Istri Cantik-cantik Ganas

Tidak Ada Bukti



Tidak Ada Bukti

0Di rumah Mo Changwen.     
0

Sejak dia melihat sendiri Lan Anran kecelakaan, dia tidak keluar rumah sekali pun.     

Hari ini, berita istri Mo Jinrong kena kutukan ramai diperbincangkan di internet. Dengan tersebarnya berita ini pasti tidak akan ada perempuan lagi yang berani menikah dengannya.     

"Mo Changwen, jangan libatkan aku dan anakmu dengan masalahmu ini. Aku sudah mengajukan perceraian kita. Jika kamu tidak tanda tangan, aku akan menuntutmu. Rumah ini adalah milikku dan anakku. Aku tidak masalah kamu tinggal dengan anak diluar nikah itu. Aku hanya minta harta kekayaan keluarga Mo kita bagi dua, sebagai uang nafkah untuk anakku."     

Xu Pei meletakan surat perceraian di atas meja. Beberapa hari ini dia merenung dan yakin dengan keputusannya untuk bercerai dengan Mo Changwen. Apa yang dia katakan waktu itu bukan karena emosi tetapi dia sudah tidak ingin tinggal di rumah ini lagi.     

"Istriku, ini semua salahku. Aku hanya main-main dengannya. Kalau tidak, kenapa aku tidak menceraikanmu, itu karena aku mencintaimu. Kamu adalah istriku yang terbaik. Kita sudah menikah 20 tahun, anak kita juga sudah besar. Kenapa kamu ingin bercerai denganku?"     

Mo Changwen tidak ingin bercerai. Jika dia bercerai, dia juga tidak mendapat restu ibunya untuk mengakui Liu Fang dan anaknya, bukankah itu artinya dia akan dikeluarkan dari Keluarga Mo. Dia tidak mau berbuat sebodoh itu.     

"Aku akan menuntutmu jika kamu tidak bersedia. Dengan kita bercerai, kamu bisa berbuat sesuka hatimu tanpa ada yang melarang."     

Xu Pei sudah menetapkan hati, tidak ada orang yang bisa mengubah keputusannya.     

"Apakah kamu tidak memikirkan perasaan anakmu. Kalau kita bercerai, bagaimana dengan dia?"     

Suasana hati Mo Changwen yang bagus telah dirusak oleh Xu Pei.     

"Aku mendukung ibu bercerai. Aku mau ikut dengan ibu. Ayah, bukankah ayah ingin tinggal dengan anak ayah itu. Aku lebih memilih tidak memiliki ayah." Kata Mo Yang tiba-tiba datang dan berdiri di samping ibunya.     

Xu Pei merasa tersentuh. Tidak sia-sia dia menyayanginya.     

"Mana ada anak yang mendukung orang tuanya bercerai. Kalau kami bercerai, kamu tidak punya ayah. Kamu juga akan kehilangan hak pewaris keluarga Mo!" Mo Changwen mengancam.     

"Aku tidak keberatan. Aku bisa menghidupi ibu." Mo Yang memeluk ibunya.     

Demi anaknya, Xu Pei rela melepaskan perasaan cintanya terhadap Mo Changwen selama 30 tahun. Apalagi setelah Lan Anran menghilang, Xu Pei semakin tidak ingin bertemu Mo Changwen.     

Jika suatu saat kejahatan suaminya terungkap, bisa jadi nantinya harta kekayaan mereka akan ditahan, akibatnya dia tidak bisa mengambil uang dari harta tersebut. Dia harus memikirkan cara lain dengan anaknya.     

"Kurang ajar! Apakah kamu bisa hidup dengan ibumu tanpa harta keluarga Mo?"     

Mo Changwen menandatangani surat cerai.     

"Rumah ini milikku! Segera tinggalkan rumah ini!" Kata Xu Pei mengambil surat cerainya.     

Mo Changwen berdiri lalu naik ke atas mengemasi barang-barangnya.     

Tiba-tiba terdengar suara bel pintu.     

Xu Pei mengintip keluar, ternyata yang datang adalah Mo Jinrong. Xu Pei kaget dengan penampilan Mo Jinrong     

Mata Mo Jinrong memerah, rambutnya acak-acakan, janggutnya belum dicukur, memakai setelan jas tanpa dasi, dan dengan kancing yang tidak rapi. Dia terlihat seperti orang kelelahan.     

Xu Pei membuka pintu.     

"Silakan cari Mo Changwen, aku sudah bercerai dengannya. Rumah ini adalah rumahku, rumah ini atas namaku. Mulai hari ini rumah ini bukan miliknya. Sekarang dia ada di lantai atas sedang mengemasi barangnya. Kalau kamu ingin bertengkar, tolong jangan saling bunuh di rumahku."     

Xu Pei berkata dengan santai. Dia sudah bahagia hidup berdua dengan anaknya. Dia sudah tidak peduli lagi hidup mati Mo Changwen.     

Mo Jinrong hanya diam lalu naik ke lantai atas dengan geram.     

"Mo Changwen!"     

Mo Jinrong naik ke lantai atas untuk bertemu dengan Mo Changwen lalu menghajarnya.     

Mo Changwen dihajar hingga berdarah. Dia bangkit lalu berkata sambil tersenyum.     

"Keponakanku sekarang semakin kurang ajar, berani memukul orang yang lebih tua darimu. Anran sudah mati, jangan salahkan kematiannya kepadaku. Apa hubungannya denganku?"     

Mo Changwen mengusap darah di sudut mulutnya sambil menatap Mo Jinrong.     

"Tidak ada hubungannya denganmu? Kamu yang membunuhnya, kenapa kamu membunuhnya?"     

Mo Changwen menggelengkan kepala, mengelak tuduhan Mo Jinrong.     

"Apakah kamu melihat aku membunuhnua? Kemarin aku tidak hadir ke acara perjamuan. Seharian aku ada di rumah. Kematian Anran tidak ada hubungannya denganku. Aku juga sedih atas kematiannya. Tetapi kamu tidak boleh menuduhku sembarangan tanpa bukti? Tidak ada rekaman CCTV dan tidak ada bukti. Sebelum menangkapku, carilah barang buktinya dulu." Mo Changwen tersenyum sinis, membuat Mo Jinrong kesal.     

"Dia tidak akan mati kalau kamu tidak menculik adiknya. Sebenarnya apa tujuanmu?"     

Mo Jinrong semakin geram, matanya merah menyala, dengan sekuat tenaga Mo Jinrong menarik kerah baju Mo Changwen lalu menghimpitnya sampai ke tembok.     

"Adiknya tidak terluka. Kamu datang menangkapku hanya karena kesaksian adiknya. Ponakan, kamu terlalu polos. Kamu memang hebat di bisnis tetapi kamu lemah dalam menyelesaikan masalah." Mo Changwen tertawa.     

"Mo Changwen, jangan senang dulu. Suatu saat kamu akan mendapat balasannya." Kata Mo Jinrong memakinya.     

"Dulu Lan Anran juga mengutukku seperti itu, tetapi nyatanya dia yang mati, dan aku masih hidup." Kata Mo Changwen sambil tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.