Istri Cantik-cantik Ganas

Bubur Buatan Si Perempuan Licik



Bubur Buatan Si Perempuan Licik

0Lan Anran merasa bahwa masalah ini bukan masalah kecil saat melihat ekspresi Mo San yang ragu-ragu     
0

Sesampainya di rumah sakit Lan Anran menerima telepon dari Nyonya Besar Mo.     

"Anran apakah benar Jinrong masuk rumah sakit? Bagaimana kondisinya? dia dirawat di rumah sakit mana?" Tanya Nyonya Besar Mo dengan panik.     

"Nenek, kondisinya baik baik saja. Tenang saja, kondisi Jinrong tidak membahayakan. Aku akan mengirimkan alamat rumah sakitnya kepada Nenek." Lan Anran memutus sambungan telepon sambil menatap Mo San.     

"Kamu memang mata-matanya Nenek."     

Nona Lan, jangan salahkan aku, aku tidak berani membantah perintah Nyonya Besar" Kata Mo San merasa tersudutkan.     

Setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit dan memastikan kondisi Mo Jinrong baik-baik saja, baru setelah itu dia dipindahkan ke kamar rawat inap biasa.     

Sesampainya di rumah sakit, Nyonya besar Mo dan Bibi Wu buru-buru masuk ke kamar Mo Jinrong.     

"Kenapa penyakitnya tiba-tiba kambuh? Bukankah beberapa waktu lalu, dia sudah disembuhkan oleh dokter?" Tanya Nyonya Besar Mo bingung.     

"Nenek, aku ingin menanyakan sesuatu kepada Nenek." Kata Lan Anran sambil menuntun Nyonya Besar Mo.     

"Tanyakan saja."     

"Siapa Mo Shengli?"     

Mendengar pertanyaan itu, Nyonya Besar Mo terkejut sambil menatap bibi Wu.     

"Darimana kamu mengetahui tentangnya? Apakah dia ada hubungannya dengan penyakit Jinrong?" Tanya Nyonya Besar Mo enggan menjawab tentang orang itu.     

"Saat Jinrong tidak sadarkan diri, dia menggumamkan nama itu, aku hanya penasaran dan merasa bahwa orang ini ada hubungannya dengan penyakit yang dialami Jinrong."     

Suasana di dalam kamar menjadi tegang.     

"Dia adalah anak Keluarga Mo. Lebih tepatnya, dia adalah anak haram Keluarga Mo!"     

Kata Nyonya Besar Mo terlihat agak enggan membahas tentang orang itu.     

Ekspresi Lan Anran sedikit terkejut, dia hanya tahu keluarga Mo hanya memiliki dua anak dia belum pernah mendengar tentang anak ketiga ini.     

"Lalu kenapa aku tidak melihat keberadaannya di Keluarga Mo? Aku belum pernah mendengar tentangnya."     

Lan Anran hanya tahu Nyonya Besar Mo memiliki dua anak, sekarang tiba-tiba muncul anak yang lain, selain itu, Nyonya Besar Mo tidak pernah membahas tentangnya.     

"Kami sudah kehilangan jejaknya bertahun-tahun yang lalu, dia bukan anak kandungku. Bisa dibilang aku adalah ibu tirinya dan kejadian ini sudah berlangsung hampir sepuluh tahun yang lalu."     

"Pada saat aku menikah dengan suamiku, aku tidak tahu ternyata dia memiliki anak haram. Setelah bertahun tahun lamanya, barulah aku mengetahui tentang anak haram itu. Tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menerima anak itu. Aku menganggapnya sebagai anak tertua Keluarga Mo, dan sudah kuanggap seperti anak kandungku sendiri."     

"Kemudian sejak Lan Xuan meninggal dunia, aku seperti kehilangan arah dan tidak memperhatikan dia lagi. Aku merasa perlakuanku terhadapnya tidak sebaik dulu, tetapi dia tidak terlihat kecewa, aku juga tidak memikirkannya."     

"Suatu hari saat liburan ke pantai, tiba-tiba turun hujan lebat, kemudian dia menghilang, kami juga sudah mencarinya kemana-mana tetapi tidak ditemukan jenazahnya. Bertahun-tahun lamanya kami tetap tidak mendapatkan kabar tentangnya. Aku juga sudah melupakannya jika kamu tidak menyebutkan namanya. Hubungan Jinrong dengannya sangat dekat, kemungkinan Jinrong belum bisa melupakan pamannya."      

Nyonya Besar Mo bercerita dengan sedih, dia membayangkan kembali kejadian pada saat itu.     

"Apakah Nenek yakin dia sudah mati?" Tanya Lan Anran curiga.     

"Aku yakin dia hanya hilang karena jenazahnya tidak pernah ditemukan."     

"Kejadian itu terjadi di tengah laut, pada saat itu kapalnya terbalik kemungkinan dia hanyut tenggelam. Beberapa tahun kemudian kami tidak mendapat kabar tentangnya lagi, kecil kemungkinannya dia masih hidup." Kata Nyonya Besar Mo dengan yakin sambil mengusap air matanya.     

Lan Anran merasa kejadian ini sedikit janggal, kenapa pada saat kapal terbalik hanya dia saja yang hanyut di laut? Pada saat itu Mo Jinrong masih kecil, apakah dia melihat sesuatu yang membuatnya trauma sehingga sampai saat ini dia masih terbayang orang itu? Tetapi pada saat Lan Anran masuk ke alam pikiran Mo Jinrong, dia tidak melihat adegan di kapal itu. Biasanya adegan yang muncul di alam pikiran merupakan kenangan yang diingat orang tersebut. Ataukah jangan-jangan Mo Jinrong ini melupakan kejadian itu?     

"Nenek, pada saat itu bagaimana respon Mo Jinrong?" Tanya Lan Anran.     

"Pada saat itu Jinrong masih berumur beberapa tahun, aku tidak tahu apakah dia mengingatnya atau tidak. Kejadian itu sudah lama terjadi, yang masih aku ingat pada saat itu semua orang merasa panik. Jinrong kelihatannya juga terkejut karena pada saat itu dia sampai melotot." kata Nyonya Besar Mo mengingat kejadian pada saat itu.     

Tiba-tba Mo Jinrong menggerakkan tangannya lalu membuka matanya perlahan.     

"Jinrong, kamu sudah sadar? Bagaimana kondisimu?"     

Nyonya Besar Mo mendekati cucunya hatinya hancur melihat wajah cucunya yang pucat.     

"Nenek, kenapa Nenek ada di sini? Aku baik baik saja." kata Mo Jinrong dengan lemas, dia duduk bersandar di kasurnya.     

"Kamu masih bilang baik-baik saja? Padahal kamu masuk rumah sakit dan kamu menyembunyikan hal ini dariku." Kata Nyonya Besar Mo menyalahkannya.     

Mo Jinrong melirik Mo San tanpa berkata apa-apa.     

"Jangan lihat Mo San, aku yang menyuruh dia. Bukankah kondisimu sebelumnya sudah sembuh? Identitasmu sudah terlanjur terbongkar, sekarang penyakitmu kambuh lagi, apakah tidak mengancam keselamatanmu" Tanya Nyonya Besar Mo dengan cemas.     

Dalam rentang waktu yang terbilang singkat, Mo Jinrong berhasil memimpin Grup Mo menjadi perusahaan terbesar di dunia, dengan prestasi ini banyak orang yang tidak suka dan menjadi musuhnya. Saat dia menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya, semua perhatian publik tertuju kepada Mo San, sekarang setelah identitasnya yang sebenarnya sudah terungkap, perhatian publik sekarang berbalik tertuju kepada Mo Jinrong. Situasi ini tidak aman untuknya.     

"Jangan cemas, aku akan berhati-hati, hari sudah malam, setelah infus ini habis aku akan pulang, Nenek juga cepatlah pulang dan beristirahat."     

"Cucu kurang ajar, kamu masih saja mencemaskan diriku. Aku akan pulang bersamamu karena aku lebih merasa tenang setelah memastikan kamu sudah keluar dari rumah sakit."     

Nyonya Besar Mo sebenarnya cemas dengan kondisi penyakit cucunya ini, apabila sampai terjadi sesuatu kepada cucunya, maka Grup Mo juga akan hancur.     

Beberapa saat kemudian tiba-tiba pintu kamar terbuka, masuklah Lan Yaxin membawa termos makanan diikuti oleh Xu Yanshan.     

"Jinrong, syukurlah kamu sudah sadar. Kami sangat mencemaskanmu, Yaxin membuatkan bubur untukmu, kamu pasti belum makan. Kami berpikir bahwa Jinrong perlu makan makanan yang memiliki rasa tidak terlalu kuat." Xu Yanshan masuk lalu meletakkan termos makanan di meja.     

"Tunggu, siapa yang mengizinkan kalian untuk masuk?" Kata Nyonya Besar Mo.     

Nyonya Besar Mo tidak suka dengan mereka, mereka selalu berusaha mendekati dirinya dan juga cucunya dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka.     

"Nyonya Besar Mo, Jinrong saat ini sedang sakit. Apakah salah, aku sebagai Bibi dan Yaxin sebagai adik sepupu Anran menjenguk Jinrong?"     

Xu Yanshan tersenyum, dalam hatinya menyumpahi Nyonya Besar Mo segera mati!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.