Istri Cantik-cantik Ganas

Tidak Memberi Kesempatan Lagi Untuknya



Tidak Memberi Kesempatan Lagi Untuknya

0Di rumah Keluarga Mo.     
0

"Apakah belum ada kabar tentang Anran?" Tanya Mo Jinrong yang sudah lima hari tidak ganti pakaian, seluruh tubuhnya bau badan bercampur bau alkohol, tetapi dia tidak peduli.     

"Belum ada kabar tentang Nona Lan. Tidak ada kabar itu pertanda bagus. Bisa jadi dia telah ditolong orang. Kalau dipikir-pikir kejadian ini aneh, saat kita turun gunung, kita tidak menemukan jenazahnya." Mo San merasakan ada kejanggalan.     

"Bagaimana kondisi keluarga Lan?" Tanya Mo Jinrong lemas.     

"Orang tuanya masih terus mencari putri mereka, Li Yueru juga jatuh sakit." Jawab Mo San.     

"Mo Changwen!"     

Mo Jinrong menggertakkan gigi, ingin rasanya dia mencabik-cabik Mo Changwen.     

"Tuan Muda, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Penelitian sementara waktu ini dihentikan gara-gara masalah ini." Kata Mo San mengingatkan.     

"Dia menggelapkan dana dan menyalahgunakan kekuasaan. Dia terus menyerangku, maka kini giliranku menyerangnya. Aku akan membuka pembukuan palsunya di depan publik, dan memberantas semua orang yang bersengkongkol dengannya. Aku akan mengeluarkan dia dari pemegang saham, aku akan menghancurkan hidupnya!"     

Mo Jinrong masih membiarkan dia di grup Mo, karena dia belum menemukan bukti kuat. Namun, kali ini perbuatannya sudah sangat keterlaluan, dia harus membuat perhitungan kepada pamannya.     

"Tuan Muda, jika ingin mengeluarkannya, kita perlu mengadakan rapat pemegang saham untuk melakukan voting." Kata Mo San.     

"Tidak perlu. Jabatanku yang tertinggi di Grup Mo, keputusanku adalah perintah mutlak. Bukti-bukti sudah jelas seperti ini apakah masih kurang kuat untuk mengeluarkan dirinya? Sebarkan hal ini ke seluruh Rongcheng, kita lihat apakah ada yang berani melawan keputusanku!" Mo Jinrong kali ini benar-benar geram.     

Mo Jinrong adalah pengusaha yang paling ditakuti di dunia bisnis di Rongcheng. Apakah ada orang yang berani melawannya?     

"Apakah ada kabar dari pihak kepolisian?" Mo Jinrong lagi-lagi bertanya tentang kabar Lan Anran.     

"Lan Tingyun sekarang mondar-mandir ke polisi dan pergi ke Gunung Ming mencari Nona Lan. Sampai saat ini belum ada kabar dari polisi. Polisi hanya mengatakan sedang proses pencarian."     

"Kamu keluarlah dulu. Aku mau menenangkan diriku sejenak."     

Setelah Mo San pergi, tanpa terasa Mo Jinrong meneteskan air mata. Beberapa hari ini dia merasa putus asa, namun tidak sedikit pun mengeluarkan air mata. Entah kenapa hari ini dia ingin sekali menangis?     

"Ying'er, apakah di alam sana kamu sudah bertemu dengannya?" Kata Mo Jinrong saat mengusap foto yang dia ambil dari atas meja.     

Setelah dia dihipnotis beberapa waktu lalu, dia mulai merasa lebih lega , bisa dibilang dia lega karena sudah melepas semua beban hati dan pikirannya. Sekarang dia tidak merasa tertekan lagi saat melihat foto adiknya.     

Kali ini ketika dia kehilangan Lan Anran, dia merasakan hampa.     

Di saat bersamaan, Nyonya besar Mo mendorong pintu kamarnya sambil menatap kondisi cucunya dengan hati yang pilu. Mo Jinrong sudah pernah kehilangan lima istrinya, tetapi belum pernah Mo Jinrong merasa kehilangan seperti ini.     

"Jinrong, apakah belum ada kabar dari Anran?"      

Nyonya Besar Mo juga sudah kehilangan semangatnya. Mereka berdua seakan kehilangan semangat hidup.     

Mo Jinrong menggelengkan kepalanya.     

"Tuan Muda, kamu harus bersemangat, jangan terus seperti ini. Beberapa hari ini Nyonya Besar juga tidak nafsu makan dan minum karena menghilangnya Nyonya Muda, tidur pun tidak nyenyak. Tuan Muda juga jangan kelelahan." Kata Bibi Wu menasehati.     

"Bagaimana bisa aku makan dan tidur nyenyak. Setiap ingat Anran begitu bahagia menerima hadiah dariku, dia terlihat sangat cantik. Kenapa gadis sebaik dia bisa menghilang?" Kata Nyonya Besar Mo.     

"Nenek! Aku memutuskan untuk mengeluarkan Paman dari pemegang saham. Selama ini aku menahan diri meskipun dia menggelapkan dana, membuat pembukuan palsu, memasang alat penyadap untuk mengawasiku. Aku sudah menyuruh Mo San mengurusnya, bahkan nenek tidak bisa menghalangiku."     

Mo Jinrong bukan berdiskusi dengan neneknya, tetapi memberitahu neneknya tentang kekesalannya.     

"Aku sudah tahu masalah ini, kamu memang perlu memberinya pelajaran. Beberapa hari lalu dia membuatku geram karena dia membawa istri simpanan beserta anaknya. Sekarang dia berani melakukan pembunuhan, aku menyesal punya anak seperti dia. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan padanya."     

Nyonya besar Mo tidak menghalangi rencana cucunya. Dia sudah memberi banyak kesempatan, tetapi tidak diindahkan oleh anaknya.     

"Nenek, bagaimana menurutmu kalau aku menjebloskan paman ke dalam penjara?" Kata Mo Jinrong dengan dingin.     

Nyonya besar Mo tertegun menatap cucunya, lalu dia berkata dengan nada dingin.     

"Terserah kamu. Aku tidak mau peduli tentangnya. Ada bagusnya memberi dia pelajaran, agar dia intropeksi diri."     

Mo Jinrong tidak menjawab, hanya menganggukan kepala. Dia sangat ingin menjebloskan pamannya ke dalam penjara, hanya saja dia belum punya bukti kuat bahwa dia pelakunya.     

"Apakah rekaman CCTV di hotel tempat Anran diculik tidak bisa menjadi barang bukti kuat?" Kata Nyonya Besar Mo tiba-tiba teringat.     

"Nenek! Aku sudah memeriksanya. Kamera CCTV di hotel itu telah rusak sehingga tidak ada rekamannya. Aku juga tidak bisa asal tuduh kepada paman tanpa adanya bukti yang kuat."     

Mo Jinrong dari awal juga berpikir yang sama dengan neneknya. Sayangnya dia tidak mendapatkan buktinya.     

"Dasar anak kurang ajar!" Nyonya besar Mo memaki.     

"Bibi Wu, pulanglah dulu dengan nenek. Aku masih ada urusan lain yang harus kukerjakan." Kata Mo Jinrong.     

"Kalau ada kabar dari Lan Anran beritahu nenek ya. Beberapa hari ini aku selalu mencemaskannya." Kata Nyonya besar Mo.     

"Baiklah." Mo Jinrong menganggukan kepala.     

Bibi Wu memapah Nyonya Besar Mo pergi.     

Tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan dari telepon.     

"Direktur Mo, ada paket untuk Anda di meja resepsionis."     

Mo Jinrong bingung, dia tidak membeli barang apa pun. Jangan-jangan….     

Tanpa pikir panjang, Mo Jinrong bergegas turun ke lantai bawah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.