Istri Cantik-cantik Ganas

Ada Keanehan



Ada Keanehan

0"Orang yang seharusnya menjenguk Jinrong adalah orang tua Anran, bukan kalian. Selain itu, Jinrong tidak suka makan bubur, cepat pergi dari sini." Nyonya Besar Mo sangat emosional, ingin mengusir mereka dari sini.     
0

"Nenek, kami tidak ada maksud lain. Kondisi kakak ipar dalam keadaan sakit, aku dengan tulus membawa makanan untuknya. Aku menduga kakak ipar pasti belum makan, jadi aku membuat bubur untuk kakak ipar cicipi, apakah tidak boleh. Kakak ipar bahkan belum berkomentar apa-apa, kenapa Nenek justru mengusir kami? Padahal kami tidak salah apa-apa." Lan Yaxin menangis, seolah dia ditindas.     

"Buat apa kamu menangis? Cucuku masih hidup, aku paling benci melihat ada orang yang menangis di depanku." Kata Nyonya Besar Mo kesal.     

"Aku sarankan kalian pulang, cukup ada aku yang menjaga Jinrong. Bibi tidak perlu repot-repot mencemaskannya." kata Lan Anran sambil tersenyum.     

"Kamu…" Xu Yanshan melihat sikap Lan Anran yang sombong.     

"Aku kenapa? Apakah yang aku katakan salah?"     

Xu Yanshan melihat mereka melawan dirinya, ditambah dengan melihat sikap sombong Lan Anran, membuat dia kesal setengah mati.     

"Buat apa kamu menangis, ayo kita pergi! Dasar tidak tahu berterima kasih!" Xu Yanshan membawa kembali bubur, lalu menarik Lan Yaxin keluar dari kamar.     

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Lan Tingyun.     

"Kakak Ipar, kenapa kamu ada di sini?"     

"Kamu masih berani bertanya padaku? Besanmu sungguh tidak tahu berterima kasih, kami membawakan bubur untuk Jinrong tetapi mereka memakiku, bahkan putrimu yang kurang ajar itu memakiku dan mengusirku!" Xu Yanshan meluapkan kekesalannya di luar kamar Jinrong.     

Li Yueru tidak menenangkannya, dia melihat mereka membawa bubur sambil memperhatikan dandanan Lan Yaxin. 'Mana ada orang yang menjenguk orang sakit dengan dandanan secantik ini? Pantas saja mereka dimaki.'     

Lan Tingyun masuk ke kamar rawat inap Mo Jinrong.     

"Jinrong, kamu sudah sadar? Bagaimana kondisimu?"     

"Ayah, Ibu, kenapa kalian datang? Bukankah ini masih jam kerja kalian?" Tanya Lan Anran yang terkejut melihat kedatangan orang tuanya.     

"Aku sudah berkonsultasi dengan dokter yang memeriksa Jinrong, dia mengatakan penyakit jantung Jinrong tidak terlalu berbahaya. Dia adalah menantuku, tentu saja aku harus menjenguknya." Kata Lan Tingyun.     

"Besan, tolong jangan tersinggung dengan sikapku yang mengusir keponakan dan kakak iparmu. Jujur saja, aku tidak menyukai mereka. Kalian mertua sekaligus mertua Jinrong, sudah sewajarnya datang menjenguk Jinrong." Kata Nyonya Besar Mo menjelaskan sambil berdiri.     

"Nyonya, jangan cemas, aku sudah berkonsultasi dengan dokter, kondisi Jinrong baik-baik saja, dia hanya perlu banyak beristirahat. Hanya saja ada satu hal yang membuat kami tidak enak hati. Nyonya tidak memberi tahu kami tentang kondisi penyakit Jinrong. Kami tidak mempermasalahkan tentang Jinrong yang menutupi identitas aslinya, tetapi kenapa Nyonya tidak memberi tahu kami kondisi penyakit Jinrong? Bagaimana pun ini menyangkut masa depan putri kami."     

Li Yueru menyesal, tidak mencari tahu lebih dulu sebelum menikahkan putrinya.     

"Aku minta maaf tidak memberi tahu kalian karena beranggapan penyakit Jinrong bukanlah masalah besar, hanya bisa sering kambuh. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, kalian tahu sendiri rumor tentang Jinrong pada saat itu."     

Nyonya Besar Mo mengira awalnya Lan Anran akan menolak menikah karena rumor yang beredar tentang Mo Jinrong. Ternyata mereka tidak mempermasalahkannya. Itulah sebabnya Nyonya Besar Mo berpikir kalau mereka bisa menerima rumor jelek tentang Mo Jinrong, maka mereka juga bisa menerima kondisi Mo Jinrong dengan penyakit jantungnya.     

"Nenek, jangan berkata seperti itu. Ini salah kami. Ayah, Ibu, aku…"     

"Sudahlah, anggap saja masalah ini selesai. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa lebih baik kamu fokus pada kesehatanmu."     

Lan Tingyun tidak mau mendengarkan penjelasan mereka karena merasa tidak ada gunanya mereka menjelaskan. Satu hal yang dia harapkan adalah Mo Jinrong bisa menjaga kesehatannya dan membuat Lan Anran bahagia.     

"Anran, hari sudah malam. Kondisi Jinrong juga baik-baik saja, lebih baik kamu pulang sekarang. Ayah dengar hari ini kamu izin kuliah, besok kamu masuk dan jelaskan kepada dosenmu." Kata Lan Tingyun.     

Lan Anran mengangguk lalu teringat lagi masalah Lan Yanran.     

"Ayah, bagaimana kondisi Yanran?"     

"Kamu masih ingat mempunyai adik? Sekarang di internet muncul rekaman yang membuktikan Yanran tidak bersalah. Tetapi Ayah tidak tahu darimana asalnya rekaman itu?" Kata Lan Tingyun penasaran.     

"Besan, Yanran adalah artis di bawah naungan perusahaan kami, jangan cemas kami akan melindungi dia, tidak peduli apa pun yang terjadi, selama ada Jinrong, semuanya akan baik-baik saja." kata Nyonya Besar Mo menenangkan.     

Lan Tingyun mengangguk lalu mengajak Lan Anran pergi.     

"Jinrong, apakah kamu sampai sekarang merindukan pamanmu?" Tanya Nyonya Besar Mo.     

Mo Jinrong terkejut karena sudah lama dia tidak mendengarkan berita tentang pamannya, bahkan dia hampir melupakan nama pamannya itu.     

Mo Jinrong menggeleng-gelengkan kepala.     

"Aku tahu kamu sangat dekat dengan pamanmu, kejadian ini sudah lama berlalu. Andaikan Anran tidak membahasnya, Nenek juga sudah lupa." Kata Nyonya Besar Mo yang merasa menyesal.     

Meskipun dia bukan anak kandungnya, tetapi dia sudah menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Tidak disangka, ketiga anaknya semuanya meninggalkannya sekarang.     

"Apakah Lan Anran yang mengatakannya?" Mo Jinrong mengerutkan kening, merasa tidak percaya.     

"Dia mengatakan bahwa kamu menyebut nama pamanmu saat kamu sedang tidak sadarkan diri."      

Mo San berkata, "Tuan muda, sebenarnya aku merasa ada yang janggal, saat kejadian Mo Shengli hanyut di laut. Apakah saat seseorang hanyut di laut, barang-barangnya juga ikut hanyut?"     

Saat itu Mo San juga berada di atas kapal, Saat Mo Shengli menghilang, dia menyelidiki barang pribadinya, tetapi tidak ditemukan satupun kecuali dua buah ponsel milik Mo Shengli. Padahal Mo Shengli tidak membawa serta ponsel itu ke atas kapal, yang kini sudah hilang entah ke mana.     

'Kenapa kedua ponsel itu lenyap?'     

Mo Jinrong mengerutkan kening, saat itu dia masih sangat kecil, bahkan dia tidak bisa mengingat seperti apa rupa Mo Shangli. Dia juga tidak ingat tentang kejadian itu.     

"Ya sudah, dia pasti sekarang sudah mati. Kejadian itu sudah sangat lama terjadi, apa mungkin dia masih hidup? Dia pasti sudah mati terhanyut di laut, ayo kita pulang."     

Nyonya Besar Mo selalu merasa sedih setiap mengingat kejadian itu, saat ini usianya sudah tua bagaimana mungkin dia masih bisa mengingat kejadian itu?     

Di luar rumah sakit     

Xu Yanshan terlihat sangat kesal.     

"Dasar nenek tua! Aku belum selesai berbicara, dia sudah mengusirku."     

"Bu apa yang harus kita lakukan? Nenek tidak memberi kita kesempatan sedikit pun."     

Lan Yaxin merasa tanpa ada bantuan Nyonya Besar Mo, maka dia tidak bisa mendekati Mo Jinrong.     

"Ini semua salahmu, kamu hanya bisa menangis dan membuat dia kesal. Pantas saja Nyonya Besar Mo tidak menyukaimu." Xu Yanshan kesal melihat Lan Yaxin yang sedang menangis.     

'Kenapa anak ini tidak sehebat Lan Anran!'     

"Bu, bukankah kamu yang mengajarkan aku untuk menangis setiap kali ada masalah? Kata Ibu aku harus menangis seperti seorang anak yang merengek meminta susu."     

Lan Yaxin merasa kesal karena seharian ini dia selalu dimaki-maki.     

"Iya, tapi kamu juga perlu melihat kondisi, kamu tidak boleh setiap saat hanya bisa menangis, ayo kita pulang dan cari nenekmu untuk memikirkan cara yang lain!"     

Xu Yanshan mengajak Lan Yaxin pulang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.