Tolong Nikahi Aku

Takut Berdebu, Membawamu Kemari Untuk Membersihkan



Takut Berdebu, Membawamu Kemari Untuk Membersihkan

0"Wah, mengapa kamu bisa memiliki begitu banyak buku mengenai arsitektur? Dan banyak sekali model arsitektur? Ah, juga ada banyak koleksi langka! Aku sangat menyukainya!"      
0

Ruang rahasia Mo Shiting sangat besar, ada beberapa rak buku di sekelilingnya dan jika dilihat, semuanya adalah buku-buku arsitektur.      

Ada etalase kaca sepanjang empat meter di tengah ruangan dan di dalam etalase ada berbagai model.      

Saat ini, Gu Li sangat bersemangat, dia terpesona dengan pemandangan di depannya, hingga tidak tahu harus mulai membaca dari mana, bahkan dia ingin menambah beberapa pasang mata.      

"Kak Ting, apakah kamu membawaku kemari untuk bersantai sejenak karena khawatir aku tidak bisa masuk ke Universitas Ibukota." Gadis itu bisa menebak pikiran Mo Shiting dalam satu kalimat.      

Tetapi Mo Shiting yang sombong, tidak mau mengakuinya, "Tidak seperti yang kamu pikirkan! Aku hanya mendadak teringat jika sudah lama tidak membersihkan tempat ini, khawatir akan berdebu, jadi membawamu kemari untuk membersihkannya bersama."      

"Huh …." Gu Li menghembuskan hidungnya, sama sekali tidak percaya. Padahal dia baru saja menyentuh meja dan sama sekali tidak terlihat ada debu bertebaran.      

Lalu Gu Li mengambil salah satu buku mengenai pemikiran ruang arsitektur, dia tidak sabar untuk membukanya, tetapi baru saja membuka halaman pertama, sebuah pembatas buku tiba-tiba terjatuh ke lantai.      

Gu Li segera membungkukkan badan untuk mengambilnya.      

Ada dua baris kalimat yang tertulis di pembatas buku, jika dilihat dari tinta tulisan yang digunakan, sepertinya sudah lama sekali.      

Gu Li mengerucutkan bibirnya dan bergumam, "Jika bersikap acuh, tidak akan mendapatkan inspirasi yang jelas. Jika tidak bersikap diam, tidak dapat melangkah jauh!"      

Yang bertanda tangan, Mo Xinghe     

 "Siapa Mo Xinghe?" Gu Li memegang pembatas buku di tangannya dan menatap Mo Shiting yang berada di sebelahnya.      

Ketika Mo Shiting mendengar kata-kata "Mo Xinghe", ekspresinya sedikit berubah, tetapi dia dengan cepat kembali normal dan menjawab dengan pelan, "Ayahku."      

"Oh." Gu Li sedikit mengangguk, dia tidak bisa menahan diri dan melihat kembali pembatas buku itu. Dia tidak tahu mengapa, tulisan tangan itu terasa familiar.      

"Tulisan tangan ayahmu sangat indah, apakah masih ada koleksi tulisan lainnya?" Tanya Gu Li sambil mengulurkan tangan ke rak buku untuk mengambil buku lain.      

Saat ini, mengenali tulisan tangan ayah Mo Shiting jauh lebih penting baginya daripada membaca buku.      

Sedangkan Mo Shiting tidak tahu apa yang Gu Li pikirkan dan menjawab dengan jujur, "Semua buku ini miliknya, seharusnya setiap buku ada tulisannya."      

Dan benar saja, begitu dia selesai berbicara, dia melihat Gu Li mengeluarkan pembatas buku lainnya.      

[Kehidupan sebuah bangunan terletak pada keindahannya.]      

Walaupun sekilas melihatnya, Gu Li tetap merasa tulisan tangannya familiar dan terus mencari tulisan lainnya.      

Setelah beberapa saat, Gu Li terus mengobrak-abrik lebih dari selusin buku berturut-turut, meneliti pembatas buku satu per satu, dalam hatinya muncul sebuah pemikiran.      

Kemudian dia meletakkan pembatas buku kembali ke posisi semula dengan hati-hati, lalu memegang buku yang dia ambil pertama kali, setelah beberapa saat baru berhasil menenangkan lonjakan di hatinya.      

"Kak Ting?" Gu Li memanggil Mo Shiting dengan lembut, tetapi, dia tidak tahu apakah karena terlalu gugup dan bersemangat, suaranya mendadak sedikit bergetar.      

Mo Shiting memperhatikan ada sesuatu yang salah dengannya, jadi dia berjalan mendekat dan menyentuh dahinya, "Tidak demam, ada apa denganmu?"      

Gu Li melambaikan tangannya dengan lucu dan bertanya dengan tenang, "Kak Ting, apakah kamu memiliki foto ayahmu?"      

Selama bertahun-tahun, melalui atensi dan penyelidikannya, Gu Li tahu bahwa ayah Mo Shiting meninggal dalam kecelakaan udara 20 tahun yang lalu, lalu ibunya meninggalkannya dengan kejam dan tidak pernah kembali setelah pergi ke luar negeri.      

Di sisi lain, orang tuanya sangat tertutup, bahkan Mo Shiting sampai sekarang masih tidak tahu seperti apa wajah mereka.      

Mo Shiting menggelengkan kepala, "Tidak."      

"Lalu …."      

"Sudah hampir 20 tahun, aku tidak ingat wajah mereka seperti apa." Mo Shiting mencoba yang terbaik untuk berbicara dengan tenang, tetapi tangannya yang mengepal menunjukkan rasa sakit hatinya.      

Dengan cepat Gu Li memegang tangan Mo Shiting, dia tiba-tiba merasa tidak tega terus bertanya padanya. Tentu saja, melihat situasi saat ini, dia tidak bisa memberitahunya bahwa kemungkinan ayahnya masih hidup.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.