Istri Cantik-cantik Ganas

Memilih Adik Atau Dirinya Sendiri?



Memilih Adik Atau Dirinya Sendiri?

0"Panggil aku paman." Kata Mo Changwen sambil tertawa.     
0

"Kamu siapa? Kenapa kamu menculikku?" Lan Yanran terlihat panik.     

"Nanti kamu akan tahu jawabannya." Kata Mo Changwen tertawa.     

Pintu terbuka, Lan Anran pun dibawa masuk.     

"Kak, kenapa kakak di sini?" Lan Yanran terkejut melihat kakaknya.     

"Yanran, kamu tidak apa-apa kan? Mereka tidak melukaimu kan?"     

Lan Anran memeriksa tubuh adiknya dengan cemas, memastikan adiknya tidak terluka. Lalu dia menghadap Mo Changwen sambil memakinya.     

"Kamu gila! Kenapa kamu menculik adikku?"     

"Karena kamu. Kalau tidak, buat apa aku memintamu kesini?" Mo Changwen tertawa.     

"Kurang ajar! Apa yang sebenarnya kamu inginkan?"     

Lan Anran melepas ikatan pada tubuh Lan Yanran dan menyuruh adiknya berlindung di belakangnya.     

"Melakukan apa? Kamu membohongiku telah bercerai dengan Mo Jinrong. Kamu kira aku akan melepaskanmu? Aku memberikanmu kesempatan. Jika kamu melewatkannya maka jangan harap aku memberimu kesempatan lagi."     

Mo Changwen meletakkan sebuh pisau di depan Lan Anran.     

Lan Anran melihat pisau itu dan langsung mengerti bahwa Mo Changwen berniat menukar nyawa Lan Yanran dengan nyawanya.     

"Pria brengsek. Apa yang kamu inginkan? Kakakku tidak bersalah terhadap kalian." Lan Yanran berdiri di depan kakaknya melindunginya sambil merentangkan kedua tangannya.     

"Awalnya aku juga tidak ingin seperti ini. Tetapi kakakmu menikahi Mo Jinrong. Aku sudah menyuruhnya bercerai demi kebaikannya dan keselamatan nyawanya tetapi dia tidak menghiraukan peringatanku. Jadi jangan salahkan aku jika ini terjadi." Kata Mo Changwen sambil mengambil pisau lalu berkata lagi.     

"Apakah kamu ingin menggantikan nyawa kakakmu?"     

Lan Yanran kaget. Dia menjadi ragu karena dia baru berusia 18 tahun.     

"Mo Changwen, kamu brengsek! Apakah hanya ini yang bisa kamu lakukan?"     

Lan Yanran panik. Di kehidupan Lan Anran yang sebelumnya, adiknya mati demi menyelamatkannya. Kali ini dia tidak mau adiknya mengalami nasib yang sama.     

'Tidak! Tidak boleh!'     

"Baiklah! Aku mau asalkan kakakku selamat."     

Lan Yanran takut, tetapi dia lebih takut melihat kakaknya mati di depannya     

"Yanran, jangan! Kalau kamu mati, dia juga tetap akan membunuhku. Jangan melakukan hal bodoh."     

Lan Anran tersentuh sekaligus panik. Dia memeluk adiknya dengan erat menahannya agar adiknya tidak membunuh dirinya sendiri.     

"Hahaha, sungguh kisah kakak beradik yang mengharukan. Kami menjadi tersentuh melihat kalian. Melihat kalian saling melindungi, aku berikan kamu satu kesempatan, sekarang kamu keluar cari tempat yanģ sepi dan bunuhlah dirimu sendiri seakan-akan kamu mati murni karena kecelakaan maka aku pastikan adikmu selamat. Silakan pilih mau menyelamatkan nyawamu sendiri atau nyawa adikmu?"     

Ide bagus Mo Changwen muncul dengan begitu dia tidak perlu repot membunuhnya.     

"Kamu juga yang membunuh kelima istri Mo Jinrong?"     

Lan Anran tiba-tiba teringat, kelima istri Mo Jinrong mati secara misterius. Apakah ada hubungannya dengan Mo Changwen?     

"Iya, benar. Kamu gadis yang cerdas."     

Mo Changwen memujinya. Tidak ada orang yang mengetahui rahasianya. Lan Anran sekarang sudah mengetahui rahasianya, dia harus mati!     

"Kakak, jangan lakukan itu!" Lan Yanran menarik kakaknya dengan cemas.     

Lan Anran memeluk erat Lan Yanran sambil berbisik.     

"Tenang saja, aku akan baik-baik saja. Kamu pergilah dulu, nanti diluar akan ada orang yang menjemputmu."     

"Kalian lepaskan adikku dulu, baru aku bersedia bunuh diri. Karena kalau tidak setelah aku mati, kalian pasti membunuh adikku juga. Bagaimana?     

Lan Anran melepas Lan Yanran sambil berkata dengan sikap tenang.     

Mo Changwen setuju, "Baiklah, lepaskan dia!"     

"Yanran, cepat pergi. Jangan pedulikan aku! Cepat pergi!" Teriak Lan Anran.     

Mereka melepaskan Lan Yanran. Lan Yanran tidak berani berteriak, dia takut kakaknya akan dilukai.     

Lan Yanran mengingat perkataan kakaknya, dia segera melarikan diri.     

"Adikmu sudah bebas. Sekarang sudah waktunya giliranmu. Kalau kamu berani melarikan diri, aku akan menangkap adikmu lagi." Kata Mo Changwen sambil tertawa.     

"Baiklah."     

Lan Anran berjalan keluar hotel dengan santai lalu pergi ke daerah yang jarang dikunjungi orang.     

Dia memastikan tempat itu sepi, diam-diam dia menyalakan sinyal dari ponselnya yang di dalamnya juga ada layanan komunikasi.     

"Tabrak aku!"     

Lan Anran berbisik di alat signal.     

Si gendut yang sudah mempersiapkan diri, merasa kaget mendengar perintah Bosnya.     

"Ayo cepat!"     

Si gendut berpikir kalau Bosnya berani memberi instruksi berbahaya, dia pasti memiliki suatu rencana yang sudah dia pertimbangkan dengan baik. Dia menginjak gas dan mengemudikan ke arah Bosnya.     

Lan Anran menabrakan diri hingga dia terpelanting jatuh ke tanah.     

Pandangannya menjadi kabur, mengalir darah segar dari kepalanya.     

Si gendut turun dari mobil dan melihat Bosnya terluka.     

"Bawa aku turun gunung." Kata Lan Anran dengan suara lemas.     

"Bos, kamu.."     

"Cepat!"     

Dengan rencana ini, Lan Anran memastikan keselamatan keluarga Lan dan dirinya aman.     

Si gendut menggendong Lan Anran sampai dia melihat ada sebuah pohon. Dia menurunkan Lan Anran di dekat pohon itu.     

Dia kembali ke mobilnya lalu pergi meninggalkan Lan Anran.     

Mo Changwen tidak menyangka dengan kecelakaan yang dialami Lan Anran. Dia menyuruh bawahannya untuk memeriksa keadaanya.     

Bawahannya kembali dan memberi informasi bahwa dia tidak menemukan Lan Anran. Mo Changwen yakin Lan Anran pasti sudah mati. Kemungkinan hidupnya di gunung setinggi ini sangat kecil. Dia pergi dengan wajah puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.