Istri Cantik-cantik Ganas

Sebuah Kenangan



Sebuah Kenangan

0Laki-laki yang terekam di CCTV, terlihat mengirim paket di pusat pengiriman paket. Dia terlihat tenang, sama sekali tidak panik. Mo Jinrong tidak bisa berhenti mempertanyakan apakah dia pamannya atau bukan.     
0

Mo Jinrong mematikan komputer, pikirannya sedang kalut saat ini.     

Tiba-tiba, dia teringat kejadian di atas kapal, sebuah kenangan mengerikan yang pernah dia alami saat itu.     

Dia teringat Mo Shengli menggendongnya ke Dek Kapal, pamannya itu berniat mendorongnya jatuh ke laut, tetapi karena pada saat itu hujan badai dan ada orang yang datang ke arah mereka, sehingga pamannya gagal mendorongnya jatuh, sebaliknya, justru pamannya sendiri yang jatuh ke laut.     

Kepala Mo Jinrong seketika terasa sakit, 'Ingatan yang belum pernah muncul sebelumnya. Apakah ingatannya ini salah?'     

Mo Jinrong bingung sebenarnya apa yang terjadi, tiba-tiba pintu ruangan kantornya dibuka oleh seseorang.     

"Mo Jinrong, aku tidak paham bagian mana dari diriku yang tidak bagus? Sehingga kamu mau menggantiku, apakah aku tidak sehebat Tan Shilin?" Tan Siwen masuk sambil marah-marah.     

"Nona Tan, apakah orang tuamu tidak mengajarimu sopan santun, sebelum masuk harus ketuk pintu dulu?" Tanya Mo Jinrong dengan nada tidak suka.     

"Direktur Mo, saya tidak bisa menahan Nona Tan…" Kata resepsionis sambil terengah-engah.     

"Pergilah!" Kata Mo Jinrong kepada resepsionis.     

"Direktur Mo, apa maksudmu? Kamu juga bukan orang yang sopan sekali, hal terpenting dalam berbisnis adalah menepati janji. Meskipun Tan Shilin adalah pamanku, tetapi dia tidak bisa apa-apa. Selama ini semua yang mengurus bisnisnya adalah Bibi. Kamu tidak takut bisnis ini hancur jika menggantiku?" Kata Tan Siwen dengan nada kurang enak.     

"Sudah kubilang ini masalah internal kalian. Apa hubungannya aku ganti dengan siapa? Selain itu, kamu juga sudah tahu, aku sudah menikah, jangan berharap apa-apa dariku, kalian cari orang lain saja."     

Sikap cuek Mo Jinrong semakin membuat Tan Siwen marah.     

"Direktur Mo, pamanku bilang kamu yang memutuskan memilih dia yang mengurus bisnis kerja sama kira. Aku akui punya perasaan khusus terhadapmu, tetapi aku tidak mau hal itu mempengaruhi kerja sama kita. Aku juga punya batasan. Apakah kamu mengira aku mau menjadi orang ketiga yang merayumu?" Tan Siwen tersenyum sinis.     

"Pamanmu yang memohon padaku. Sebenarnya aku juga tidak masalah. Kamu juga bisa menyuruh bibimu datang menggantikannya, aku tidak keberatan. Tolong antar Nona ini keluar!"     

Mo Jinrong berkata dengan santai. Tidak lama kemudian datang orang yang menyeret Tan Siwen keluar.     

"Lepaskan aku! Mo Jinrong, kamu akan menyesal!" Teriak Tan Siwen.     

Mo Jinrong tidak mempedulikannya. Perlahan-lahan suara teriakan Tan Siwen menjauh suasana di ruangannya pun menjadi tenang kembali.     

Mo Jinrong mengambil ponsel untuk menghubungi Tuan Besar Tan.     

"Direktur Mo, ada perlu apa Anda menghubungiku?" Tanya Tuan Besar Tan.     

"Cucu Anda datang ke ruangan saya sambil marah-marah, aku berharap Anda mengajarinya sopan santun. Selain itu, saya adalah seorang pengusaha, saya tidak suka ada masalah timbul yang tidak ada kaitannya dengan kerja sama kita. Apabila keluarga Tan tidak bisa melakukannya, saya tidak segan akan mengajarinya."     

Kemampuan Tan Shilin dalam menangani masalah masih membuat Mo Jinrong resah. Dirinya seorang pengusaha, jadi tidak mau mengalami kerugian.     

Tuan Besar Tan meminta maaf atas semua yang terjadi.     

"Direktur Mo, ini salah saya. Tenang saja? Saya akan mengajari cucu saya. Mengenai penanggung jawab, Grup Qin sudah berdiskusi dan memutuskan, kami bisa mengatasi masalah ini. Jangan khawatir."     

"Baiklah. Saya berharap Anda bisa melakukan seperti yang Anda katakan. Jangan menimbulkan masalah yang membuat saya muak!"     

Mo Jinrong memutus sambungan telepon. Dia saat ini merasa lelah dia pun teringat sudah lama tidak bertemu Lan Anran, rasanya rindu. Mo Jinrong menghubungi Lan Anran.     

"Kamu di mana?" Tanya Mo Jinrong dengan nada lelah dan mengantuk.     

Lan Anran tidak mengatakan dirinya sedang bersama Qiu Cha. Dia hanya berkata sambil tersenyum.     

"Kenapa? Kamu merindukan aku?"     

"Iya, aku merindukanmu." Lan Anran terkejut Mo Jinrong blak-blakan.     

Qiu Cha mendekatkan telinganya ke ponsel, dia ingin mendengarkan pembicaraan mereka, namun Lan Anran mendorongnya menjauh.     

"Kamu… kamu ingin aku temani?" Tanya Lan Anran malu.     

"Tidak perlu. Sudah malam, tidak aman keluar sendirian malam-malam. Besok aku akan mengantarmu ke kampus." Kata Mo Jinrong.     

Seketika pikiran Lan Anran kosong, dia hanya tersenyum sendiri seperti orang bodoh.     

"Iya, Bye-bye."     

Lan Anran masih tidak rela menutup telepon, akhirnya dia memaksakan diri menutup telepon.     

"Kamu tersipu malu. Apa yang dikatakan suamimu?" Tanya Qiu Cha.     

"Tidak ada. Sudah malam, aku pulang dulu, nanti orang tuaku khawatir."     

Lan Anran mengambil tasnya bersiap-siap pergi. Qiu Cha berkata, "Apakah besok kamu akan ke perusahaan untuk melihatku? Nyonya Muda Mo?"     

"Qiu Cha!"     

Lan Anran berbalik badan kemudian berjalan keluar dari Villa.     

…..      

Sesampainya di rumah, wajah Lan Anran masih memerah.     

"Anran, seharian ini kamu ke mana saja? Ibu mencemaskanmu."     

Sejak kejadian yang menimpa putrinya beberapa waktu lalu, Li Yueru merasa cemas setiap kali putrinya pergi.     

"Aku main ke rumah temanku. Ibu jangan cemas." Lan Anran tersenyum.     

"Kamu main ke rumah laki-laki mana lagi?" Kata Zhao Xiumei memakinya.     

Saat Li Yueru hendak menyanggah komentar mertuanya, Lan Anran menahan ibunya lalu menatap neneknya sambil tersenyum.     

"Nenek hanya bisa membayangkan yang tidak-tidak. Sebentar lagi Nenek ulang tahun, apakah Nenek sudah memikirkan, ulang tahun Nenek mau dirayakan seperti apa?"     

Zhao Xiumei berseri-seri teringat hari ulang tahunnya sudah dekat.     

"Tingyun, beberapa hari lagi ulang tahunku. Pesan 20 meja lebih. Undang semua teman lamaku dan rekan kerja kalian agar suasana pesta meriah. Pesta ulang tahunku tahun ini harus di tempat yang besar, lebih bagus lagi jika di hotel. Makanannya harus mewah. Pesta ulang tahunku dulu seperti itu, aku berharap pesta ulang tahunku juga sama seperti tahun-tahun sebelumnya." Kata Zhao Xiumei sambil menatap putranya.     

Dulu Lan Tingyun yang mengeluarkan uang untuk merayakan ulang tahun ibunya, mengundang teman-teman lama Zhao Xiumei kado yang diterima ibunya pun juga banyak.     

Satu-satunya penyesalan Zhao Xiumei adalah anak sulungnya tidak bisa ikut merayakan. Zhao Xiumei sedih tidak bisa melihat bakti Lan Tingyi.     

Lan Tingyun merasa tertekan menatap ibunya. Lan Tingyun kesal, masih untung dia tidak mengusir ibunya bersama Lan Yaxin dan Xu Yanshan. Sekarang ibunya justru ngelunjak minta ulang tahunnya dirayakan mewah, padahal keuangannya saat ini sedang terpuruk.     

"Aku tidak punya banyak uang. Kamu adalah Ibuku, aku juga tidak bisa melarang Ibu ingin merayakan ulang tahun, hanya saja, aku tidak bisa merayakan seperti dulu, tamu undangan harus dikurangi ¾ dari jumlah tamu tahun lalu. Aku akan mencari sebuah restoran untuk mengundang para tamu makan dan minum. Bu, sudah kubilang, saat ini kondisi keuanganku terbatas, jadi tidak bisa merayakan ulang tahun Ibu secara mewah."     

Zhao Xiumei mendengar bahwa putranya tidak mau merayakan ulang tahunnya secara mewah. Dulu ulang tahunnya dirayakan secara mewah hingga masuk berita di TV dan koran. Tahun ini putranya merayakan ulang tahunnya hanya di sebuah restoran. Apakah dia bisa menerima hal ini begitu saja?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.