Istri Cantik-cantik Ganas

Bertemu Hantu



Bertemu Hantu

0Si gendut sedang ganti pakaian, dia tidak sengaja menginjak tong sampah.     
0

"Maafkan aku, aku tidak sengaja."     

Si gendut meminta maaf sambil memakai pakaiannya.     

Pandangan Lan Anran tertuju pada isi tong sampah yang berisi sarung tangan dan kapas yang penuh darah.     

Apa yang sebenarnya Lan Tingyi lakukan?     

Lan Tingyi yang fokus latihan, dia tidak memperhatikan suara keributan di luar. Setelah dia selesai menjahit jenazah, dia akan mengemasi barangnya, lalu pulang.     

Lan Anran dan si gendut mendengar suara gerakan langkah Lan Tingyi, mereka bersembunyi di bawah tempat tidur.     

Lan Tingyi masuk ke ruangan, membuang sapu tangan ke tong sampah. Dia membersihkan peralatannya, Lan Anran yang berada di bawah tempat tidur tidak bisa melihat dengan jelas, yang dia ketahui Lan Tingyi sedang mencuci ulang peralatannya.     

Butuh waktu 30 menit sampai Lan Tingyi berhasil membersihkan peralatan, kemudian pergi tidur.     

"Bos, kakiku kesemutan." Si gendut berbisik.     

"Ssst, jangan bicara. Ayo keluar pelan-pelan." Lan Anran berbisik, dia pelan-pelan keluar dari tempat tidur.     

Tinggi si gendut 180 cm, dia susah payah keluar dari bawah tempat tidur selama 30 menit.     

"Menjengkelkan!" Kata si gendut menghela nafas.     

Lan Anran melihat ruang jenazah sudah dikunci, mereka tidak bisa masuk ke dalam.     

Lan Anran tersenyum.     

"Gendut, cepat kesini, kamu masih kurang sesuatu!"     

Lan Anran mengeluarkan lipstik sambil menatap si gendut dan tersenyum.     

"Bos, apa yang sedang kamu lakukan. Kalau ada orang datang, celakalah kita!" Kata si gendut keberatan.     

Si gendut menolak permintaan Lan Anran.     

"Tenang saja, tidak akan ada orang yang datang ke sini."     

Lan Anran mengoleskan lipstik dan eyeshadow ke wajah si gendut, agar dia kelihatan seperti hantu.     

"Kamu takut-takuti Lan Tingyi, agar dia mau menceritakan apa yang sedang dia kerjakan di sini?"     

Lan Anran mendandani si gendut untuk menakut-nakuti Lan Tingyi.     

"Bos, kenapa bukan kamu…"     

"Dia pamanku, dia pasti mengenaliku. Cepat takut-takuti dia!" Lan Anran menyuruh si gendut supaya cepat melakukannya.     

Si gendut masuk dengan gemetaran, dia berseru.     

"Lan Tingyi~ Lan Tingyi~"     

Lan tingyi merasa dirinya bermimpi, merasakan ada orang yang memanggilnya, dia pelan-pelan membuka matanya.     

"Siapa? Siapa yang memanggilku?"     

"Lan Tingyi~ ini aku~" si gendut berdiri di depan pintu.     

Lan Tingyi terkejut sampai bangkit ke posisi duduk sambil melotot.     

"Jangan ke sini! Ini semua salahku! Aku bersalah padamu! Aku tidak sengaja, lain kali aku tidak akan berani membedah tubuhmu lagi." Lan Tingyi berdiri di pojokan tembok sambil ketakutan.     

"Kenapa kamu melakukannya ~" Si gendut bertanya lagi.     

"Aku hanya latihan agar bisa bekerja di rumah sakit dengan lebih baik lagi. Ini salahku! Aku tidak akan berani lagi, kamu jangan kesini!" Kata Lan Tingyi bersembunyi di dalam selimut dengan gemetaran.     

Si gendut tiba-tiba berpikir jahil, dia menyorotkan senter ke wajahnya.     

Alhasil Lan Tingyi melihat sosok si gendut yang pucat akibat sorotan senter, Lan Tingyi pun akhirnya pingsan.     

Si gendut berhenti menakut-nakuti lalu berkata, "Pamanmu lemah sekali, sekarang dia pingsan." Kata si gendut sambil tertawa.     

"Apa yang dia katakan?" Lan Anran masuk dan bertanya.     

"Dia bilang tidak akan berani lagi membedah, dia hanya latihan agar bisa bekerja dengan baik di rumah sakit, dia dari tadi terus meminta maaf." Kata si gendut sambil mengusap wajahnya.     

"Membedah? Apakah dia membedah jenazah di ruangan jenazah ini?" Lan Anran menerka-nerka.     

"Apa? Dasar abnormal, kenapa dia tega melakukannya?" Si gendut mengejek Lan Tingyi yang pingsan di tempat tidur.     

"Bagus, kebetulan aku sedang memikirkan cara bagaimana caranya memasukkan dia ke dalam penjara. Sepertinya aku sudah mendapatkan caranya." Lan Anran tersenyum.     

"Bagaimana caranya, Bos?" Si gendut tersenyum melihat Lan Anran memiliki siasat.     

"Ayo kita pergi. Ganti pakaianmu, jangan sampai penampilanmu membuat takut orang saat kita keluar." Kata Lan Anran tersenyum     

Si gendut melepas pakaiannya tetapi lupa menghapus riasan wajahnya. Di tengah malam, banyak pasien yang datang memeriksakan kondisi kesehatan mereka yang darurat. Para pasien itu melihat Si gendut dengan pandangan aneh.     

"Bos, kenapa mereka menatapku aneh?"     

Si gendut merasakan keanehan, dan menarik Lan Anran yang berjalan di depannya.     

Lan Anran berpura-pura tidak mengenal si gendut.     

"Anran, kenapa kamu datang ke sini?"     

Li Yueru dari jauh melihat Lan Anran lalu memanggilnya.     

"Bu, aku sedang mau memastikan ibu tidak kenapa-kenapa, siapa tahu ada yang bisa aku bantu."     

"Putriku baik sekali. Sekarang ibu tidak memerlukan bantuan. Oh iya, pamanmu sekarang bekerja di bagian ruang jenazah, apakah kamu sudah menemuinya?" Tanya Li Yueru.     

"Belum. Tidak ada hubungannya denganku."     

"Dasar kamu ini."     

Li Yueru menyadari keberadaan si gendut dengan riasan wajahnya. Dia berkata sambil tersenyum.     

"Nona, ada yang bisa saya bantu?"     

Si gendut berdiri tanpa bergerak sedikit pun di samping Lan Anran, menunggu aba-aba dari Lan Anran.     

"Nona? Aku?" Tanya si gendut sambil menunjuk dirinya sendiri.     

Lan Anran di sampingnya hanya bisa tertawa melihat penampilan si gendut, bibir yang merah merona dan eyeshadow hitam di matanya. Penampilannya sangat aneh.     

"Bukan. Aku baru saja selesai menjenguk orang sakit."     

Si gendut buru-buru pergi, saat dia teringat masih menggunakan wig rambut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.