Istri Cantik-cantik Ganas

Lagi-Lagi Anak Haram Datang



Lagi-Lagi Anak Haram Datang

0"Nenek, apakah tidak ada kabar dari Bibi? Apakah aku harus memberi tahu dia?" Tanya Mo Jinrong.     
0

"Kamu tanyakan padanya. Bagaimana pun dia sudah menjadi istri Changwen selama tiga puluh tahun lebih, apalagi mereka memiliki anak. Setelah masalah ini muncul, aku mendengar kabar katanya anak mereka sekarang mengalami depresi. Ini semua salahku."     

Nyonya Besar Mo menyalahkan dirinya sendiri. Seperti pepatah kuno mengatakan 'Kesalahan anak akibat didikan yang kurang benar dari orang tua'. Sejak suaminya meninggal, dia yang harus menjalankan peran orang tua sendirian.     

Tiba-tiba seorang pengurus rumah datang melapor.     

"Nyonya besar, Tuan muda, gawat! Wanita yang beberapa waktu lalu datang membuat onar, sekarang dia datang lagi dan membawa anaknya. Sekarang dia teriak-teriak di depan rumah mengatakan dia ingin masuk. Kami juga tidak mampu menghalanginya."     

"Anak haram itu lagi? Sungguh menjengkelkan!"     

Nyonya Besar Mo berharap tidak bertemu dengan mereka lagi. Tapi mereka berani datang lagi. 'Apakah mereka sedang menguji kesabaranku?'     

"Suruh mereka masuk." Kata Mo Jinrong.      

Dia ingin tahu apa yang diinginkan ibu dan anak itu.     

Tidak lama kemudian, ibu dan anak itu bergegas masuk dengan ekspresi menyedihkan.     

Liu Fang dengan pakaian yang sudah ketinggalan zaman dan berwajah kusam, menghampiri Nyonya Besar Mo sambil menangis.     

"Bu, Aku tahu apa yang kami lakukan beberapa waktu lalu tidak benar. Tolong terimalah kami di sini. Changwen masuk penjara, aku juga tidak punya keahlian bekerja, sehingga aku tidak mampu menghidupi Yuze. Yuze masih muda, dia harus mengenyam pendidikan. Lihatlah betapa kurusnya dia sekarang."     

"Bagaimana pun dia memiliki darah Keluarga Mo. Ibu boleh membenciku, tetapi tolong akui cucumu ini."     

"Sungguh menggelikan! Beberapa hari ini, aku mengira kamu sudah kabur dengan anakmu, sejak Changwen masuk penjara. Sekarang kamu datang memohon padaku. Bukankah dulu kamu menyumpahi aku mati? Sudah aku katakan, cucuku hanyalah Mo Jinrong dan Mo Yang. Seorang anak haram seperti dia, tidak pantas menjadi cucu keluarga Mo."     

Nyonya Besar Mo menatap Liu Fang dengan ekspresi tidak suka dan ingin segera mengusir mereka.     

Mo Jinrong memperhatikan Mo Yuze.     

Mo Jinrong menebak usia Mo Yuze masih sekitar delapan belas tahun. Dibalik tubuhnya yang lusuh, masih terlihat jelas sifat arogannya.     

"Namamu Mo Yuze? Kenapa kamu hanya diam?" Tanya Mo Jinrong.     

"Ayahku selalu bilang, aku tidak boleh memohon-mohon di depan orang."     

"Apa-apaan kamu ini. Keadaan kita sudah di ujung tanduk, kenapa kamu masih menuruti perkataan ayahmu? Kalau kamu tidak memohon, kita akan mati kelaparan." Liu Fang memukul kepala anaknya sambil memarahinya.     

"Nenek! Berikan mereka uang untuk hidup. Bagaimana pun anak ini adalah anak paman, tidak baik memperlakukan cucu Keluarga Mo dengan tidak adil. Kalau Nenek tidak menyukainya. Anggap saja Nenek sedang membantu anak yang kurang mampu. Tidak ada salahnya berbuat baik." Kata Lan Anran.     

Di kehidupan sebelumnya, Lan Anran belum pernah bertemu ibu dan anak ini, dia hanya mendengar dari orang tentang mereka. Dia juga tidak terlalu peduli, tapi dia juga tidak tega melihat seorang anak yang masih kecil sudah menjadi pengemis.     

Nyonya Besar Mo berpikir apa yang dikatakan Lan Anran ada benarnya. Bagaimana pun anak ini anak Mo Changwen. Lagipula nasi sudah menjadi bubur, tidak ada gunanya dia tidak suka pada mereka.     

"Aku dengar Changwen membeli rumah untuk kalian, di dekat rumah Xu Pei. Aku akan memberikan sejumlah uang untukmu. Gunakan uang itu untuk membesarkan anakmu dengan baik. Changwen sudah melakukan kejahatan besar, dia bebas dalam waktu cukup lama. Lakukan apa pun yang kalian inginkan, hanya saja aku menentang kalian masuk ke rumah ini."     

Liu Fang datang ke sini ingin memohon sekali lagi kepada Nyonya besar Mo untuk mengakui cucunya. Tidak disangka, Nyonya Besar Mo berpendirian teguh. Karena Nyonya Besar Mo sudah mau memberinya uang, jadi dia terpaksa menerimanya.      

Dulu saat masih ada Mo Changwen, dia bisa meminta apa pun yang dia inginkan. Sekarang dia melihat jalan masuk ke keluarga ini masih tertutup, terpaksa dia menyetujui permintaan Nyonya Besar Mo.     

Liu Fang menganggukkan kepala.     

Nyonya besar Mo menyuruh Bibi Wu mengambilkan selembar cek uang kemudian menuliskan nominal uang ratusan juta. Dia meminta Bibi Wu menyerahkan cek uang itu kepada Liu Fang.     

"Uang ini cukup untuk kamu hidup sepanjang hidupmu. Aku memberikan uang ini bukan untuk kamu hambur-hamburkan, melainkan untuk membesarkan anakmu dengan baik, agar dia menjadi anak yang pintar. Kalau kamu menghabiskan uang ini dalam waktu singkat, Keluarga Mo tidak mau memberikan uang lagi. Ingat itu baik-baik."     

Nyonya besar Mo merasa sudah berbuat baik kepada mereka, meskipun dia masih melarang mereka menjadi anggota Keluarga Mo.     

Liu Fang terbelalak melihat nominal uang sebanyak ini. Selama hidupnya, belum pernah Mo Jinrong memberinya uang sebanyak ini.     

"Terima kasih, Nyonya Besar. Apakah Changwen masih lama bebasnya?"     

Liu Fang masih berharap Mo Changwen bisa bebas dengan cepat. Karena Mo Changwen memperlakukan mereka dengan baik.     

"Dia sudah membunuh banyak sekali nyawa. Menurutmu apakah dia bisa bebas dengan cepat? Silahkan tunggu, kalau kamu mau menunggunya. Kalau kamu tidak mau, silakan cari pria lain, ini bukan urusan Keluarga Mo lagi. Sekarang segera pergi dari sini."     

Mo Yuze menatap neneknya yang punya kekuasaan tinggi ini. Tatapannya sangat dingin, bukan tatapan merindukan.     

Nyonya Besar Mo tidak nyaman melihat tatapan Mo Yuze yang kejam.     

"Ayo pergi, Yuze!" Liu Fang menarik Mo Yuze pergi.     

Lan Anran juga melihat tatapan Mo Yuze yang dingin, tatapan yang campur aduk antara kecewa, sedih dan putus asa. Lan Anran sedih, karena itu yang dia pernah rasakan di kehidupan yang sebelumnya.     

Di kehidupan sebelumnya, dia merasa semua orang ingin mencelakainya, tidak mencintainya, sehingga dia melukai banyak orang.     

"Mo Yuze, di dunia ini tidak hanya ada kami. Masih banyak orang di luar sana yang akan mencintaimu dengan tulus. Meskipun orang-orang itu bukan kami, janganlah berbuat jahat."     

Tiba-tiba Lan Anran memanggil Mo Yuze kemudian mengatakan apa yang ingin dia sampaikan kepada Mo Yuze.     

Mo Yuze tertegun sejenak, kemudian dia segera dibawa pergi oleh ibunya.     

"Kenapa kamu menyampaikan kalimat seperti itu padanya?"     

Mo Jinrong penasaran, dia belum pernah mendengar Lan Anran mengatakan kalimat seperti itu sebelumnya.     

"Dulu saat aku ditinggal di desa, aku selalu mempertanyakan apakah orang tuaku tidak menyayangiku, sehingga mereka membuangku. Pandangan mata anak itu tadi persis dengan aku yang dulu."     

"Seiring berjalannya waktu, lama-lama aku mengerti bahwa orang tuaku melakukannya karena terpaksa. Hari ini aku melihat anak itu, seperti melihat aku yang dulu, jadi aku memahami apa yang dia rasakan." Kata Lan Anran mengungkapkan apa yang dia rasakan.     

"Anran, kamu perempuan yang baik hati. Nenek sebenarnya juga tahu anak itu tidak bersalah, tetapi dia tidak boleh masuk menjadi anggota Keluarga Mo. Nenek paling membenci wanita simpanan. Dulu dengan status paman sebagai anak haram, aku mau tidak mau menerima dia sebagai anakku, sekarang aku tidak mampu lagi jika harus menerima anak haram yang lain."     

Nyonya Besar Mo juga pasti mengerti bahwa apa yang dia lakukan bisa menyakiti hati anak itu, tetapi dia terpaksa tega melakukannya.     

"Aku tahu perasaan Nenek. Kamu juga jangan menyalahkan dirimu sendiri. Aku rasa mereka juga tidak akan berani datang lagi ke sini." Kata Lan Anran sambil tersenyum.     

Terdengar suara dari arah dapur, para pelayan mengatakan bahwa makanan telah siap dihidangkan.     

Gara-gara kejadian hari ini, Nyonya Besar Mo tidak terlalu nafsu makan, jadi hanya Mo Jinrong dan Lan Anran yang makan berdua. Selesai makan, Mo Jinrong bersiap-siap mengantar Lan Anran pulang.     

"Jinrong, menurutmu apakah aku bisa lulus di ujian seleksi di Institut Penelitian Medis kali ini?" Tanya Lan Anran dengan sengaja.     

Mo Jinrong mengangguk. "Kamu pasti bisa. Jangan lupa pertemukan aku dengan 'Nol'."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.