Paling Cantik?
Paling Cantik?
Qin Xue mengulurkan tangan ingin bersalaman dengan Mo Jinrong. Tapi Mo Jinrong tidak mempedulikan, dia pun juga tidak mengindahkan uluran tangan Qin Xue.
Mo Jinrong tidak mau bersalaman dengannya, membuat Qin Xue menjadi salah tingkah sendiri, akhirnya dia menarik kembali tangannya.
"Qin Xue, jangan berbuat yang aneh-aneh. Aku sedang mengobrol, kamu jangan membuat masalah. Orang yang kamu sapa seharusnya Mo Jinrong, bukan pelayannya."
Qin Tian berbisik.
"Apa salahnya? Kamu hanya memperalatku demi menghasilkan uang. Mo Jinrong wajahnya tua dan jelek, apa dia pantas menjadi pendampingku?" Kata Qin Xue dengan suara keras mempermalukan Mo San.
"Tuan Zhao, saya sudah memesan kamar. Di sini ramai. Bos saya tidak suka keramaian, jadi kami undur diri dulu." Kata Mo Jinrong santai sambil bangkit.
Qin Hao melirik tajam ke putrinya yang kurang ajar ini.
"Tuan Muda, Anda lihat sendiri sikap Qin Xue yang kurang ajar terhadap saya dengan mengatakan saya tua dan jelek."
Mo San kesal setiap mengingatnya. Bagaimana pun dia mewakili nama baik Bosnya, mendengar ejekan Qin Xue, dia merasa sungkan dengan Mo Jinrong.
"Dia hanya mirip dengan Ying'er sama-sama memiliki penyakit jantung, bedanya Ying'er tidak suka membuat onar seperti gadis tadi." Mo Jinrong membayangkan senyuman Mo Ying yang indah.
Saat Mo Jinrong sudah di dalam kamar, dia mengeluarkan ponsel, mengirimkan pesan untuk Lan Anran.
[Aku sudah sampai. 'Q' ada di mana?]
Lan Anran sudah tahu kedatangan Mo Jinrong dari CCTV. Dia pun tersenyum.
[Dia ada di kamar sebelah. Beberapa langkah dari kamarmu saat ini.]
Kemudian, Lan Anran memberi instruksi melalui earphone kepada bawahannya.
"Aku masih ada urusan, bantu aku awasi Lan Yanran."
Selesai memberikan instruksi, dia menyimpan earphone dan ponselnya. Dia masih menggunakan masker dan baju penyamarannya menunggu kedatangan Mo Jinrong.
Mo Jinrong pergi lalu mengetuk kamar sesuai arahan dari pesan Lan Anran.
Pintu kamar hotel ini adalah pintu otomatis. Lan Anran menekan tombol pintu pun terbuka.
Lan Anran duduk di sofa membelakangi Mo Jinrong.
"Apakah kamu 'nol'?"
Tanya Mo Jinrong dengan curiga.
Lan Anran tidak menjawab. Dia fokus mempersiapkan barang.
"Nona 'nol', Tuan Muda ingin melakukan hipnotis dengan Anda. Sekarang apa yang perlu kita lakukan?"
Mo San bertanya karena dia melihat tidak ada tanggapan dari Lan Anran.
Lan Anran berbalik badan, memperlihatkan kedua mata yang indah dan memberi aba-aba mempersilahkan Mo Jinrong duduk.
"Dia orangnya!"
Mo Jinrong masih ingat kedua matanya yang indah.
Mo Jinrong duduk di sofa sambil menatap 'nol' di depannya.
Lan Anran melirik Mo San, memberi aba-aba menyuruh dia keluar.
Mo San patuh keluar dan menunggu Mo Jinrong di luar.
Lan Anran mengeluarkan dupa dan menyalakan dupa itu di depan hidung Mo Jinrong. Setelah mencium bau dupa, Mo Jinrong kehilangan kesadaran lalu terkulai di sofa.
Di dalam mimpi, Mo Jinrong melihat adiknya terlihat bahagia dan tersenyum ke arah Mo Jinrong, mereka sedang bermain petak umpet.
Tiba-tiba!
Adegan di mimpi berubah menjadi adegan di dalam pesawat terbang.
Mo Jinrong gemetar ketakutan melihat adiknya menatapnya ketakutan, meminta bantuannya sambil terus mengarahkan jarinya kepadanya.
Belum pernah Mo Jinrong merasa setakut ini.
Lan Anran meletakkan aromatic di dekat Mo Jinrong, barulah Mo Jinrong kembali tenang.
Lan Anran memeriksa denyut nadi Mo Jinrong, dia merasakan denyut nadinya tidak selemah sebelumnya, Lan Anran berharap ini adalah khasiat dari obat sehingga memulihkan denyut nadinya.
Kelihatannya ramuan obat yang dia berikan berkhasiat untuk Mo Jinrong. Dia menyuntikkan ramuan obat lain ke tubuh Mo Jinrong.
Mo Jinrong menjadi lebih tenang.
Lan Anran berbisik ke telinga Mo Jinrong.
"Ying'er muncul sambil tersenyum bahagia."
Raut wajah Mo Jinrong berubah setelah mendegar bisikan Lan Anran.
Di dalam mimpi, Mo Ýing dan Mo Jinrong sedang bermain layangan. Mereka bermain sambil berlarian di rerumputan. Layang-layang terbang tinggi, diiringi suara tawa Mo Ying.
"Kakak! Kakak! Lihat! Layang-layang milikku terbang lebih tinggi dari milik kakak."
Mo Ying berkata sambil tertawa menunjuk ke layang-layang.
"Ying'er hebat!" Mo Jinrong memuji.
Dia mencubit wajah Mo Ying, kemudian layang-layang mereka putus!
Layang-layang Mo Ying yang putus duluan dan terbang menjauh!
Mo Ying menangis, Mo Jinrong langsung panik, dia paling takut jika adiknya menangis.
"Ini salah kakak, gara-gara layang-layang kakak membuat layang-layangmu putus." Mo Jinrong menyalahkan dirinya sendiri
Mo Ying mengusap air matanya.
"Kakak, aku tidak menyalahkanmu. Sebenarnya layang-layangku tidak lenyap, dia hanya pergi ke tempat lain dan akan selalu tinggal di hatimu, benar, kan?"
Mo Ying memegang layang-layang baru sambil tersenyum.
"Ini semua salahku. Andai saja kakak menolongmu, kamu tidak mungkin mati." Mo Jinrong menyalahkan dirinya lagi.
Di dalam mimpinya, suasana berubah menjadi gelap, Mo Ying berdiri tidak jauh darinya sambil tersenyum lebar ke arah Mo Jinrong, kemudian perlahan bayangannya menghilang.
"Jangan pergi! Ying'er, jangan pergi! Tidak bisakah kamu tetap di sini bersamaku?"
Mo Jinrong merengek seperti anak kecil, terus memohon Mo Ying supaya jangan pergi.