Istri Cantik-cantik Ganas

Anak Kurang Ajar Perlu Dihajar



Anak Kurang Ajar Perlu Dihajar

0"Nenek, aku takut kakak ipar…"     
0

Lan Yaxin takut melihat sikap dingin Mo Jinrong.     

"Apa yang kamu takutkan? Ini yang membuatmu kalah dari Lan Anran, dan selamanya kamu akan ditindas oleh dia!" Kata Xu Yanshan menggerutu sikap putrinya ini yang akan membuat dia kalah dari Lan Anran.     

Zhao Xiumei tidak tega melihat cucunya menangis lalu membelanya.     

"Kamu jangan membandingkan cucuku dengannya! Lan Anran memang menggunakan cara yang brutal, tidak seperti cucuku ini, jadi wajar Yaxin tidak bisa melawannya. Asalkan Mo Jinrong menyukai Yaxin, maka tidak ada yang bisa melarang!" Zhao Xiumei memeluk Lan Yaxin.     

"Tapi, bu. Masalahnya adalah Mo Jinrong adalah laki-laki yang dingin, kelihatannya Mo Jinrong susah untuk bisa menyukai Yaxin."     

Xu Yanshan ragu. Mo Jinrong orang yang berpendirian kuat, baru pertama kali beberapa waktu lalu Mo Jinrong berinisiatif membongkar identitasnya sendiri, jadi Xu Yanshan ragu putrinya akan berhasil mendapatkan hati Mo Jinrong.     

"Jangan khawatir. Mo Jinrong bisa foto mesra dengan perempuan lain. Kenapa Yaxin tidak bisa?"     

Zhao Xiumei berpikir sejenak lalu dia memikirkan sebuah ide bagus.     

"Sebentar lagi ulang tahunku akan tiba, undang Mo Jinrong untuk datang. Kita akan ciptakan kesempatan Mo Jinrong dan Yaxin berduaan."     

"Ide bagus, Bu! Kalau begitu ibu bantu Yaxin ya."     

Xu Yanshan berharap penuh pada bantuan Zhao Xiumei.     

Zhao Xiumei memang hanya satu-satunya orang yang bisa mereka berdua andalkan.     

...     

Di Grup Mo.     

"Tuan Muda, kita tidak boleh terus mendiamkan kondisi ini, kita sudah tidak ada cara lagi untuk memperbaiki komputer-komputer di perusahaan. Kalau pekerjaan di Grup Mo dibiarkan berhenti terlalu lama, kita bisa merugi ratusan juta yuan!"     

Mo San datang menghampiri Mo Jinrong dengan panik.     

"Kurang ajar!" Mo Jinrong memukul meja sambil menggertakkan gigi.     

Akhirnya dia menghubungi Lan Anran.     

"Kamu di mana?"     

Lan Anran tersenyum saat menerima panggilan telepon dari Mo Jinrong.     

"Aku sedang makan bersama nenek. Apakah kamu juga mau datang ke sini?"     

"Cepat datang ke Grup Mo!"     

Mo Jinrong terpaksa mengingkari sumpahnya sendiri. Ingin rasanya dia memukul perempuan itu!     

Nyonya Besar Mo mengambil alih telepon lalu berkata, "Anak kurang ajar! Cepat minta maaf. Kamu masih berani berkata kasar kepada cucu menantuku. Aku rasa kamu perlu dihajar."     

Mo Jinrong kaget lalu dia menjawab sambil marah-marah.     

"Nenek, cucumu adalah aku. Dia hanya cucu menantumu!"     

"Aku tidak peduli, anak kurang ajar. Perlakukan Anran lebih baik lagi. Kalau tidak aku akan mematahkan kakimu."     

Mo Jinrong kesal karena merasa dirinya diperlakukan seperti anak pungut.     

"Apakah nenek tahu apa yang sudah dia lakukan pada perusahaan?"     

"Aku tidak peduli. Cucu menantuku harus disayangi. Kamu sebagai suaminya beraninya menyakiti hatinya. Aku harus menghukummu!"     

Meskipun Nyonya Besar Mo terdengar menyalahkan dia, sebenarnya itu adalah bentuk perhatian dia terhadap cucunya.     

"Baiklah, baiklah. Anran, aku mohon kamu ke Grup Mo sekarang. Setelah itu aku akan meminta maaf padamu!"     

Mo Jinrong kesal sekali tetapi dia memaksakan diri untuk tersenyum, sambil menahan emosinya.     

"Nah seharusnya begitu. Baiklah, sebentar lagi dia akan ke sana!"     

Nyonya Besar Mo menutup telepon lalu berkata kepada Lan Anran.     

"Anran, anak kurang ajar itu memang sifatnya seperti itu. Jangan kamu ambil hati ya."     

"Tidak apa-apa, nek. Aku sudah kenyang. Aku akan ke Grup Mo sekarang. Nanti Jinrong menungguku terlalu lama."     

Lan Anran berdiri sambil tersenyum.     

Lan Anran mendengar suara Mo Jinrong yang meninggi. Di perusahaan sekarang listrik mati dan tidak ada internet, dia pasti sangat jengkel sekarang.     

"Lihatlah, cucu menantuku sangat pengertian. Cepatlah pergi ke sana dan bicara baik-baik dengan suamimu. Kalau dia berani memarahimu, katakan pada nenek, nenek akan memberinya pelajaran."     

Nyonya Besar Mo tersenyum memandangi Lan Anran yang sudah pergi menjauh.     

"Nyonya, Nona Lan sangat hebat. Tadi dia berhasil menghentikan ulah neneknya." Kata Bibi Wu sambil tersenyum.     

"Iya. Aku tahu dia perempuan yang pintar, sangat cocok dengan Jinrong yang temperamental." Nyonya besar Mo tersenyum.     

"Tapi, hari ini saya mengerti maksud kedatangan keluarga Nona Lan ke sini adalah untuk mempertimbangkan Tuan Muda Jinrong untuk memiliki istri kedua. Perempuan muda itu terlihat baik dari luar, tetapi dia memiliki tabiat terselubung."     

Bibi Wu terus memperhatikan Lan Yaxin. Dia menilai Lan Yaxin perempuan yang cantik tetapi tidak dengan hatinya.     

"Kamu juga menyadarinya. Perempuan itu memang memiliki niat buruk. Aku tidak mau perempuan seperti dia masuk ke dalam keluarga Mo. Beri tahu Jinrong agar dia lebih berhati-hati. Sebagai penerus Grup Mo, jangan sampai dia melakukan kesalahan."     

Saat Nyonya Besar Mo pertama kali melihat Lan Yaxin, dia sudah tahu Lan Yaxin bukan perempuan baik. Dia tidak mau menambah masalah lagi karena perempuan itu masuk menjadi bagian keluarga Mo.     

Taksi yang ditumpangi Lan Anran sudah sampai di depan perusahaan Mo Jinrong. Begitu masuk lobby, sudah banyak karyawan yang duduk sambil mengobrol. Suasana di Grup Mo terlihat seperti perjamuan teh.     

"Nyonya Muda Mo sudah datang, di perusahaan listriknya mati jadi liftnya tidak jalan. Ayo kita naik lewat tangga."     

Mo San susah payah turun sepuluh lantai ke lobby dengan tangga, dan sekarang dia juga naik sepuluh tangga lagi ke atas.     

Lan Anran terkejut. Dia tidak mau naik lewat tangga.     

Dia mengeluarkan ponsel kemudian menyalakan kembali listrik di Grup Mo, kecuali internet.     

Sesampainya di lantai atas, semua karyawan melihat Lan Anran dengan tatapan aneh.     

"Nyonya, persiapkan hatimu, saat ini Tuan Muda sangat marah, kamu…"     

"Cepat masuk!"     

Mo San belum selesai bicara, Mo Jinrong sudah memberi instruksi dari dalam.     

Lan Anran tentu saja tahu Mo Jinrong sangat menakutkan saat marah. Di kehidupan yang sebelumnya, dia pernah satu kali melihat Jinrong marah.     

Lan Anran memegangi roknya lalu masuk ke ruangan Mo Jinrong.     

"Jinrong, kenapa kamu menyuruhku ke sini?"     

Lan Anran tahu laki-laki akan luluh melihat senyuman perempuan, jadi dia terus tersenyum di depan Mo Jinrong.     

"Kenapa menyuruhmu ke sini? Apakah Nona Lan belum menyadari kesalahanmu?" Mo Jinrong tertunduk tanpa menatap Lan Anran.     

"Aku sudah menyalakan listrik. Sedangkan internet, aku akan menyalakan setelah melihat sikap Direktur Mo dulu."     

Lan Anran berjalan menghampiri Mo Jinrong sambil tersenyum. Dia mengutak-atik jasnya, lalu membelai sisi wajahnya, kemudian memainkan rambutnya.     

Tanpa mempedulikan respon Lan Anran, Mo Jinrong menarik Lan Anran ke pelukannya lalu saling menatap satu sama lain!     

"Aku sudah mengutarakan jika aku suka padamu, kenapa kamu masih berani foto bersama laki-laki lain?"     

Nada suaranya terdengar mengancam, dia juga mengencangkan pelukannya.     

"Tuan Muda Jinrong cemburu?"     

Lan Anran bertanya dengan tatapan yang memabukkan. Jari-jari Lan Anran membelai wajah Mo Jinrong, lalu turun ke dagu, sentuhan ini membuat jantung Mo Jinrong berdebar-debar.     

"Menurutmu? Siapa laki-laki itu? Bukankah aku sudah bilang agar kamu menyimpan privasimu, tapi kamu tidak dengar, jadi jangan salahkan aku…"     

Suara Mo Jinrong terdengar menggoda, dia memeluk pinggang Lan Anran erat-erat lalu mencium bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.