Istri Cantik-cantik Ganas

Rahasia



Rahasia

0"Yaxin, Hari ini aku pergi menjenguk ayahmu. Dia di sana tidak bisa makan dan tidur nyenyak. Setiap hari dia hanya makan Mantau dan sayuran. Tubuhnya semakin kurus. Bagaimana nasibnya nanti di dalam penjara selama dua tahun? Yaxin, kamu harus membantu ayahmu balas dendam." Zhao Xiumei sedih melihat kondisi Lan Tingyi hari ini di penjara.     
0

Dulu saatt di rumah, kapan putra sulungnya pernah menderita?     

"Nenek, Ibu, tenang saja! Aku punya ini!"     

Lan Yaxin mengeluarkan botol kecil berisi cairan kuning lalu menunjukkan kepada ibu dan neneknyaa.     

Mereka berdua mengusap air mata, lalu memperhatikan botol itu dengan seksama. Zhao Xiumei mau membuka dan menciumnya.     

Tetapi dilarang oleh Lan Yaxin, obat itu dia rebut kembali.     

"Nenek, jangan sembarangan membuka dan mencium baunya, karena obat ini bisa menimbulkan efek halusinasi."     

Zhao Xiumei terkejut. Selama bertahun-tahun praktek sebagai dokter, obat semacam ini sangat dilarang untuk digunakan, karena jika terlalu banyak dosisnya, akan berakibat fatal. Dia bertanya kepada Lan Yaxin dengan nada serius.     

"Apakah obat ini tidak membahayakan? Di rumah sakit, obat seperti ini bisa membahayakan jiwa, apakah tidak apa-apa?"     

"Tidak masalah, Nek. Nanti aku akan cari kesempatan untuk mencampurkan obat ini ke dalam makanan atau minuman Mo Jinrong, di bawah pengaruh obat, dia akan menuruti semua permintaanku. Keesokan harinya saat dia terbangun, dia tidak akan ingat apa-apa. Sebagai seorang direktur sebuah perusahaan, dia akan mengakui kesalahannya dan mau bertanggung jawab, lalu menceraikan Lan Anran dan menikahiku. Kalian tenang saja, aku akan melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. Meskipun Nyonya Besar Mo tidak suka padaku, dia juga tidak mungkin bisa menghalangi cucunya, kan?"     

Lan Yaxin sudah membuat rencana sedetail mungkin. Dia sangat ingin menjadi Nyonya Muda Mo, kalau dia punya anak, Nyonya Besar Mo tidak akan bisa berbuat apa-apa.     

"Kamu anak yang hebat." Xu Yanshan mengusap air matanya dan mulai tersenyum.     

"Kita memang tidak boleh tanggung-tanggung untuk mendapatkan sesuatu yang besar. Aku mendukung apapun yang kamu lakukan."     

Zhao Xiumei merasa kesal setiap teringat Lan Anran yang ingin membunuhnya. Selama hidupnya, belum pernah dia diancam seperti ini. Dia harus balas dendam kepada Lan Anran.     

Dia ingin balas dendam dengan mengusir Lan Anran dari keluarga Lan.     

"Yaxin, ada satu hal yang mau Ibu diskusikan denganmu. Sebentar lagi liburan musim panas, bahan makanan di rumah kita hampir habis, kamu carilah pekerjaan, karena rencanamu tadi tidak mungkin berhasil dalam waktu dekat. Kita juga perlu menyambung hidup. Kamu lihat…" Xu Yanshan memeluk putrinya, seperti memeluk pohon uang.     

"Bu, aku masih ingin mengikuti ujian seleksi. Meskipun tahun ini tidak dibuka perekrutan lagi, tetapi aku tetap ingin melakukan beberapa penelitian obat, jadi mengenai ini…"     

"Yaxin, tenang saja. Ujian seleksi baru dibuka lagi tahun depan. Kamu anak yang pintar, kamu bisa mulai latihan tahun depan saja. Sedangkan sekarang kita bertiga juga butuh makan. Nenekmu usianya sudah tua, tidak akan ada orang yang mau mempekerjakan dia, Ibu juga bukan orang yang pintar. Di keluarga kita, hanya kamu satu-satunya mengenyam pendidikan sampai Universitas. Kamu perempuan yang cantik dan baik hati. Ibu memohon kepadamu!" Kata ibunya memohon.     

Sebenarnya Xu Yanshan tidak mau mencari pekerjaan, karena cuaca di Musim Panas sangatlah panas dan ramai orang. Dia merasa dirinya adalah seorang istri keluarga kaya raya yang terhormat, kalau sampai dia mencari pekerjaan dan diketahui oleh saudara-saudaranya, mereka pasti menertawakannya. Dia tidak ingin mereka tahu tentang kondisi keluarganya sekarang.     

"Yanshan, kamu…"     

Zhao Xiumei juga tidak bisa berkata apa-apa. Satu kejelekan dari menantunya yang satu ini adalah dia pemalas.     

Lan Yaxin juga tidak bisa menolak dan terpaksa menganggukan kepala. Dia akan mencoba meminta bantuan Tan Shilin untuk memberinya pekerjaan.     

...     

Lan Anran telah menghabiskan waktu tiga sampai empat jam untuk balap mobil bersama. Kegiatan mereka terpaksa diakhiri, karena Mo Jinrong menghubungi Lan Anran, meminta dia untuk segera kembali.     

"Kita sudah lama tidak balapan, tetapi kemampuanmu masih sama hebatnya seperti dulu." Kata Qiu Cha sambil memuji Lan Anran.     

"Sayang sekali, aku sudah punya suami. Kita baru saja bersama beberapa jam, suamiku sudah memintaku untuk pulang. Sungguh menyebalkan!" Kata Lan Anran pamer sambil mengangkat ponselnya.     

"Buat apa pamer? Aku juga mau cepat-cepat mencari pasangan dan akan aku perlihatkan kepadamu." Kata Qiu Cha tidak mau kalah.     

"Tuan Muda Keluarga Zhao tampan. Aku perhatikan dia menatapmu penuh arti." Kata Lan Anran menggodanya.     

"Apakah yang kamu maksud Zhao Han? Apa pekerjaan keluarganya?" Tanya Qiu Cha penasaran.     

"Tidak mungkin, kamu sungguhan menyukainya?" Tanya Lan Anran terkejut sambil menatap Qiu Cha.     

"Aku hanya penasaran. Dia memang tampan, sayangnya bukan laki-laki idamanku."     

Entah kenapa Qiu Cha menjawab demikian, dia merasa bersalah pada dirinya sendiri.     

"Tipemu laki-laki yang lebih tua ya? Ayah Zhao Han masih duda, apakah mau aku perkenalkan kepadamu?" Kata Lan Anran sambil tersenyum.     

"Anran! Kamu memang teman baikku!"     

Kemudian Lan Anran dan Qiu Cha naik ke mobil      

Tiba-tiba, si gendut mengirimkan pesan.     

[Mo Jinrong diam-diam mengirimkan barang dari Institut Penelitian Medis.]     

[Dari mana kamu tahu?]     

Lan Anran menunduk membaca pesan, Qiu Cha perlahan mengintip pesan.     

"Kamu sedang menjalankan misi?"     

"Bukan. Ayo jalan!"     

Lan Anran buru-buru menyimpan ponselnya agar tidak terbaca Qiu Cha, lalu dia fokus menyetir.     

Lan Anran mengantar Qiu Cha ke Vila-nya, lalu dia pergi ke Grup Mo.     

"Direktur Mo, kamu sudah merindukanku meskipun baru sebentar kita berpisah?" Lan Anran membuka pintu ruangan kantor Mo Jinrong.     

"Uhuk, uhuk! Nyonya Muda, aku masih ada di sini." Kata Mo San dengan ekspresi malu.     

"Kamu… Keluar dari ruanganku!" Kata Mo Jinrong dengan nada dingin, memberi perintah kepada Mo San.     

"Baik, Tuan Muda!" Mo San keluar dengan kepala tertunduk.     

"Nona Lan, kamu sudah bermain-main sepanjang hari. Aku takut kamu sudah melupakan aku." Mo Jinrong berdiri dan menyibakkan rambut Lan Anran ke belakang telinga sambil tersenyum.     

"Kamu selalu berada di posisi nomor satu di hatiku." Lan Anran bermulut manis di hadapan suaminya.     

"Ada yang ingin kutanyakan padamu. Sejak kapan kamu mengenal Qiu Cha? Kenapa kamu tidak memberitahuku?" Mo Jinrong memeluk Lan Anran dengan erat.     

"Dulu aku tinggal di Luar Negeri cukup lama, kebetulan aku berkenalan dengan Qiu Cha saat menyewa rumah yang sama. Dari teman serumah, hubungan kami berubah menjadi teman baik. Saat itu, kami bertahan hidup dengan mengandalkan satu sama lain. Aku tidak memberitahumu karena kamu tidak bertanya padaku." Kata Lan Anran.     

"Apakah kamu masih ada rahasia lain yang belum kamu ceritakan kepadaku?" Mo Jinrong menunduk untuk menatap Lan Anran.     

"Kamu ceritakan padaku lebih dulu. Apakah kamu juga ada hal yang kamu rahasiakan dariku?"     

Lan Anran bertanya balik. Dia ingin Mo Jinrong tergerak membongkar identitas yang disembunyikan selama ini lalu menanyakan apa alasan di baliknya?     

Mo Jinrong tidak berkedip. Dia menjawab dengan santai.     

"Tidak ada!"     

"Apakah kamu yakin?" Tanya Lan Anran sekali lagi.     

Mo Jinrong melepas Lan Anran dari pelukannya.     

"Tidak ada yang aku rahasiakan darimu. Kalau tidak percaya, kamu bisa menyelidikinya sendiri."     

"Bohong! Ada hal yang kamu rahasiakan dariku." Jawab Lan Anran.     

Mo Jinrong seketika panik.     

'Apakah Anran mengetahui identitas yang kusembunyikan?'     

Mo Jinrong tetap tidak terpancing mengatakan yang sebenarnya, dia menatap Lan Anran kemudian bertanya, "Apa yang aku rahasiakan darimu?"     

"Kamu sembunyikan di mana surat tanah yang tadinya di Brankas?" Tanya Lan Anran blak-blakan.     

Mo Jinrong balik badan melihat ke arah Brankas. Sudah beberapa hari berlalu, dia masih tidak sadar Brankas miliknya dibongkar, untungnya dia sudah memindahkan surat tanah itu sebelumnya.     

"Kalau kamu mau tahu di mana aku sembunyikan, maka carilah sendiri. Berita tentang kejadian Brankas dibongkar sudah menyebar di seluruh karyawan perusahaan ini. Kalau aku memberitahumu lokasi dimana aku menyembunyikan surat tanah itu, bukankah itu hal bodoh?" Mo Jinrong tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.