Tolong Nikahi Aku

Kak Ting, Bagaimana Kalau Aku Menyembunyikanmu Saja



Kak Ting, Bagaimana Kalau Aku Menyembunyikanmu Saja

0"Kamu bisa menebakku? Apakah kamu yakin?" Mo Shiting tidak bisa menahan senyum, lalu menarik kursi dan duduk.      
0

Melihat ini, Gu Li segera bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"      

"Bukankah kamu bisa menebak ku? Lalu mengapa kamu tidak tahu apa yang akan ku lakukan?"      

"Ini…." Sejenak Gu Li merasa tercekik dan memelototinya, "Aku bukan cacing gelang yang berada di perutmu, bagaimana aku bisa selalu tahu apa yang sedang kamu pikirkan."      

Mo Shiting tidak mengatakan sepatah kata pun, kemudian dia mengambil pena dan mulai menulis di kertas A4 yang tergeletak di meja.      

Gu Li akhirnya mengetahui niatnya saat ini. Ternyata dia berencana untuk membantu dirinya menyalin tulisan kitab suci. Namun, tulisan tangan kedua orang itu sangat berbeda jauh sehingga jika Mo Shiting membantunya, maka sangat mudah diketahui.      

Tanpa sadar Gu Li melirik Mo Shiting ke tempat di mana dia menulis, tetapi terkejut dengan apa yang dia lihat.      

"Ya Tuhan, Kak Ting. Kamu hebat sekali!"      

Gu Li tidak menyangka jika Mo Shiting begitu pandai meniru, tulisannya sangat mirip sekali dengan tulisan kitab suci yang dia salin sebelumnya, bahkan dia sendiri tidak bisa membedakannya.      

"Kak Ting, tidak, Dewa, terimalah hormatku."      

Mo Shiting mengangkat matanya dan menatapnya, "Suaramu keras sekali, apakah kamu tidak takut diketahui orang?"      

"Ah, aku lupa." Gu Li dengan cepat menutup mulutnya.      

Melihat Mo Shiting sedang berkonsentrasi menyalin tulisan lagi, dia lalu berjalan di belakangnya, kemudian melingkarkan lengannya di leher Mo Shiting dan berkata dengan suara rendahnya, "Lalu berapa lama kamu akan menyalinnya di sini?"      

Saat gadis itu berbicara, dia dengan sengaja mencondongkan bibirnya ke telinga dan deru napas manis seketika menerpanya, itu sangat menggairahkan.      

Iblis penggoda!      

Apakah dia tahu apa yang telah dia lakukan?      

Mo Shiting menelan ludah dan pena di tangannya seketika berhenti, sejenak dia lupa cara menulis.      

Tetapi pelakunya justru tidak mengetahui apa yang sudah dia lakukan dan sengaja terus menggodanya, "Kak Ting, bagaimana kalau aku menyembunyikanmu di sini. Setelah kamu menyalin semuanya, maka aku akan membiarkanmu pergi, bagaimana?"      

"Tidak." Mo Shiting berpura-pura tenang, kemudian meletakkan pena.      

"Hah? Mengapa kamu berhenti menulis?"      

Gu Li segera melepaskan rangkulannya dengan perasaan sedikit kecewa. Bagaimanapun, dia sangat berharap Mo Shiting bisa menyalin semuanya, tetapi dia justru berhenti setelah beberapa ratus kata.      

Lalu Mo Shiting menangkap semua ekspresi kecil di wajah Gu Li dan berpikir untuk menggodanya, "Aku sedikit lelah hari ini dan bahuku terasa sakit."      

"Ah, kalau begitu aku akan memijatmu."      

Gadis itu sangat baik dan setelah selesai berbicara, dia segera mulai memijat bahunya. Kekuatan pijatannya lembut, terasa menggelitik hingga membuat Mo Shiting semakin bersemangat. Dengan cepat Mo Shiting meraih tangan Gu Li, mengulurkan lengannya yang kuat dan langsung menariknya ke dalam pelukan.      

"Ah…"      

Gu Li yang tidak siap, lalu jatuh di pangkuannya.      

"Kak Ting, kamu… ah..."      

Dia mendongak dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi justru bibirnya yang lembut sudah menciumnya.      

————     

Di sisi lain.      

Lu Yang berbaring di tembok tinggi dan sedang menunggu Mo Shiting, namun tidak ada tanda-tanda kembali. Dia tidak bisa menahan perasaan cemasnya, lalu mengeluarkan ponsel dan segera menelepon Mo Shiting. Telepon berdering beberapa kali, tapi tidak ada satupun yang terjawab.      

Apakah Tuan Muda dalam bahaya?      

Tidak, dia tidak bisa menunggu di sini.      

Memikirkan hal ini, Lu Yang dengan cepat mengetik sesuatu di ponselnya, lalu menemukan lokasi Mo Shiting, kemudian mengikuti titik merah itu dan menyelinap masuk dengan tenang.      

Saat tengah malam, pos penjaga vila semakin dijaga ketat, pengawal yang berpatroli dapat terlihat di mana-mana.      

Lu Yang terus berpikir dan akhirnya sampai di tempat yang hanya berjarak belasan meter dari titik merah.      

Gedung Teguran?      

Apakah Tuan Muda ada di sana?      

Lu Yang mengerutkan kening dan ketika dia mendengar langkah kaki tidak jauh, dia dengan sigap segera bersembunyi di balik batang pohon sampingnya.      

Di detik berikutnya dia melihat seorang pria paruh baya, tinggi besar dan sedang tergesa-gesa berjalan menuju ke arah Gedung Teguran bersama para pengawal.      

Gawat, itu adalah Gu Yuan!!!      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.