Istri Cantik-cantik Ganas

Ruang Jenazah



Ruang Jenazah

0"Bu, jangan marah. Aku beritahu ibu kabar gembira." Lan Tingyun merasa cemas melihat ibunya marah, namun tetap memperlihatkan senyuman kepada ibunya.     
0

"Kabar gembira apa yang ingin kamu sampaikan?" Kata Zhao Xiumei tidak senang.     

Selama dia menginap di rumahnya, Lan Anran menindas dirinya tetapi anaknya tidak membela.     

"Bu, kakak bekerja dengan baik di rumah sakit, setiap hari dia berinisiatif untuk lembur. Aku melihat kakak sudah berubah." Kata Lan Tingyun senang.     

Lan Anran merasa ada yang aneh, Lan Tingyi selama ini menggantungkan hidup kepada Zhao Xiumei, sekarang kenapa dia bersedia bekerja?     

"Benarkah? Terima kasih Tuhan, dia sudah berubah."     

Zhao Xiumei tersenyum dan menganggap ini pasti karena ayahnya yang melindungi anaknya dari langit.     

"Bagus! Bagus! Tingyun, cepatlah membeli kembali rumah lama kita juga."     

Zhao Xiumei merindukan rumah lamanya. Bagaimana mungkin dia merelakan rumah lama Keluarga Lan dijual begitu saja?     

"Bu, rumah itu sudah direnovasi, tidak sama lagi dengan dulu." Kata Lan Tingyun tidak berdaya.     

"Aku tidak peduli. Selama rumah itu masih kokoh berdiri, rumah itu tetap milik keluarga Lan." Kata Zhao Xiumei bersikeras.     

"Baiklah! Baiklah! Akan aku atur nanti!" Kata Lan Tingyun.     

Lan Anran sedang tidak ingin merawat neneknya, jadi dia mau pergi ke rumah sakit untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh Lan Tingyi!     

Di rumah sakit.     

Lan Tingyi membeli peralatan operasi di pasar gelap dan membawanya ke rumah sakit dengan memasukkan ke dalam tas, sehingga tidak ada orang yang curiga.     

Sudah lama dia tidak melakukan operasi, baru saja dia berhadapan dengan jenazah.     

Jenazah biasanya berada di ruang jenazah selama 3-5 hari, sehingga dia memilih jenazah yang baru saja meninggal akibat kanker hati untuk latihan.     

Lan Tingyi memberi penghormatan kepada tubuh jenazah lalu berkata, "Maafkan saya. Saya melakukan ini bukan untuk berniat jahat."      

Setelah itu Lan Tingyi mulai membedah tubuh jenazah.     

Lan Tingyi berlatih selama 2 jam, kemudian dia menjahit kembali kulit jenazah dengan rapi hingga tidak terlihat bekas bedah.     

Setelah selesai bekerja, dia pulang.     

Keesokan harinya, Lan Tingyi menunggu gilirannya lembur.     

"Dia adalah keluarga pasien yang meninggal kemarin." Kata Konselor Rumah Sakit.     

Lan Tingyi mengingat-ingat kemarin ada satu jenazah, seharusnya jenazah yang dimaksud adalah jenazah yang kemarin dia gunakan untuk latihan.     

Lan Tingyi mengeluarkan jenazah dan memperlihatkannya kepada seorang perempuan yang berdiri di depannya.     

Perempuan itu menangis, lalu tubuh jenazah dibawa kembali ke ruangan. Perempuan itu tidak melihat ada yang tidak beres pada tubuh jenazah. Lan Tingyi merasa senang, ini kedua kalinya dia latihan dan berhasil. Percaya dirinya akhirnya kembali lagi.     

...     

Di sebuah kafe di Rongcheng, si gendut sedang minum kopi dengan Lan Anran.     

"Bos, kenapa kamu ingin menemuiku di sini si gendut minum kopi sambil tersenyum.     

"Tidak nyaman di rumah. Nanti malam ikut aku pergi ke ruang jenazah di rumah sakit ayahku." Kata Lan Anran sambil memegang gelas kopi.     

"Ruang jenazah?" Si gendut terlihat ketakutan.     

"Kamu takut?" Lan Anran tersenyum.     

"Tidak, kenapa aku harus takut. Buat apa Bos ke sana, apa ada hubungan dengan Xiang Tian?" Tanya Si gendut.     

"Bukan. Aku hanya mau melihat-lihat ke sana dan aku membutuhkan bantuanmu untuk berakting denganku." Lan Anran tersenyum.     

Si gendut melihat senyuman Lan Anran dia langsung tahu pasti dia ingin menghentikan tindak kejahatan.     

"Bos, apakah tidak lebih baik kita pergi saat masih siang. Bukannya aku takut, hanya saja aku takut mengganggu orang yang sedang istirahat."     

Si gendut menolak sebenarnya karena takut. Dia berpura-pura minum kopi.     

"Siang hari aku tidak akan bisa menemukannya, baru bisa menemukan saat hari sudah gelap." Kata Lan Anran bangkit berdiri hendak pergi.     

"Bos, sudah mau pergi?" Kata si gendut.     

"Aku mau membelikanmu baju." Lan Anran tersenyum dan pergi ke meja kasir.     

"Baiklah! Baiklah! Tunggu aku!"     

Si gendut minum dua gelas kopi sampai habis lalu dia mengikuti Lan Anran.     

Lan Anran mengajak si gendut ke pusat perbelanjaan. Bukannya membeli baju kasual, ternyata membeli kostum dan beberapa alat properti.     

"Bos, bukankah kamu bilang akan membeli baju untukku, namun apa yang kamu beli sekarang?" Tanya si gendut merasa aneh.     

"Ini bajumu yang akan kamu pakai nanti malam."     

Lan Anran memilih beberapa baju untuk si gendut coba, lalu akhirnya membeli dress berwarna putih.     

"Bos, apakah bos mau kita bersandiwara di ruang jenazah?" Tanya si gendut dengan nada bercanda.     

"Benar!"     

Malam harinya, Lan Tingyi baru saja sampai di rumah sakit dan mempersiapkan untuk membedah jenazah. Jenazah kali ini adalah seorang perempuan berusia sekitar 10 tahun-an. Dia mengambil pisau bedah dingin dan mulai membedah.     

Dia sama sekali tidak memperhatikan ada suara di luar pintu.     

Lan Anran dan si gendut masuk ke rumah sakit. Hari ini giliran jaga Li Yueru, tetapi ibunya tidak mungkin mengawasi sampai ke ruang jenazah, sehingga dia merasa aman masuk ke dalam.     

Lan Anran melihat lampu di ruang jenazah sudah dimatikan namun pintunya tidak terkunci. Lan Tingyi pasti sengaja berjaga di sini, agar kalau ada orang yang tiba-tiba masuk, dia bisa segera bersembunyi.     

Lan Anran tidak bertindak gegabah, dia bersembunyi di ruangan kerja Lan Tingyi.     

"Bos, apa yang sebenarnya akan kita lakukan di sini?" Kata Si Gendut berbisik.     

"Cepat ganti pakaianmu!"     

Lan Anran memberi perintah. Dia melihat formulir pendaftaran di atas meja. Lan Anran menemukan Lan Tingyi menandai beberapa nama jenazah yang tanggal kematiannya berdekatan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.