Istri Cantik-cantik Ganas

Perempuan Penggoda Datang Ke Kantor



Perempuan Penggoda Datang Ke Kantor

0Lan Anran memperhatikan sekeliling, dan tidak menemukan keanehan.     
0

"Kenapa?" Tanya Mo Jinrong bingung.     

"Tidak kenapa-kenapa. Apakah ada orang lain yang pernah masuk ke Ruang baca ini selain kamu dan Mo San?" Tanya Lan Anran.     

"Tidak. Biasanya saat aku dan Mo San ke kantor, tidak ada lagi yang masuk ke ruangan ini." Kata Mo Jinrong sambil menatap Mo San.     

"Iya, hanya aku dan Tuan Muda yang masuk ke ruangan ini, tidak ada lagi yang berani masuk ke ruangan ini." Mo San juga menimpali.     

"Apakah ada yang pernah menyelinap?" Lan Anran bertanya lagi.     

Mo Jinrong tidak menjawab, dia juga tidak tahu, apakah ada orang lain yang bisa menyelinap masuk saat mereka berdua tidak ada di ruangan ini.     

"Ada apa sebenarnya?"     

Hari ini Lan Anran terlihat aneh, dia lebih banyak bertanya dibandingkan biasanya.     

"Tidak, aku hanya ingin tahu bagaimana kondisimu sekarang aku ingin minta bantuan darimu." Lan Anran tersenyum, menutupi rasa cemasnya.     

"Apa?"     

"Aku ingin masuk di Institut Penelitian Medis." Kata Lan Anran sambil tersenyum.     

"Bukankah Nona Lan sangat hebat? Kenapa kamu ingin menggunakan 'jalur khusus'?"     

"Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ada orang yang menghalangi aku masuk."     

Mo Jinrong berpura-pura tidak bersalah.     

"Aku tidak bisa membantumu, karena pertama, masuk dengan jalur khusus sangat tidak beretika, selain itu, meskipun aku menanam saham di keluarga itu, aku tidak punya hak memutuskan hasil akhir."     

Mo Jinrong melarangnya karena dia tidak ingin istrinya terlibat dalam masalahnya.     

"Aku memberimu nasehat, jik ada beberapa hal yang tidak bisa kamu lakukan maka menyerah saja. Mereka sudah menolak kamu masuk ke sana, itu artinya kamu menyerah saja. Kalau kamu masuk ke sana hanya menghabiskan tenaga saja."     

"Aku suka melakukan eksperimen. Kalau Tuan Muda Mo tidak mau membantuku, maka aku akan terus di sini."     

Lan Anran duduk di pangkuan Mo Jinrong. Mo Jinrong tidak risih, justru dia merangkul pinggang Lan Anran, wajahnya semakin mendekat ke arah bibirnya.     

"Mo Jinrong, kamu…"     

"Bagaimana? Kamu sendiri yang menyerangku duluan, apakah kamu mengira aku akan menghindar?" Mo Jinrong memberi ciuman di bibir Lan Anran.     

"Kamu… hati-hati dengan Brankasmu!"     

Lan Anran memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi peringatan kepada Mo Jinrong. Mo Jinrong bingung, 'Apa yang mau Anran lakukan dengan Brankas?'     

"Apa yang sedang kamu rencanakan?"     

"Tuan Muda Mo, kamu sudah menciumku, kini giliranku menciummu!"     

Lan Anran mendekatkan wajahnya sambil berkata, "Ada orang yang ingin melawanmu!"     

"Uhuk, uhuk!"     

Mo San tersipu malu melihat kemesraan mereka berdua. Usianya sudah tiga puluh tahun dan belum pernah dekat dengan perempuan bahkan menyentuhnya. Dia hanya diam terpaku melihat kemesraan Bosnya.     

"Keluar!"     

Mo Jinrong kembali kepada kesadarannya, dia meminta Mo San keluar.     

"Apa yang kamu katakan barusan?" Mo Jinrong menciumnya lagi.     

"Berhati-hatilah."     

'Mereka berdua asyik berciuman, dan lupa aku masih ada di dalam.' Mo San diam-diam memotret mereka lalu mengirimkan foto mereka kepada Nyonya Besar Mo.     

"Ah, enak sekali anak muda sekarang. Istriku, kamu di mana sekarang?" Mo San berkhayal dirinya memiliki kekasih.     

Sesudah Lan Anran pergi, Mo Jinrong bergegas ke Grup Mo untuk memeriksa isi Brankas. Untungnya barang yang dia simpan masih ada.     

Sebenarnya isi brankasnya hanya surat dokumen berharga berupa surat tanah. Apakah ada yang mau mengincar surat tanah ini?     

"Ada apa, Tuan Muda?" Tanya Mo San penasaran.     

"Aku ingin memindahkan surat tanah ini." Mo Jinrong menyerahkan surat tanah dan membisikkan alamat di telinga Mo San.     

Mo Jinrong memandangi Brankas dengan cemas lalu mengunci Brankasnya kembali.     

Mo San membawa surat tanah untuk disimpan di lantai bawah, lalu dia melihat Lan Yaxin datang sambil membawa tas ransel.     

"Nona Lan Yaxin, kamu…"     

"Aku ingin bertemu dengan kakak ipar."     

Karena mereka diusir, sehingga ibunya meminta dia balas dendam kepada Lan Anran.     

"Tuan Muda sedang sibuk. Silahkan kembali nanti!" Kata Mo San sambil tersenyum.     

"Aku hanya ingin mengobrol sebentar." Lan Yaxin memaksa masuk.     

"Jangan, Nona Lan Yaxin, sekarang Tuan Muda sedang sibuk." Mo San menahannya masuk.     

"Kakak ipar!" Lan Yaxin berteriak dengan ekspresi berseri-seri.     

"Tuan Muda, di mana?" Mo San berbalik tetapi tidak menemukan Mo Jinrong, saat dia menoleh ke Lan Yaxin lagi, ternyata Lan Yaxin sudah masuk ke Lift.     

"Sialan!"     

Mo San menghubungi Mo Jinrong untuk melaporkan kedatangan Lan Yaxin.     

Mo Jinrong belum menjawab, Lan Yaxin sudah mengetuk pintu.     

"Masuk!"     

"Kakak ipar sibuk?" Lan Yaxin tersenyum, wajahnya berseri-seri melihat ketampanan Mo Jinrong.     

"Apakah kamu tidak bisa melihatnya? Buat apa kamu datang ke sini? Kita tidak dekat sama sekali." Mo Jinrong mengatakan kalimat yang menusuk hati.     

"Kakak ipar, kenapa kamu bilang begitu. Kamu suami kakak, itu artinya kamu kakak iparku. Meskipun kita tidak dekat, tetapi kita terhubung satu sama lain. Bukankah begitu?"     

Lan Yaxin mendekati Mo Jinrong hendak duduk di pangkuannya, tetapi Mo Jinrong langsung berdiri.     

"Apa yang kamu lakukan?"     

"Kakak ipar, jangan panik. Aku hanya ingin kita bisa akrab." Lan Yaxin tersenyum sambil menarik Mo Jinrong.     

Mo Jinrong segera menghindar.     

"Cepat pergi dari sini!"     

Lan Yaxin kesal melihat Mo Jinrong menghindar, tetapi dia menahan emosinya.     

"Kakak ipar, aku tahu kamu salah paham padaku. Aku sungguh tidak sengaja. Kakak juga salah paham. Aku tidak berniat jelek. Aku hanya ingin menjalin hubungan baik dengan kakak ipar." Kata Lan Yaxin sambil menangis.     

Mo Jinrong paling tidak suka melihat orang menangis. Dia berkata dengan kesal.     

"Kalau tidak ada hal penting, segera pergi dari sini."     

"Kakak ipar, aku ada hadiah untukmu. Sebentar lagi nenek ulang tahun. Aku harap Kakak ipar bisa datang."     

Lan Yaxin mengeluarkan kotak berisi dasi yang spesial dia pilihkan untuk Mo Jinrong.     

"Coba pakai."     

Mo Jinrong menatapnya dingin, tidak ada perasaan spesial dari sinar matanya.     

Lan Yaxin senang Mo Jinrong menerima hadiahnya. Dia meletakkan hadiah itu di atas meja, lalu berkata sambil tersenyum lebar.     

"Ķakak ipar, jangan marah. Kakakku juga salah paham padaku. Kalian tidak sama-sama salah paham dengan sikapku, kan?"     

Lan Yaxin mendekati Mo Jinrong lagi sambil memegang tangan Mo Jinrong.     

Mo Jinrong tidak tahan lagi. Dia melepas pegangan tangan Lan Yaxin lalu berteriak.     

"Mo San, cepat ke sini dan usir dia dari sini. Jangan biarkan dia masuk ke Grup Mo lagi!"     

"Kakak ipar, kamu…"     

Mo San sudah menahan lama, dia juga sudah hampir muak dengan tindakan Yaxin. Rayuan perempuan ini membuat orang yang melihatnya muak.     

"Nona Lan, silahkan pergi!"     

Lan Yaxin tidak mau pergi. Akhirnya Mo San memaksa dengan menarik Lan Yaxin keluar dari ruangan.     

"Kakak ipar! Kakak ipar!"     

Lan Yaxin berteriak hingga menjadi bahan tontonan orang.     

"Lepaskan aku! Aku bisa pergi sendiri!"     

Lan Yaxin melepaskan diri dari Mo San.     

'Hari ini dia menolakku, tapi lambat laun, dia akan menjadi milikku!'     

Lan Yaxin keluar dari Grup Mo, sambil ditatap oleh banyak pasang mata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.