Istri Cantik-cantik Ganas

Ketulusan Bisa Menyentuh Hati, Alasan Masuk Akal Bisa Membuat Seseorang Mengerti



Ketulusan Bisa Menyentuh Hati, Alasan Masuk Akal Bisa Membuat Seseorang Mengerti

0"Nenek, kamu pasti menderita disini. Aku akan meminta ayah dan ibu menjemput nenek." Lan Yaxin bangkit.     
0

"Jangan, saat ini kondisi keuangan keluarga kalian sedang terpuruk. Sekarang orang tuamu pasti mencemaskan nenek, tetapi nenek tidak mau merepotkan mereka. Di sini aku masih bisa makan obat khusus yang diberikan oleh pamanmu, agar aku bisa hidup lebih lama. Selain itu, nenek akan mencari kesempatan bicara dengan pamanmu mengenai rumah dan pekerjaan ayahmu. Jika kedua hal itu beres, nenek baru bisa mati dengan tenang."     

Zhao Xiumei sampai mati pun masih memikirkan masalah Lan Tingyi. Jika masih belum beres, dia tidak bisa mati dengan tenang.     

Lan Yaxin menghela nafas. Orang tuanya tentu saja tidak akan punya waktu menjenguk nenek, karena ayahnya berjudi dan ibunya bermain Mahjong. Dia juga datang ke sini bukan murni menjenguk neneknya, tetapi hanya untuk mencari kesalahan Lan Anran. Sayangnya dia tidak menemukannya.     

"Nenek, jangan bicara seperti itu. Tenang saja, nenek pasti sembuh. Aku pulang dulu, nek. Aku akan meminta ayah dan ibu menjengukmu."     

Lan Yaxin berdiri hendak pulang, kemudian dia bertemu dengan Lan Anran.     

"Kamu datang kesini untuk melihat apakah aku menyakiti nenek bukan?" Tanya Lan Anran sambil tersenyum.     

"Aku datang kesini karena merindukan nenek, aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Apakah kamu kira semua orang sejahat dirimu?" Kata Lan Yaxin dengan nada tidak senang.     

"Kenapa kamu baru merindukan nenek sekarang? Sepertinya tujuanmu ke sini bukan murni merindukan nenek semata." Lan Anran menertawakannya.     

"Kamu…"     

"Oh, Yaxin datang."     

Li Yueru menyempatkan pulang di jam istirahat siangnya untuk melihat kondisi Zhao Xiumei.     

"Bibi, aku sudah mau pulang. Aku mewakili ayah dan ibuku datang menjenguk nenek karena mereka sekarang agak sibuk. Aku sudah melihat kondisi nenek baik-baik saja jadi aku memutuskan untuk pulang, karena sore nanti aku masih ada kelas." Kata Lan Yaxin sambil tersenyum lalu dia pergi.     

"Bu, ibu sudah waktunya makan siang kan? Apakah Anran sudah membuatkan makanan untukmu?" Tanya Li Yueru sambil meletakan tasnya.     

"Sudah, Nyonya. Saya sudah buatkan makanan yang bernutrisi sesuai permintaan Nona." Kata Si perawat.     

Li Yueru melihat di meja sudah tersaji makanan, dia pun merasa lega.     

Zhao Xiumei mengernyit. 'Bubur Sup Abalone pagi tadi belum habis, siang ini sudah ada makanan baru. Kalau seperti ini terus, bagaimana aku bisa tahan?'     

"Bu, makanlah yang banyak. Makanan ini bagus untuk kesehatan ibu. Lalu apakah ibu sudah merasakan khasiat dari obatnya?"     

Li Yueru memberikan semangkuk Bubur Abalone untuk mertuanya.     

"Khasiatnya lumayan. Namun aku merasa kondisi kesehatanku tidak sesehat dulu." Kata Zhao Xiumei sambil menghela nafas.     

"Bu, jangan berpikiran seperti itu, tenang saja, aku dan Tingyun akan berusaha mengobati ibu." Kata Li Yueru menenangkan.     

"Sudahlah, dokter juga sudah angkat tangan dengan penyakitku. Usiaku sudah tidak akan lama lagi. Yueru, sudah berapa lama kamu menikah dengan Tingyun?" Zhao Xiumei mengingat-ingat.     

"Sudah 10 tahun lebih."     

"Waktu cepat sekali berlalu! Yueru, aku tahu hubunganmu dengan Tingyun selalu harmonis. Apakah kamu bisa membantu ibu membujuk Tingyun, aku masih menginginkan rumah lamaku. Aku ingin berada di sana saat meninggal nanti. Tolong wujudkan keinginan terakhirku ini." Kata Zhao Xiumei.     

Li Yueru terlihat berat hati. Dia adalah ibu Lan Tingyun, memang sudah seharusnya dia membantu mertuanya, sayangnya dia belum mampu membeli rumah lama ibunya.     

"Bu, bukan aku tidak mau membantumu. Sebagian besar uang kami investasikan untuk rumah sakit, uang yang tersisa yang kami miliki tidak seberapa banyak. Tunggu Tingyun pulang nanti aku akan mencoba diskusi dengannya mengenai masalah ini." Li Yueru menjelaskan blak-blakan.     

"Nenek, jangan terlalu banyak memikirkan mengenai masalah itu. Lebìh baik nenek makan bubur abalone, ini juga ada sup penyu, ini makanan yang sangat bergizi, nenek harus makan ini."     

Lan Anran mengambil sesendok kemudian menyodorkan di dekat mulut Zhao Xiumei, memaksa neneknya makan.     

"Yueru, katakan pada Anran, aku tidak mau makan."     

Zhao Xiumei meminta bantuan Li Yueru, dia tahu Lan Anran ingin membalas dendam padanya. Tetapi dia lebih takut tidak bisa mendapatkan rumah lamanya kembali apabila dia meluapkan kekesalannya, jadi dia terpaksa meredam kekesalannya dalam hati.     

"Bu, saat ibu tidak ada, nenek hanya makan sedikit, mungkin gara-gara efek dari penyakitnya, nenek selalu mengatakan tidak nafsu makan. Ibu tolong nasehati nenek." Lan Anran mengatakan dengan tulus.     

"Bu, ibu harus banyak makan. Dengarkan omongan kami, bu."     

Li Yueru menasehati mertuanya. Jarang bisa melihat Anran bisa perhatian dengan neneknya, membuatnya merasa sangat senang.     

Zhao Xiumei memaksakan diri untuk makan.     

...     

Di Rumah Keluarga Mo.     

Mo San sudah pulang dari Liang Xi, dia membawa beberapa tanaman Qian Xiang.     

"Tuan Muda, tanamannya sudah dikirim ke laboratorium." Kata Mo San.     

"Baiklah. Tolong perlihatkan kepadaku laporan penjualan obat beserta laporan keuangannya." Kata Mo Jinrong.     

"Tuan muda, kedua laporan itu harusnya dilihat bulan lalu. Kenapa ketika aku tidak ada, Tuan muda tidak melihatnya sendiri? Apakah Tuan muda sebegitu bergantungnya padaku?" Kata Mo San sambil tertawa.     

"Tutup mulutmu! Cepat lakukan sesuai yang aku perintahkan." Kata Mo Jinrong dengan tegas.     

"Baik, Tuan muda."     

Mo San menundukan kepala lalu keluar ruangan, mengambil laporan keuangan penjualan obat dan rumah lalu meletakkan di atas meja Mo Jinrong.     

"Tuan muda, bagaimana hubungan Tuan muda dan Nona Lan sekarang?" Tanya Mo San.     

"Tidak ada. Setelah bercerai, apa lagi yang bisa dilakukan?"     

Mo Jinrong melihat ke teras bunga, lalu menatap Mo San untuk memberi isyarat pada Mo San bahwa dia tidak mau membahas tentang hal ini.     

Mo San menangkap isyarat Tuan mudanya, dia pun tidak melanjutkan topik pembicaraan itu.     

Mo San menatap teras bunga lekat-lekat, lalu dia menyadari ada alat perekam suara di bagian samping teras bunganya. Jika tidak terlalu diperhatikan, dia tidak akan sadar ada alat perekam suara di sana.     

"Mo San, apakah kamu tahu apa yang dilakukan nenek setelah aku bercerai dengan Lan Anran?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.