Istri Cantik-cantik Ganas

Tuan Besar Tan Masuk Rumah Sakit



Tuan Besar Tan Masuk Rumah Sakit

0"Ayah, bukankah Shilin sudah datang?" Hu Hui masih membela suaminya.     
0

"Kamu jangan bantu dia bicara, kamu tahu kan alasanku melarangnya menangani urusan pekerjaan? Seharian dia hanya tahu bersenang-senang, dan tidak mengurusi urusan di perusahaan. Kamu masih ingin aku mempercayaimu? Kalau bukan karena Mo Jinrong, apakah kamu kira, aku membiarkanmu menjadi penanggung jawab proyek?"     

"Keponakanmu berbuat onar di Grup Mo, kamu justru bersenang-senang di luar dan tidak peduli pada masalah yang terjadi. Kenapa aku memiliki anak yang tidak berguna sepertimu?" Kata Tuan Besar Tan memarahinya.     

Tan Shilin tidak terima mendengar perkataan ayahnya yang merendahkan dirinya.     

Dia blak-blakan menjawab dengan penuh kemarahan, "Aku tahu Ayah meremehkan kemampuanku. Ayah lebih suka pada Tan Lin, cucu yang Ayah anggap hebat. Ayah bisa menyuruhnya kembali ke sini. Aku pun tidak hanya menyerahkan pekerjaan, tetapi juga semua hal yang berhubungan dengan Keluarga Tan kepadanya."     

"Meskipun Ayah tidak mengatakannya, aku tahu Ayah sangat menyayanginya, selain itu, aku bisa melihat sendiri betapa Ayah sangat menyukainya, bahkan Ayah menunjuk dia sebagai penerus perusahaan keluarga Tan, lalu apa yang aku lakukan?"     

Tuan Besar Tan dibuat marah besar hingga penyakit jantungnya kambuh. Dia memegangi dadanya sambil menunjuk ke arah Tan Shilin dengan gemetaran.     

"Anak brengsek! Kamu masih tidak paham dengan apa yang aku katakan? Aku menyuruhmu pulang untuk rapat internal keluarga, nyatanya kamu membuat kami menunggu kedatanganmu selama satu jam lebih. Apakah kamu masih tidak sadar akan kesalahanmu?"     

Tan Shilin merasa dia adalah anak yang diremehkan. Dia duduk di sofa dengan posisi menyilangkan kakinya sambil bermain ponsel.     

"Kurang ajar! Kamu tidak mendengarkanku!" Tuan Besar Tan dengan sekuat tenaga melempar tongkat ke arah Tan Shilin.     

"Shilin, Hati-hati!"     

Hu Hui menghadang di depan Tan Shilin, tongkat menjatuhi lengan Hu Hui, hingga menimbulkan memar di lengannya.     

"Apa yang Ayah lakukan?" Kata Hu Hui membela suaminya.     

"Hui! Kamu terlalu berbaik hati padanya, kamu lihat sendiri, dia laki-laki seperti apa, Anak tidak berguna! Meskipun Mo Jinrong menunjuk dia sebagai penanggung jawab, aku tidak akan membiarkannya menjadi penanggung jawab proyek. Meskipun bisnis hancur, aku juga tidak akan membiarkannya mendapat apa yang dia inginkan. Hui, proyek ini aku serahkan padamu saja. Aku tidak mau anak kurang ajar ini ikut andil dalam proyek ini!"     

Tuan Besar Tan terus meluapkan emosinya.     

Tan Shilin yang panik, langsung berdiri sambil melotot.     

"Atas dasar apa Ayah menyerahkan proyek ini kepadanya? Ini adalah posisi yang aku dapat dengan usahaku sendiri, tetapi Ayah tetap menganggap aku tidak berguna. Ayah menyerahkan semuanya kepada orang luar. Suatu hari nanti bisa saja Ayah akan kecolongan, tanpa sepengetahuan Ayah, dia bisa merebut perusahaan dari Ayah."     

Hu Hui merasa bingung. Meskipun keluarganya tidak sekaya Keluarga Tan, tetapi dia sudah menikah dengan Tan Shilin bertahun-tahun laki-laki ini pun masih menganggapnya orang luar?     

"Shilin, Apa yang kamu katakan? Aku orang luar? Aku sudah menikah bertahun-tahun denganmu, kamu masih menganggapku orang luar? Aku sudah sekuat tenaga menganggap Keluarga Tan sebagai keluargaku sendiri, tetapi tidak denganmu. Benarkah begitu?"     

Selesai bicara, Hu Hui menoleh ke Tuan Besar Tan.     

"Ayah, jangan mengira aku tidak tahu apa yang menjadi jalan pikiran Ayah. Sejak awal kami memilih Siwen, bukan Hu Hui, karena Ayah melihat kekuasaan Hu Hui di perusahaan terlalu besar, karena itu Ayah menyuruh Siwen yang ambil bagian. Sebenarnya Ayah tidak suka pada Hu Hui karena dia orang luar, karena marganya Hu, bukan marga Tan!"     

Tan Shilin melawan ayahnya tanpa rasa takut.     

"Kurang ajar! Pergi kamu dari sini!"     

Emosi Tuan Besar Tan semakin naik ke ubun-ubun, suara teriakannya menyerupai raungan yang menggelegar.     

Tan Shilin baru berbalik badan, tapi dia dihentikan oleh Hu Hui.     

"Tunggu sebentar! Apa itu yang ada di tubuhmu?"     

Saat Tan Shilin berbalik badan, Hu Hui melihat ada bekas ciuman di lehernya!     

"Apa maksudmu? Tidak ada apa-apa di tubuhku."     

Tan Shilin tidak sadar apa yang terjadi?     

Dia sudah mengganti pakaiannya dan memastikan tidak ada jejak rambut perempuan yang tertinggal di tubuhnya.     

"Siapa yang mencium lehermu? Kamu juga memakai pakaian merk Chanel. Sebenarnya apa yang kamu lakukan selama satu jam ini?" Tanya Hu Hui menginterogasi hingga membuat Tan Shilin panik.     

Dia tidak tahu Liu Xixi diam-diam mencium belakang lehernya.     

"Kurang ajar!"     

Tuan Besar Tan semakin marah lalu memberi tamparan kepada Tan Shilin, kemudian Tuan Besar Tan tidak sadarkan diri dan terjatuh ke lantai.     

"Ayah!"     

Hu Hui segera mengantar ayah mertuanya ke rumah sakit, tanpa mempedulikan Tan Shilin.     

...     

Di tengah malam, Lan Anran diam-diam masuk ke ruangan kerja Mo Jinrong. Menurut petunjuk dari orang misterius, dia diberikan waktu tiga hari untuk mengambil barang dari brankas Mo Jinrong.     

Hari ini adalah batas terakhir dari waktu yang diberikan, dia harus mendapatkan barang Mo Jinrong hari ini juga. Tetapi bukan salahnya jika ternyata di dalam brankas tidak ada barangnya.     

Dia sudah memberi tahu Mo Jinrong sebelumnya, jadi seharusnya di dalam brankas sudah dikosongkan.     

Lan Anran mendekati brankas, agar brankas bisa terbuka, harus memasukkan password dua kali. Dia sudah mencoba beberapa kali, namun tetap gagal.     

Dia tidak mungkin menanyakan hal ini kepada Mo Jinrong, jadi dia bertanya kepada orang misterius.     

"Apa password-nya?" Tidak lama kemudian, orang misterius membalas pesannya.     

"Kamu istrinya, bahkan tidak tahu password brankasnya. Coba masukkan tanggal ulang tahun atau tanggal kematian Mo Ying."     

"Kamu mengenal Mo Ying?"     

Lan Anran mengerutkan kening. Kelihatannya orang misterius ini banyak mengetahui tentang Keluarga Mo.     

"Jangan bicara sembarangan! Cepat ambil barangnya!"     

Orang misterius menjadi bersikap galak padanya, ini semakin memperkuat dugaannya.     

Lan Anran berhasil membuka brankas, dia mengambil senter.     

Dia melihat jelas isi brankas. Selain beberapa berkas-berkas tidak penting, tidak ada sertifikat tanah yang diinginkan orang misterius itu dalam brankas.     

Kelihatannya, Mo Jinrong sudah langsung memindahkan.     

Lan Anran memotret isi brankas kepada orang misterius, memberitahu bahwa barang yang dia inginkan tidak ada dalam brankas, orang misterius itu memikirkan lokasi tersembunyi lainnya.     

Tiba-tiba!     

Suara alarm keamanan di luar ruangan berbunyi.     

Lan Anran buru-buru menutup kembali brankas. Dia tidak mungkin turun dengan Lift, jadi dia turun menggunakan tangga.     

"Sialan!"     

Lan Anran memaki sambil bergegas turun sepuluh lantai menggunakan tangga. Jika dia terus turun seperti ini, lama-lama kakinya bisa patah.     

Petugas keamanan yang mendengar suara alarm keamanan, bergegas naik ke ruangan direktur menggunakan Lift. Saat sudah berada di ruangan direktur, mereka melihat Lan Anran sudah berhasil kabur. Mereka pun mengejar Lan Anran melalui tangga.     

"Cepat turun ke bawah dengan tangga!" Kata seorang petugas keamanan di belakang.     

Kejadian pencurian di ruang direktur bukanlah masalah kecil, karena kejadian ini bisa mengancam posisi pekerjaan mereka apabila mereka gagal menangkap pencurinya.     

Oleh karena itu, mereka harus berhasil menangkap pencuri.     

Lan Anran mendengar suara langkah kaki petugas keamanan semakin mendekatinya, dia terpaksa turun ke bawah lebih cepat dengan cara berseluncur di pegangan tangga.     

Sampai jarak petugas keamanan sudah sangat jauh darinya, barulah Lan Anran turun dengan lift. Dia memastikan di luar Lift tidak ada orang, sehingga dia bisa segera keluar dari perusahaan.     

[Si gendut, bantu aku menyelidiki apa yang terjadi barusan? Kenapa ada Alarm keamanan?]     

Lan Anran mengirimkan pesan kepada si gendut saat sudah berada di dalam mobil.     

[Bos, kenapa kamu tidak keluar masuk perusahaan terang-terangan saja? Kamu kan Nyonya Muda Mo, bukankah wajar seorang istri Direktur keluar masuk perusahaan?]     

Si gendut bingung dengan sikap bosnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.