Istri Cantik-cantik Ganas

Mengusir Mereka



Mengusir Mereka

0"Kami sudah cukup menderita dengan ulah Lan Anran. Sekarang kamu juga mau melawan kami. Jangan dikira kami takut hanya karena kamu memiliki kakak yang cantik dan berbakat."     
0

Xu Yanshan kesal melihat kedua anak Lan Tingyun dan Li Yueru bersikap sok-sokan di depan mereka. Kakaknya tidak tahu sopan santun, sekarang adiknya juga ikut-ikutan.     

"Kakak Ipar, sebenarnya apa yang dikatakan Yanran ada benarnya. Lebih baik kakak ipar mulai cari pekerjaan. Keuangan di keluargaku menipis." Kali ini Lan Tingyun memihak anaknya. Dia tidak mampu menghidupi keluarganya.     

"Cih! Aku menumpang di rumahmu juga memakai uangku sendiri membeli barang-barang keperluan kami dan hanya menggunakan uang kalian sedikit. Ambil uang kalian, Dasar pelit!"     

Xu Yanshan kesal setiap mengingat, dia harus mencari uang sisa untuk membeli lauk.     

"Kamu anak yang tidak punya pendirian, mau saja diatur putrimu. Putrimu tidak ada, gantian kamu patuh dengan putramu. Kamu tidak pernah mau mendengar perkataan ibumu. Dasar anak tidak berbakti!" Zhao Xiumei memaki.      

"Bu, dulu aku selalu patuh padamu, aku bahkan mendengarkan Ibu untuk mencari pekerjaan. Sekarang aku bahkan tidak punya waktu menyenangkan diri sendiri. Sekarang aku minta kakak ipar segera tinggalkan rumahku." Lan Tingyun menyuruh dengan tegas, dia kelihatan memang berencana mengusir mereka.     

"Adik, tadi aku berbicara terlalu kasar padamu, tetapi kami di sini membantu kalian membersihkan rumah. Kami juga tidak makan sebanyak kalian."     

Xu Yanshan melunak. Kalau dia hanya berduaan dengan Yaxin di rumah lama mereka. Entah bagaimana nasib mereka?     

"Lan Tingyun! Kakakmu masuk penjara, kamu usir mereka, bagaimana cara mereka hidup berdua tanpa Tingyi? Aku malu punya anak seperti kamu." Zhao Xiumei memakinya.     

"Bu, aku juga memperhatikan kalian selama di rumah ini. Anran juga memberitahuku kalian memasang CCTV di kamarnya. Dia tidak pernah membuat perhitungan kepada orang yang berbuat jahat padanya, tetapi aku yang akan membuat perhitungan dengan kalian. Aku mau bertanya pada kalian. Kenapa kalian melakukannya?" Tanya Lan Tingyun dengan emosi.     

Tadi Lan Anran memberitahukan tentang masalah CCTV, dia sebagai ayahnya tidak boleh membiarkan hal ini terjadi.     

"Dia melapor?" Tanya Zhao Xiumei melotot.     

"Adik, kami hanya ingin memastikan apa yang dilakukan Lan Anran, kami takut dia belajar yang tidak-tidak, jadi..."     

"Apa hak kalian memantau Anran? Aku memang tidak tahu apa yang dia lakukan, tetapi bukan berarti kalian berhak memata-matai dia. Kalian di rumah memasang CCTV seakan sedang memantau penjahat. Apakah seperti ini yang disebut keluarga?" Lan Tingyun geram dan berteriak hingga mereka terkejut.     

Dia tidak menyangka ibu dan kakak iparnya akan melakukan hal seperti ini kepada cucu dan keponakannya sendiri.     

"Bu, Anran manusia, kenapa kamu memperlakukan cucumu sendiri seperti penjahat. Aku tidak akan membiarkan kalian menindas putriku. Cepat kalian keluar dari rumahku sekarang juga." Kata Lan Tingyun dengan marah.     

"Kurang ajar. Aku memang memantau dia, apa salahnya. Apakah aku bisa diam saja melihat dia melakukan sesuatu secara tertutup. Aku melakukan ini juga untuk kebaikannya." Jawab Zhao Xiumei.     

"Bu, kamu adalah Ibuku, aku tidak bisa mengusirmu, tetapi tidak dengan kakak ipar dan Lan Yaxin."     

"Baiklah! Lan Tingyun, aku sudah tahu kamu meremehkan kami. Kami akan keluar sendiri tanpa kamu mengusir kami." Xu Yanshan pergi ke atas kemudian membereskan barang-barangnya.     

Zhao Xiumei menghentikannya.     

"CCTV itu aku yang beli. Kalau kamu mau mengusirnya, maka usir juga aku."     

"Kalau Ibu mau pergi ikut dengannya, silahkan saja. Aku mau berangkat kerja. Aku harap saat pulang nanti, kalian sudah tidak ada di rumah ini." Kata Lan Tingyun sebelum dia berangkat bekerja.     

"Nenek, cepat beres-beres!" Lan Yanran buru-buru pergi sambil menertawakan mereka.     

"Kurang ajar! Kalian semua kurang ajar!" Zhao Xiumei memaki mereka.     

"Nenek, ini pasti ulah kakak. Hari ini aku bertemu dengan kakak ipar. Padahal aku hanya mengobrol singkat dengan kakak ipar, tetapi dia sudah marah padaku. Apakah dia memperlakukan kita seperti ini karena dia marah. Ini semua salahku!" Lan Yaxin menangis.     

"Bukan salahmu. Ini semua salahku. Dia sama sekali tidak pantas menjadi pasangan Mo Jinrong. Suatu hari kamu akan menjadi nyonya Mo. Tunggu saja sampai saat itu tiba. Sementara kita pindah dari sini. Kalau dipikir-pikir kalau kita sudah pindah, kita akan semakin mudah mendekati Mo Jinrong. Selain itu, bagaimanapun aku adalah Ibu Lan Tingyun, dia pasti akan memberiku uang bulanan, jadi kita tidak akan mati kelaparan."     

Zhao Xiumei menenangkan mereka.     

...     

Di desa, Lan Anran sedang merawat kebun tanaman obatnya. Si gendut mengirimkan pesan [Xiang Tian menghilang]     

Lan Anran berpikir mungkin Mo Jinrong sedang menyembunyikan diri     

Lan Anran menjawab santai [Tidak apa-apa, aku tahu dia ada di mana. Terus awasi penjualan obatnya!]     

Saat Lan Anran mau menyimpan ponselnya, ponselnya berbunyi, sebuah nomor tidak dikenal yang mengirimkan pesan. [Lan Anran, aku tahu semua tentangmu. Aku harus bekerja sama denganmu! Jika kamu menolak, maka aku akan mengungkap identitasmu.]     

Lan Anran membaca sebuah kalimat ancaman.     

[Siapa kamu?]     

[Kamu tidak perlu tahu. Kamu hanya punya satu pilihan. Bantu aku membuka lemari penyimpanan, buang barang-barang di lemari ke tong sampah. Tidak perlu memeriksa tentangku. Aku selalu mengawasimu.]     

Lan Anran berpikir, orang itu berhasil tahu dengan lengkap karena mengawasinya. Orang ini pasti berniat jelek.     

Lan Anran melepas gunting, membereskan barang-barangnya lalu pulang.     

Sesampainya di rumah, nenek dan bibinya sudah pindah. Rumahnya terlihat luas kembali.     

Dia masuk ke kamar, menyalakan komputer lalu menyelidiki tentang orang misterius yang menghubunginya barusan, tetapi dia tidak mendapatkan informasi apa pun.     

Lan Anran menghubungi nomor itu, ternyata nomor ini bukan nomor resmi. Orang ini kelihatannya bertindak dengan sangat hati-hati. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia pergi mencari bantuan Mo Jinrong.     

Mo Jinrong di ruang baca sedang memikirkan perkataan neneknya. Mo Jinrong masih belum percaya bahwa pamannya yang membunuh adiknya. Dia juga tidak begitu ingat sosok pamannya. Lalu apa hubungannya paman dan Ying'er?     

Adiknya anak yang polos, dia bukan penerus Grup Mo, kenapa adiknya dibunuh?     

"Tuan Muda, apakah kamu sedang memikirkan tentang Nona Besar?" Kata Mo San sambil mengantar Kopi.     

"Iya, aku berharap, bukan paman yang membunuhnya."     

Mo Jinrong membayangkan pamannya. Sudah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu pamannya. Bagaimana rupa pamannya sekarang?     

"Tuan Muda, jika memang Tuan Mo kembali, menurutmu apa yang dia incar?" Mo San menerka-nerka.     

Dulu saat Mo Shengli menghilang, Mo San masih seorang remaja. Dia ingat sosok sopan dan rendah hati Mo Shengli. Dia tidak kelihatan jahat.     

"Kamu pergilah ke bawah." Kepala Mo Jinrong terasa pening.     

Mo San mengambil benda yang sama, yang setiap saat dia ambil dari laci.     

Benda ini adalah sebuah mainan. Saat itu, Mo Shengli memberinya hadiah ini. Benda pemberiannya masih terus menemaninya.     

"Tuan Muda, Nyonya Muda datang." Kata Mo San melapor.     

"Suruh dia masuk."     

Mo Jinrong menyimpan mainannya.     

Lan Anran masuk dengan ekspresi cemas. "Jinrong, kamu…"     

Saat Lan Anran mau mengatakan sesuatu, ponselnya berbunyi.     

[Jangan katakan apapun kepada Mo Jinrong. Bukankah sudah aku bilang, aku selalu mengawasimu!]     

Lan Anran mendapat pesan berisi ancaman lagi. Ternyata dia sedang diawasi seseorang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.