Istri Cantik-cantik Ganas

Bekerja Sama Untuk Bersandiwara



Bekerja Sama Untuk Bersandiwara

0Lan Tingyun dan Li Yueru bersandiwara, untuk mengelabui Zhao Xiumei.     
0

Lan Tingyun sepakat dengan istri dan anaknya untuk bekerja sama dengan Mo Jinrong bersandiwara, demi melindungi putrinya, dan untuk menangkap penjahatnya.     

"Tingyun, aku tahu kamu sedih karena tidak bisa menguburkan jenazah putrimu, tetapi sampai hari ini jenazahnya belum ditemukan, bisa jadi sudah dibawa pergi binatang buas. Relakan saja putrimu, Anran tidak bisa hidup kembali. Hidup kita harus tetap berjalan. Setelah masalah ini selesai, kita perlu mengurus pengganti kepala rumah sakit agar rumah sakit bisa beroperasi kembali." Zhao Xiumei terpelisit membahas tentang rumah sakit.     

"Bu, Anran belum ditemukan, bagaimana aku bisa memikirkan persoalan rumah sakit sekarang. Omong-omong soal rumah sakit, kakak, aku menasehatimu agar menyerahkan diri ke polisi, daripada hukumannya bisa lebih berat lagi." Lan Tingyun memberi peringatan.     

"Aku tidak mau menyerahkan diri, aku tidak mau masuk penjara!" Kata Lan Tingyi sambil panik.     

"Lan Tingyun, kenapa kamu tega menjebloskan kakakmu masuk penjara? Kalau dia masuk penjara, kamu akan malu sendiri." Zhao Xiumei memaki sambil memukul Lan Tingyun.     

"Aku tidak peduli. Kalian jangan ikut campur persoalan upacara kematian Anran. Aku akan tetap mengadakan upacara kematian. Apakah kalian mau menunggu 8 atau 10 tahun lagi supaya bisa dikubur bersamaku?"     

Li Yueru mendengar perkataan mertuanya, dia begitu emosional hingga menangis.     

"Putriku belum mati, tidak boleh ada upacara kematian! Putriku!"     

Zhao Xiumei tidak peduli, lalu dia pergj.     

Lan Tingyun merasa hatinya membeku mengingat ibunya begitu senang menyelenggarakan pernikahan cucunya, dan sekarang dia ingin mengadakan upacara kematian cucunya, padahal jenazahnya belum ditemukan, seolah-olah ibunya ingin mengusir Lan Anran dari keluarga Lan.     

"Bu, akting ibu bagus sekali. Kalau ibu menjadi artis pasti aku kalah dari ibu." Lan Yanran mengacungkan jempol kepada ibunya.     

"Kan kamu yang mengajari ibu. Nenekmu memaksa kita mengadakan upacara kematian, sepertinya dia punya maksud tersembunyi?" Kata Li Yueru.     

Dia belum pernah melihat Zhao Xiumei perhatian untuk masalah yang berhubungan dengan Lan Anran, sehingga sikapnya hari ini membuat Li Yueru curiga.     

"Biarkan saja. Tunggu sampai kakak datang dan membalas perbuatan mereka." Kata Lan Yanran.     

Malam harinya, di rumah Lan Tingyi sangat ramai.     

Zhao Xiumei sibuk mempersiapkan diri untuk wawancara, dia sudah memikirkan apa saja yang perlu disampaikan di acara wawancara nanti, tetapi dia gampang lupa karena faktor usia, sehingga dia mencatat di sebuah kertas kecil untuk jaga-jaga.     

Lan Tingyi dan Xu Yanshan sibuk menyewa tempat dan menyiapkan tamu undangan. Mereka juga memikirkan berapa banyak uang sumbangan yang akan mereka dapat.     

"Suamiku, kira-kira berapa banyak uang sumbangan yang akan kita dapat?" Tanya Xu Yanshan.     

Uang sumbangan yang didapat bisa dipastikan banyak, namun mereka merasa sungkan menerimanya.     

"Terserah dia memberi kita berapa. Kita terima saja berapa pun yang dia beri. Para reporter yang akan hadir semua disuruh oleh Mo Changwen, kita tidak perlu mengeluarkan uang, kita hanya menyewa tempat satu hari saja sudah cukup."     

Lan Tingyi ingin mengadakan upacara kematian yang sederhana, termasuk karangan bunga, teh dan lain-lain dia tidak mau membeli yang mahal-mahal.     

"Aduh, aku lupa bilang. Mo Changwen memberi tahu bahwa makam Lan Anran nanti berada di makam keluarga Mo."     

Xu Yanshan terlalu fokus dengan masalah uang, sehingga dia lupa menyampaikan.     

"Biarkan saja. Orang mati hanya tinggal abu, tidak bisa lagi membuat perhitungan dengan kita. Setelah persiapan upacara kematian ini selesai, baru kita sampaikan hal ini kepada mereka, mereka juga tidak bisa menolak karena setelah anak perempuan menikah sudah bukan hak mereka lagi mengatur."     

Xu Yanshan mengangguk dan mulai fokus lagi mempersiapkan upacara kematian.     

Lan Yaxin merasa sangat senang. Sejak kematian Lan Anran, dia menjadi mahasiswa peringkat satu dan mahasiswa tercantik di kampus. Semua kebahagian telah kembali padanya, kelihatannya Tuhan berpihak padanya.     

'Lan Anran, apalagi yang bisa kamu sombongkan dariku?'     

...     

Keesokkan harinya, tersiar kabar tentang kematian Lan Anran. Berita kematiannya menjadi heboh karena Lan Anran adalah istri Mo Jinrong.     

Orang-orang berpendapat hidup Mo Jinrong sangat tragis dan menganggap dia akan menjadi duda seumur hidup.     

Mo Jinrong tidak peduli dengan pendapat orang, lain halnya dengan Nyonya Besar Mo. Entah siapa yang membuat berita itu, dulu berita ini dianggap sebagai rumor, sekarang rumor itu menjadi kenyataan. Nanti apakah ada yang berani menikah dengan Mo Jinrong?     

Nyonya besar Mo menghubungi Mo Jinrong untuk meminta klarifikasi.     

"Jinrong, apakah berita tentang kematian Anran itu benar?" Tanya Nyonya Besar Mo.     

"Nenek, aku tidak bisa memberi tahu, takutnya nenek sedih."     

Mo Jinrong tidak mau memberi tahu kebenaran kepada neneknya, takutnya neneknya bisa serangan jantung karena kegirangan, dia tidak ingin hal itu sampai terjadi.     

"Bocah tengik! Kenapa bisa seperti ini? Kenapa takdirmu dengan Anran begitu tragis? Kenapa gadis sebaik Anran bisa mati?" Nyonya besar Mo menangis.     

"Nenek, beberapa hari lagi upacara kematian Anran, Keluarga Mo juga hadir." Kata Mo Jinrong dengan suara pelan.     

"Sembarangan! Jenazah Anran belum ditemukan sudah mau mengadakan upacara kematian. Bukankah itu artinya mendoakan Anran mati! Aku percaya Anran masih hidup. Aku tidak mau datang ke upacara kematian." Kata Nyonya besar Mo.     

Nyonya Besar Mo yakin Lan Anran masih hidup, dia tidak ingin datang ke upacara kematian.     

"Nenek, datanglah ke sana. Nanti aku juga datang." Kata Mo Jinrong.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.