Tolong Nikahi Aku

Kak Ting, Apakah Sudah Selesai?



Kak Ting, Apakah Sudah Selesai?

0Ini adalah pertama kalinya Mo Shiting bersentuhan dengan pakaian dalam seorang gadis, dia merasa sedikit tidak nyaman. Tetapi dia juga penasaran dengan ukurannya. Jadi, dia mengambil salah satu bra dan melihatnya.      
0

D?      

Ternyata sampai D?      

Mo Shiting curiga. Lalu dia mengambil beberapa bra lainnya dan ukurannya sama yaitu D. Saat ini dia baru percaya.      

Awalnya dia berencana mengambil satu set pakaian dalam dan menutup laci lemari. Tetapi tiba-tiba sebuah kotak kardus menarik perhatiannya.      

Lalu dia membuka kotak itu dan melihat bahwa dalamnya berisi satu set pakaian tidur yang baru. Dia kemudian mengeluarkannya dan melihat, terbuat dari bahan kain yang hampir transparan, membuat wajah tampannya menjadi memerah hingga ke belakang telinga.      

Ternyata dia .…      

Tanpa sadar dipikirannya saat ini dia sedang membayangkan Gu Li mengenakan pakaian tidur ini, rasa bergejolak dan panas yang baru saja berhasil tertahan akhirnya muncul kembali.      

Sial! Apa yang sedang dia pikirkan?!      

Mo Shiting mengumpat ringan, lalu menarik napas dalam-dalam dan menghilangkan pikiran yang kacau itu.      

"Kak Ting, apakah sudah selesai?" Gu Li melihat Mo Shiting tidak kunjung datang, sehingga dia memanggilnya.      

Mo Shiting menenangkan pikirannya kembali dan berkata dengan suara serak, "Sudah."      

Setelah itu, dia melipat piyamanya kembali dan memasukkannya ke dalam kotak, kemudian mengambil celana dalam dan bra, lalu satu set pakaian tidur dan bergegas keluar.      

Di tengah jalan, dia baru teringat jika lupa membawa pembalut sehingga membuatnya harus kembali.      

Penggunaan siang hari? Atau yang tipis?      

Mengapa begitu banyak jenis?      

Di mana pembalut untuk malam hari?      

Mo Shiting kebingungan melihat kemasannya yang bermacam-macam.      

Akhirnya dia berhasil menemukan kemasan pembalut dengan tulisan "Malam Hari". Setelah pencarian panjang ini, Mo Shiting merasa bahwa ini lebih melelahkan daripada mengerjakan sebuah proyek.      

Dia kembali melangkah ke depan pintu kamar mandi dan mengetuk pintu. Tidak lama, pintu kamar mandi terbuka sedikit, kemudian gadis itu mengulurkan tangan rampingnya.      

Mo Shiting tidak sengaja melirik tangan Gu Li, jakunnya yang seksi bergerak dari atas ke bawah.      

Jika tidak menggunakan tekad kuat untuk menahan keinginannya, dia pasti sudah mendorong pintu kamar mandi, lalu menekan Gu Li di pintu dan menciumnya dengan ganas .…      

Tangan kecil Gu Li menggantung di udara, dia tidak bisa menangkap pakaiannya setelah beberapa saat, membuat jantungnya berdetak kencang, "Kak Ting, di mana pakaianku?"      

Baru saat itulah Mo Shiting menyerahkan semua pakaian ke tangannya.      

Khawatir jika emosinya sekarang akan ketahuan, Mo Shiting tidak mengucapkan sepatah kata pun, segera berbalik dan pergi. Dia juga tidak berani tinggal di kamar, jadi dia bergegas ke ruang kerja.      

Setelah mendapatkan pakaiannya, Gu Li bergegas memeriksa sekilas dan melihat bahwa barang-barang yang dia perlukan sudah lengkap, akhirnya dia menghela napas lega.      

Pada saat ini, Gu Li bahkan tidak tahu siksaan seperti apa yang dialami seseorang. Tentu saja, dia tidak tahu, jika bukan karena haidnya, mungkin dia sekarang sudah .…      

Sementara Mo Shiting melarikan diri. Setelah memasuki ruang kerja dan menutup pintu, terdengar napasnya sedikit terengah-engah. Bahaya sekali!      

Meskipun Gu Li sering menggodanya, tapi sebenarnya dia tidak terlalu banyak berpikir. Lagi pula, di dalam hatinya, dia selalu menganggapnya sebagai gadis kecil, tapi tadi .…      

Pakaian itu pasti dipersiapkan oleh pelayan. Tapi pasti ada motif tersembunyi!      

Sampai saat ini, Mo Shiting masih tidak percaya bahwa gadis polosnya akan mengenakan pakaian seperti itu.      

Selesai mengenakan pakaiannya dan Gu Li berjalan keluar. Melihat Mo Shiting tidak berada di kamar, dia mengerutkan bibirnya, tetapi dia tidak keluar mencarinya.      

Hari pertama haid, dia merasa kurang nyaman. Jadi dia hanya berbaring di tempat tidur, mengambil selimut dan tidur.      

Sudah larut malam, rasa kantuk itu menyerangnya dan menguap beberapa kali, tidak lama kemudian dia tertidur lelap.      

Malam itu, Mo Shiting tidak kembali ke ruangan dan justru tidur di kamar yang lain.      

Hari kedua, saat bangun terlalu pagi dan segera lari, kemudian bertemu dengan Tuan Besar Mo yang juga sedang berolahraga.      

"Kakek …." Mo Shiting menyapanya dengan hormat.      

Tuan Besar Mo melihatnya, lalu dengan pandangan sedikit merendahkan, "Jarang bisa beristirahat, apakah kamu tidak menemani istrimu? Mengapa kamu bangun begitu pagi?"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.