapan para pelayan yang diproyeksikan dari segala arah, Mu Tingfeng dengan cepat menahan senyum di matanya, lalu dalam sekejap kembali sedingin es seperti biasa. Ia menyipitkan mata dan bertanya, "Kalian sedang menganggur?"     

Para pelayan yang bersemangat menyaksikan Mu Tingfeng bertelepon dengan sangat gembira, ia langsung dibuat menggigil kedinginan. Mereka terburu-buru menegakkan punggung lalu bubar seperti kawanan burung yang didatangi binatang buas.     

Bahkan kepala pelayan yang paling dihormati di antara para pelayan ini juga tidak tahan menatap tuannya seperti itu dan segera menjauh darinya. Hanya saja, intuisinya untuk memberi tahu kakek dan nenek Mu Tingfeng semakin kuat.      

Mu Tingfeng menyaksikan sekelompok orang pergi. Ekspresi dingin di wajahnya sedikit menghilang, lalu ia berbalik untuk melihat telepon di depannya. Anehnya, ada beberapa riak di matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.