Istri Cantik-cantik Ganas

Istriku Bukan Orang Luar



Istriku Bukan Orang Luar

0"Baiklah, Aku akan menyelidikinya sendiri." Lan Anran duduk sambil menyilangkan kakinya.     
0

"Nona Lan, apakah kamu mau terus bersikap seperti ini?"     

Mo Jinrong duduk di sofa, merentangkan tangannya di sofa, Lan Anran pun berada dalam pelukannya.     

"Qiu Cha teman baikku, kemungkinan dia setuju bekerja sama denganmu karena aku, jadi jangan coba-coba menindas dia." Lan Anran memberi perintah.     

"Aku tidak bisa menolak permintaan istriku. Lalu, apakah kamu tidak mau memberiku hadiah?" Mo Jinrong menatap wajah Lan Anran.     

Lan Anran memeluk bagian pinggang Mo Jinrong, lalu mereka berdua berciuman.     

"Tuan Muda… Ahh! Aku tidak melihat kok."     

Mo San tiba-tiba masuk, dia langsung menutup matanya wajahnya kelihatan malu.     

Lan Anran dan Mo Jinrong lagi-lagi ketahuan berciuman.     

"Bukankah aku sudah menyuruhmu keluar?" Mo Jinrong kelihatan kesal, nada suaranya terdengar dingin.     

"Nona Tan, Kamu tidak boleh masuk! Nona Tan!"     

Mo San menghalangi namun gagal.     

Pintu akhirnya berhasil didorong hingga terbuka.     

Tan Siwen iri melihat sepasang sejoli yang duduk di sofa.     

"Aduh, Direktur Mo dan Nona Lan suka bermesraan seperti ini?"     

"Nona Tan, tidak sopan kamu tetap memaksa masuk, padahal sudah dilarang. Apakah seperti ini ajaran Keluarga Tan?" Lan Anran tersenyum, dia memeluk Mo Jinrong.     

"Direktur Mo, hari ini aku datang mewakili Keluarga Tan ingin tanda tangan kontrak denganmu. Aku sudah membawa surat kontraknya." Tan Siwen meletakkan surat kontrak di depan Mo Jinrong.     

"Kalau begitu tanda tangan sekarang saja. Tidak perlu ditunda."     

Lan Anran menatap mata Tan Siwen, dia sengaja mencium Mo Jinrong di depan mata Tan Siwen. Mo Jinrong tidak menolak, justru dia senang.     

"Direktur Mo, kita masih ada hal yang berhubungan dengan proyek, yang perlu kita bahas berdua, hal yang sangat rahasia, orang luar tidak boleh mendengarnya. Siapa yang akan tanggung jawab kalau sampai informasi bocor?" Kata Tan Siwen dengan nada iri. Dia ingin menyingkirkan Lan Anran.     

"Istriku bukan orang luar, dia Nyonya Muda Mo. Katakan saja sekarang apa yang mau kamu katakan." Mo Jinrong memeluk Lan Anran, seperti memeluk anak kesayangan.     

"Direktur Mo, proyek ini sangatlah penting. Kamu memeluk Nona Lan seperti ini, aku curiga kamu tidak menjalankan proyek ini dengan serius. Aku orang yang serius dalam melakukan sesuatu hal, aku tidak ingin Direktur Mo tidak fokus saat membahas urusan pekerjaan." Tan Siwen semakin marah.     

"Apakah Direktur Tan buru-buru?" Tanya Lan Anran.     

"Sangat! Aku ingin segera melaksanakan proyek ini! Sekarang kakekku sakit, pamanku juga tidak bekerja dengan benar, hanya aku yang pantas menjalankan proyek ini. Direktur Mo, percayakan proyek ini kepadaku!" Kata Tan Siwen dengan nada tidak senang.     

"Kalau Direktur Tan sangat terburu-buru, maka kamu tidak perlu membual sekarang, besok kamu bisa datang lagi ke sini. Besok aku tidak datang ke sini." Lan Anran memeluk Mo Jinrong dengan erat.     

"Kamu…"     

"Direktur Tan, jika tidak ada hal yang disampaikan lagi, tinggalkan saja kontraknya di sini, aku akan meminta pengacara memeriksa surat kontrak. Kalau tidak ada masalah pada surat kontrak, baru kita janjian untuk tanda tangan. Masalah ini bukan masalah genting. Silakan kamu pulang, aku masih mau berbincang-bincang dengan istriku."     

Mo Jinrong tidak segan-segan mengusir Tan Siwen. Mo Jinrong mengangkat dagu Lan Anran lalu menatapnya dengan manja.     

"Direktur Mo, aku harap kamu serius menjalankan proyek ini. Aku tidak tahu sejak kapan Direktur Mo mulai tertarik dengan perempuan." Kata Tan Siwen yang tidak suka melihat perilaku Mo Jinrong terhadap istrinya yang terang-terangan.     

"Nona Tan salah paham, aku bukan laki-laki yang gampang tertarik dengan sembarang perempuan, hal yang wajar aku tertarik dengan istriku sendiri. Kalau Nona Tan keberatan bekerja sama denganku, aku bisa membatalkan proyek ini, lagipula Keluarga Mo dan Keluarga Tan masih punya kesempatan lain untuk bekerja sama, karena kami masih memiliki hutang budi terhadap Keluarga Tan."     

Mo Jinrong menoleh ke Mo San, memberi isyarat agar dia segera membawa Tan Siwen keluar dari ruangan kantornya.     

"Nona Tan, Silakan keluar."     

Tan Siwen menatap Lan Anran dengan tatapan iri. Dia menghentakkan kaki dengan sepatu hak tingginya sambil berjalan keluar dari ruangan.     

Mo San menutup pintu, kini di dalam ruangan hanya ada Mo Jinrong dan Lan Anran.     

"Dia kelihatan jelas menyukaimu. Apakah kamu tidak kasihan, mengusirnya begitu saja?" Tanya Lan Anran.     

"Keluarga Mo memang berhutang budi terhadap Keluarga Tan, tapi hutang budi ini bisa pelan-pelan dibayar. Mengenai rasa kasihan, aku hanya peduli padamu!" Mo Jinrong berbisik pelan di telinga Lan Anran.     

"Kamu pintar bicara! Memangnya Keluarga Mo berhutang budi apa terhadap Keluarga Tan?"     

Lan Anran penasaran, di kehidupan yang sebelumnya, dia hanya terfokus ingin membalas dendam, tanpa mengetahui tentang hal ini.     

"Ketika Keluarga Mo terancam gulung tikar, awalnya kami berpikir Grup Mo tidak akan tertolong, ternyata Keluarga Tan muncul membantu kami, itulah kenapa ada kerjasama antara Keluarga Mo dan Keluarga Tan, yaitu demi membalas budi mereka." Mo Jinrong menjelaskan dengan santai.     

Lan Anran senang, Keluarga Mo dan Keluarga Tan tidak menyepakati membayar hutang budi dengan perjodohan. Kalau sampai itu terjadi, sekarang yang menjadi istri Mo Jinrong bukanlah dirinya.     

"Kamu boleh membayar hutang budi kepada mereka, dengan syarat tidak ada apa-apa antara kamu dengan Tan Siwen. Mo Jinrong, Awas ya! kalau sampai aku memergoki kamu dengannya ada hubungan spesial." Lan Anran memberi peringatan.     

"Itu bisa saja terjadi, aku dengannya…."     

"Berani kamu!"     

Lan Anran mengulurkan jarinya kepada Mo Jinrong, dengan ekspresi marah.     

"Aku tidak berani! Percayalah! Oh iya, apakah kamu bisa membantuku agar 'nol' mau bertemu dan mengobatiku sekali lagi?" Tanya Mo Jinrong sambil menunduk.     

Lan Anran terkejut, kemudian dia mengangguk.     

"Baiklah. Dia pernah bilang bersedia, asalkan kamu menambah biaya pengobatannya, seharga enam ratus juta yuan!"     

Mo Jinrong terpaksa mengangguk, dalam hati dia menganggap 'nol' sebagai pemeras uang!     

"Bukannya penyakitmu sudah sembuh?" Tanya Lan Anran curiga. Meskipun penyakitnya pernah kambuh lagi, tapi asalkan membatasi Mo Jinrong memeluk dirinya, itu sudah sangat membantu agar penyakit Mo Jinrong tidak kambuh.     

"Iya. Masih ada satu hal mengganjal yang ingin aku selesaikan. Sebelumnya ada ingatanku tentang paman yang hilang, aku ingin mengingatnya kembali!"     

Di kepala Mo Jinrong dipenuhi dengan kepingan-kepingan ingatan tentang kejadian di kapal.     

Dia hanya bisa mengingat sedikit saja, tidak kejadian secara lengkap.     

"Jinrong, aku sebenarnya merasa pamanmu kemungkinan saat itu merencanakan sesuatu yang sudah dia rencanakan sejak lama. Dia jauh lebih menakutkan dibandingkan Mo Changwen." Kata Lan Anran menerka.     

Awalnya, Lan Anran mengira setelah Mo Changwen berhasil disingkirkan maka semua drama telah usai, tidak disangka muncul lagi sosok yang jauh lebih menakutkan. Mo Changwen tidak ada apa-apanya!"     

"Iya, aku berencana ingin menjenguk Mo Changwen, siapa tahu dia mengetahui informasi tentang Mo Shengli." Mo Jinrong tiba-tiba berubah serius.     

Mo Jinrong teringat paket yang diterima neneknya, dan kenangan menakutkan yang pernah muncul di kepalanya, hal ini mendorong Mo Jinrong untuk segera menemukan jawaban dari misteri pamannya ini.     

"Aku ikut denganmu. Aku juga sekalian mau menjenguk pamanku Lan Tingyi, entah bagaimana kabarnya sekarang?" Lan Anran tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.