Istri Cantik-cantik Ganas

Anak Di Luar Nikah Menjadi Pewaris?



Anak Di Luar Nikah Menjadi Pewaris?

0Di keluarga Mo.     
0

Xu Pei berjalan ke ruang tamu dengan buru-buru.     

"Changwen, apa yang terjadi? Kenapa Fu Guosheng menyerahkan diri ke kantor polisi? Aku pergi ke kantor polisi untuk memberi uang jaminan untuk membebaskannya tapi tidak bisa."     

"Mana aku tahu kenapa dia bisa segila itu! Sudahlah, kamu tidak perlu membebaskan dia. Mengingat skandal yang dia buat, dia mendapatkan hukuman penjara selama 10 tahun. Walaupun dia bisa bebas, pasti banyak orang yang membuat perhitungan dengan dia. Jangan menyusahkan dirimu sendiri." Mo Changwen memberi peringatan.     

"Tetapi di kantor polisi dia memberikan kesaksian bahwa kita telah melakukan penggelapan uang dan haus akan kekuasaan."     

"Sudahlah. Kamu jangan ketakutan sendiri. Biarkan saja dia mau bilang apa pun tentang kita. Mo Jinrong juga sudah mengetahui perbuatan kita, hanya saja dia tidak mengatakannya. Lagi pula itu uang keluargaku sendiri, apa salahnya? Ini semua salahmu memberitahukan rahasia keluarga kita kepada orang itu, kita hampir saja celaka gara-gara kamu." Mo Changwen menyalahkan istrinya.     

"Kamu menyalahkan aku? Kamu setiap hari sibuk, bilangnya sibuk bekerja, nyatanya kamu bermain perempuan sampai memiliki anak dari hubungan kalian. Apa tidak terpikir olehmu bahwa aku kesepian. Selain dia siapa lagi yang bisa aku ajak mengobrolkan keluh kesahku!" Kata Xu Pei sambil menangis.     

"Sudahlah, jangan menangis lagi! Jangan hiraukan Fu Guosheng lagi. Tenang saja, apa yang dia ketahui bukan rahasia yang besar. Beberapa hari lagi ada perjamuan makan keluarga Zhao, Mo Jinrong juga datang ke sana. Kita gunakan kesempatan ini untuk mencelakainya!" Mo Changwen sudah merencanakan semuanya.     

"Mo Changwen, aku tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan, asalkan tidak melibatkan aku dan putraku." Kata Xu Pei sambil mengusap air matanya.     

"Ayah, ibu, apa yang akan kalian lakukan yang tidak boleh melibatkan aku?"      

Mo Yang datang dia masih mengenakan baju olahraga sambil memeluk bola sepak.     

"Anakku, kamu mau pergi main bola?" Xu Pei tersenyum.     

"Iya, apa yang kalian bicarakan tadi? Wajah ayah kelihatan muram, ibu juga kenapa menangis?" Mo Yang merasa ada yang tidak beres.     

"Ayah, apakah ayah menyakiti ibu?" Tanya Mo Yang.     

"Sejak kapan kamu suka ikut campur? Ingatlah ini, semua yang kami lakukan demi dirimu."     

Mo Changwen marah melihat anaknya yang dia nilai tidak berguna.     

"Aku tidak minta ayah melakukannya demi diriku…" Kata Mo Yang dengan suara pelan.     

Mo Changwen semakin marah.     

"Anak kurang ajar, aku melakukan semua ini demi masa depanmu. Kamu adalah pewaris kekayaan keluarga Mo, tapi kamu tidak menginginkannya."     

"Kenapa kamu melampiaskan amarahmu kepada anakmu? Kamu sendiri tidak berguna, berani-beraninya kamu menghina anakmu!" Kata Xu Pei membela anaknya.     

"Apa kamu bilang? Dia menjadi seperti ini karena didikanmu yang terlalu memanjakan dia. Andai dia tidak selembek ini, kita juga tidak perlu mencemaskan dia." Mo Changwen melampiaskan amarahnya kepada Mo Yang.     

"Mo Changwen, ada apa denganmu? Selama ini kamu tidak pernah berbicara kasar denganku, apakah kamu kepikiran dengan anak di luar nikahmu?" Xu Pei keceplosan, akibatnya Mo Yang menjadi terkejut.     

"Bu, apa maksudmu? Ayah punya anak di luar nikah?"     

"Jangan dengarkan ibumu, dia hanya kesal saja." Kata Mo Changwen duduk dengan perasaan kesal      

"Benar, ibu bicara ngawur barusan, tidak ada anak di luar nikah." Xu Pei mengoreksi perkataannya barusan.     

"Ayah, ibu jangan membohongiku. Ayah, apa benar ayah punya anak di luar nikah?"     

Mo Yang melepaskan bola sepak lalu bertanya dengan wajah serius.     

"Ayahmu tidak punya anak di luar nikah…"     

"Ayah punya anak di luar nikah. Ayah rasa kamu sudah cukup umur untuk mengetahui fakta ini. Kalau kamu tidak berusaha keras, ayah akan menjemput anak ayah dan memberikan kekayaan dan kekuasaan keluarga Mo kepadanya." Kata Mo Changwen sambil bangkit berdiri.     

"Mo Changwen, kamu gila ya!" Xu Pei berdiri dan memakinya.     

"Aku tidak gila! Kalau anakmu ini tidak mau, maka aku masih punya anak lain yang akan mewarisinya." Kata Mo Changwen marah.     

"Ayah, apa ayah sadar dengan apa yang ayah katakan? Aku adalah anak satu-satunya ayah!" Kata Mo Yang, dia mengambil bola lalu pergi.     

Plak!     

Xu Pei menampar Mo Changwen dan memakinya.     

"Mo Changwen, kamu di luar suka bermain perempuan, sekarang kamu juga berani mengatakan akan memberikan semua kekayaan dan kekuasaan kepada anak di luar nikahmu! Di mana hati nuranimu? Aku banyak berkorban demi keluarga ini. Aku tutup mata menerima kenyataan kamu berselingkuh. Kalau kamu berbuat di luar batas lagi, kita bercerai saja!"     

Mo Changwen yang terdiam setelah ditampar, membuka pintu dan pergi.     

"Mo Changwen brengs*k!" Xu Pei tidak berdaya, jalan satu-satunya, dia menghubungi Nenek Mo.     

Meskipun Nenek Mo tidak menyukai menantunya, tetapi dia lebih tidak suka dengan simpanan dan anak di luar nikah Mo Changwen. Setelah dia mendengarkan keluhan Xu Pei, dia menyuruh Mo Changwen menemuinya.     

"Kamu gila! Mengatakan perkataan yang tidak seharusnya kamu katakan! Cepat temui aku sekarang juga!" Kata Nenek Mo do telepon.     

"Bu, apakah Xu Pei yang memberitahumu? Jangan ikut campur dengan urusan rumah tangga kami. Aku sedang berada di rumah cucumu yang bungsu. Malam ini aku tidak pulang!" Kata Mo Changwen bersikukuh.     

"Demi seorang wanita bahkan kamu menolak bertemu ibumu sendiri. Kurang ajar! Kalau kamu tidak menemuiku hari ini, aku tidak mau mengakuimu sebagai anak lagi!"     

Mo Changwen panik mendengar ancaman ibunya yang akan memutus hubungan ibu dan anak. Baru saja dia sampai di rumah anak bungsunya, dia pun merasa kesal karena sudah harus pergi lagi.     

"Baiklah! Baiklah! Aku pulang!" Mo Changwen memutus sambungan telepon sambil melihat ke anak bungsunya. Dia mendengus, "Mereka tidak bisa membiarkanku santai lebih lama!"     

"Changwen, apakah yang menghubungimu barusan adalah ibumu?" Seorang wanita yang lembut dan memakai apron keluar dari dapur.     

"Iya. Entah kapan Yuze bisa masuk menjadi anggota keluarga Mo. Aku bersalah padamu dan anak kita." Kata Mo Changwen sedih.     

"Tidak masalah, kehidupan kami yang sekarang juga sudah bagus." Wanita itu tersenyum lembut.     

"Ayah, aku ingin bertemu nenek, nenek pasti akan menyukaiku."     

Mo Yuze berusia 15 tahun, kelihatan seperti anak yang baik dan pintar, walau sebenarnya dia memiliki sisi gelapnya.     

"Lebih baik selesaikan dulu masalahmu. Kamu masih muda, sudah suka balap mobil. Jika nenekmu mengetahui kamu telah menabrak orang sampai meninggal, dia akan lebih membencimu. Jujur padaku sekarang apa yang terjadi sebenarnya."     

Mo Changwen memperingatkan anaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.