Istri Cantik-cantik Ganas

Iuran Membeli Makan Siang



Iuran Membeli Makan Siang

0"Nenek, aku dan Anran datang menjengukmu."     
0

"Bocah tengik! Kalau cucu menantuku tidak datang, kamu pasti tidak akan datang ke sini. Apakah kamu masih peduli terhadap nenekmu ini?" Nyonya Besar Mo menggerutu.     

Mo Jinrong tahu neneknya sedang bergurau, jadi dia hanya tersenyum menanggapi neneknya.     

"Nenek, Anran baru saja melewati musibah. Apakah Nenek tidak mengizinkan aku memperhatikan dia dulu."     

"Anran, sini, Nenek ingin memeriksa kondisimu."     

Nyonya Besar Mo menarik tangan Lan Anran, memeriksa kondisi tubuhnya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Dia langsung merasa bersalah saat melihat bekas luka di kepalanya.     

"Nenek bersalah padamu. Aku juga tidak menduga bahwa putraku itu berani sekali ingin membunuhmu. Dulu aku hanya tahu putraku bukan orang yang jujur. Tetapi aku tidak tahu dia akan bertindak sejauh ini. Nenek minta maaf padamu, sudah membuatmu menderita. Aku gagal mendidik putraku."     

Lan Anran menenangkan Nyonya Besar Mo.     

"Nenek, tidak ada manusia yang sempurna. Coba Nenek pikir, kalau aku berwajah cantik, tidak ada cacat sedikit pun, bagaimana nasib perempuan yang tidak secantik diriku?"     

Nyonya Besar Mo tertawa sambil menepuk bahu Lan Anran.     

"Kamu gadis yang pintar. Nenek tidak salah menilaimu. Hanya saja kami telah membuat kamu dan keluargamu terancam bahaya, hampir saja kamu kehilangan nyawamu. Ini salahku yang terlalu memanjakan putraku, awalnya aku mengira pamanmu akan berubah jujur dan menjadi orang yang bertanggung jawab. Tidak disangka dia hampir mencelakai kerabatnya sendiri!"     

Nyonya Besar Mo sakit hati setiap teringat perbuatan putranya.     

"Nenek, beberapa hari lagi pihak keluarga diizinkan menjenguk paman. Apakah kita perlu mengajukan permintaan pembebasan untuk paman?" Tanya Mo Jinrong dengan serius.     

"Tidak perlu. Aku sudah hubungi pihak kepolisian untuk menghukum dia seberat-beratnya yang sebanding dengan perbuatannya, tidak perlu memperdulikan rasa malu yang akan aku terima. Biarkan dia masuk penjara untuk membayar perbuatan yang sudah dia lakukan. Kalau dia dibebaskan, apakah kita bisa memastikan dia tidak akan mencelakai orang lagi?"     

"Anran, sekarang keluargamu sudah tidak marah kepada kami lagi kan? Beberapa waktu lalu saat berkunjung ke rumahmu, orang tuamu sangat marah. Aku takut hubungan antara kedua keluarga ini menjadi renggang. Aku berencana akan mencari hari untuk berkunjung ke rumahmu lagi untuk meminta maaf lagi." Kata Nyonya Besar Mo. Keputusan-keputusan yang dia buat telah dia pikirkan agak lama, demi kebaikan seluruh anggota Keluarga Mo.     

"Orang tuaku marah karena terlalu mencemaskan diriku, jadi mereka mengatakan perkataan yang menyakitkan hati Nenek. Nenek, jangan diambil hati ya. Pada saat itu aku juga menyembunyikan dari kalian, alasannya karena situasi pada saat itu berbahaya, aku takut terjadi sesuatu pada adikku, jadi aku merencanakan sesuatu dengan terburu-buru. Ini semua salahku telah membuat Nenek cemas." Kata Lan Anran meminta maaf.     

"Nenek sudah sangat bersyukur kamu masih hidup. Nenek sudah bersemangat kembali saat melihat bahwa kamu masih hidup." Kata Nyonya Besar Mo menepuk tubuhnya sendiri sambil tersenyum.     

"Apakah ramuan obat yang aku resepkan berkhasiat?"     

Lan Anran mengubah topik karena dia melihat wajah sang Nenek segar dan bersemangat, dia menebak Nyonya Besar Mo sudah minum ramuan obat yang dia resepkan.     

"Tentu saja berkhasiat. Ramuan obat yang dibuat cucu menantuku pasti berkhasiat. Sekarang Nenek merasa lebih bertenaga. Anran, kamu memang gadis cantik yang baik hati dan berbakat. Ini keberuntungan Keluarga Mo memiliki menantu seperti dirimu. Hari sudah siang, ayo kita makan siang bersama."     

Nyonya Besar Mo memuji Lan Anran, dia sangat senang memiliki cucu menantu seperti Lan Anran.     

"Terima kasih, Nenek. Aku memang kangen dengan masakan di rumah Nenek. Tadi pagi aku juga sengaja belum sarapan, demi bisa makan masakan Nenek." Kata Lan Anran tersenyum sambil mengelus perutnya.     

"Ayo, ayo! Nenek akan menyuruh pelayan menyiapkan masakan untukmu."     

Nyonya Besar Mo meminta Bibi Wu memerintahkan orang dapur masak beberapa macam masakan untuk makan siang Lan Anran.     

...     

Di siang hari, Xu Yanshan mengusap kedua matanya, lalu bangun. Beberapa hari ini dia kebanyakan membungkuk, jadinya tubuhnya pegal-pegal. Dia memijat bahunya sendiri untuk meringankan rasa pegal.     

"Bu, kita makan apa siang ini?"     

Zhao Xiumei terlihat murung melihat hanya ada roti di dalam kulkas dan sisa makanan di dapur. Biasanya dia makan Ikan Teripang dan Abalone, sekarang bagaimana mungkin dia bisa makanan sisa?     

Mereka bertiga duduk dengan lemas. Zhao Xiumei tidak tahan lagi, dia memberi instruksi.     

"Yanshan, pergilah ke pasar membeli daging ayam, daging bebek dan daging ikan."     

Xu Yanshan terkejut kemudian menggelengkan kepala. Dia menunjukkan isi kantongnya sambil menatap Zhao Xiumei.     

"Bu, aku tidak punya uang. Bantu kami membeli sayur untuk kami, Bu. Kami sangat lapar sekarang."     

Zhao Xiumei juga tidak punya uang. Dia sudah memberikan uangnya kepada anak sulungnya, dari mana dia punya uang?     

Dia menjawab menantunya dengan sungkan bahwa dia juga tidak punya uang. Lalu dia mengambil ponselnya dan menghubungi Lan Tingyun.     

"Tingyun, di rumah tidak ada makanan. Apakah kamu ingin ibu mati kelaparan?"     

Zhao Xiumei langsung memaki anaknya begitu anaknya mengangkat telepon.     

"Bu, maafkan aku. Rumah sakit baru saja beroperasi, jadi aku masih sibuk dan tidak bisa pulang untuk makan siang. Ibu coba cari Lan Anran supaya membantu Ibu membeli makanan."     

Zhao Xiumei mendengar suasana rumah sakit yang bising, pasti di sana anaknya sedang sibuk. Lan Tingyun tak lama kemudian memutus sambungan telepon.     

"Daripada aku menyuruh gadis tengik itu, lebih baik aku yang keluar beli."     

Mereka bertiga mengumpulkan sisa uang mereka, total uang yang terkumpul sekitar tiga ratus sampai empat ratus yuan, kemudian mereka pergi ke pasar.     

Xu Yanshan yang belum pernah pergi ke pasar, ia berjalan sangat berhati-hati seakan-akan menghindari jarum di tanah, dia juga menutup hidungnya.     

Zhao Xiumei pergi ke stan makanan laut, membeli beberapa Abalone dan satu kilo daging babi.     

"Bu, apakah daging yang Ibu beli ini bersih?"     

Xu Yanshan selama ini tidak pernah tahu ternyata Abalone dibeli dari tempat seperti ini.     

"Bersyukurlah masih ada makanan yang bisa kita makan. Siang ini kita makan ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.