Istri Cantik-cantik Ganas

Asisten Baru



Asisten Baru

0Lan Tingyun menghubungi Lan Anran menanyakan kabar Zhao Xiumei.     
0

"Ayah, tenang saja. Aku sudah membuatkan nenek makanan sesuai buku resep. Nenek juga sangat menyukainya."     

Lan Anran memperlihatkan wajah neneknya dengan ponselnya.     

Lan Tingyun melihat ibunya tersenyum, hatinya pun merasa lega. Awalnya dia mengira mereka berdua tidak mungkin bisa berdamai, ternyata di luar dugaan, mereka bisa akrab satu sama lain.     

"Tingyun, kamu…"     

"Ayah, kami mau makan dulu. Aku tutup teleponnya ya." Lan Anran memutus sambungan telepon sambil melirik ke Zhao Xiumei.     

"Apakah tadi Nenek mau mengatakan sesuatu?" Tanya Lan Anran.     

"Tidak ada, tidak ada."     

Zhao Xiumei menunduk sambil makan. Setelah itu dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, sehingga dia memutuskan untuk jalan-jalan mengitari halaman.     

Lan Anran terus membuntuti kemana pun Zhao Xiumei pergi.     

"Anran, siapa yang akan menjaga nenek kalau kamu ke sekolah?" Tanya Zhao Xiumei. Dia hanya tidak ingin melihat anak kurang ajar ini berada di dekatnya.     

"Tenang saja. Nanti akan ada yang membantu kami merawat Nenek." Lan Anran tersenyum.     

Lan Anran sudah memikirkannya. Kalau dia ke sekolah, maka dia akan menyewa perawat untuk merawat neneknya. Dia sudah mendiskusikan hal ini dengan ayahnya. Orang tuanya juga akan sesekali memeriksa kondisi neneknya.     

Tiba-tiba Mo Jinrong menghubungi Lan Anran kemudian bertanya, "Apakah kamu sudah mendapat kabar tentang 'nol'?"     

"Sayang, tenang saja. Aku pasti akan menemukannya. Kamu cukup tunggu dan jangan menimbulkan masalah." Lan Anran mengejeknya.     

"Kamu… aku tidak punya waktu bercanda denganmu. Cepat temukan dia. Oh iya, waktu di Liang Xi, bukankah kamu membawa sebuah tanaman Qian Xiang. Sekarang ada di mana tanaman itu?" Tanya Mo Jinrong.     

"Ada bersamaku. Aku tidak sengaja menemukannya dan sudah aku masak sup." Lan Anran membohongi Mo Jinrong.     

"Apa? Kamu…"     

"Apakah tidak boleh? Kenapa kamu menginginkannya?" Lan Anran berpura-pura bertanya penasaran.     

"Tidak ada. Aku berikan kamu waktu satu bulan untuk menemukan 'nol'."     

Mo Jinrong memutus sambungan telepon.     

"Siapa?" Tanya Zhao Xiumei.     

"Bukan siapa-siapa. Nenek pergilah tidur." Kata Lan Anran sambil tersenyum.     

Zhao Xiumei menghela nafas dia pun terpaksa kembali ke kamarnya.     

Setelah selesai menghubungi Lan Anran, dia menghubungi Mo San yang sekarang berada di Liang Xi.     

"Hati-hati saat kamu pergi mengambil tanaman Qian Xiang."     

"Tuan Muda, apakah kamu mencemaskanku?" Mo San tersenyum, bahagia sekali rasanya ada orang yang memperhatikan dirinya.     

"Maksudku adalah, hati-hati dalam mengambil tanaman Qian Xiang, jangan sampai tanaman itu mati, tanaman itu sangat berharga." Mo Jinrong menutup teleponnya.     

Tok, tok, tok!     

Terdengar suara ketukan pintu. Mo Jinrong berkata, "Masuk!"     

Ada seorang perempuan cantik membuka pintu ruangan kerjanya lalu masuk ke dalam. Perempuan itu memakai sepatu dengan hak 8 cm, setelan rok kerja berukuran pendek dengan stoking hitam, bibirnya merah cerah, rambutnya panjang bergelombang berwarna coklat kemerahan, wajahnya yang imut itu menatap Mo Jinrong sambil tersenyum.     

Perempuan itu mendekap beberapa dokumen, kemudian berkata dengan lembut.     

"Direktur Mo, saya adalah asisten yang diminta Tuan Mo untuk menggantikan posisi Pelayan Mo sementara waktu."     

"Mo Changwen memberi tahu identitasku kepadamu?" Kata Mo Jinrong dengan nada dingin.     

"Direktur Mo, jangan bersikap dingin padaku!"     

Perempuan itu mendekatkan diri ke arah Mo Jinrong. Mo Jinrong berdiri kemudian berjalan ke pintu, lalu membuka pintu dan berkata, "Keluar!"     

"Direktur Mo, saya hanya asisten, tidak akan berbuat macam-macam terhadap Anda. Tuan Mo meminta saya membantu Anda. Anda tidak perlu takut." Perempuan itu tersenyum.     

"Aku tidak membutuhkan bantuanmu. Cepat keluar!" Mo Jinrong berkata dengan tegas.     

Perempuan itu terkejut mendengar suaranya yang tegas, dia pun pergi.     

Kemudian telepon berbunyi, ternyata Mo Changwen yang menghubunginya.     

"Jinrong, aku lihat kamu tidak ada asisten saat ini. Kamu bilang bercerai dengan Lan Anran karena perempuan kan? Asisten yang aku kirimkan kepadamu sangat cantik dan pintar, kenapa kamu malah mengusirnya?" Tanya Mo Changwen.     

"Jangan repot-repot, paman! Aku tidak membutuhkan asisten!" Kata Mo Jinrong menolak.     

"Tidak butuh? Jinrong, kamu…" Mo Changwen belum selesai bicara, Mo Jinrong sudah menutup telepon.     

"Sialan! Mo Jinrong, tunggu saja pembalasanku!"     

Mo Changwen melihat ke arah ruangan kerja Mo Jinrong melalui jendela dengan perasaan kesal.     

...     

Malam harinya, Lan Tingyun pulang dengan membawa obat.     

"Ini obat impor untuk nenekmu. Di mana nenek?" Tanya Lan Tingyun.     

"Nenek sedang tidur. Ayah, berikan obatnya padaku, aku akan memberikan obatnya kepada nenek nanti. Hari ini nenek sudah makan terlalu banyak. Ayah tidak perlu cemas." Kata Lan Anran.     

Lan Tingyun menganggukan kepala, dia memberikan obatnya kepada Lan Anran.     

"Anran, kenapa hari ini nenekmu bisa makan banyak?" Li Yueru tersenyum. Di dapur tersisa setengah potong ayam dan beberapa Abalone.     

"Iya. Nenek bilang ingin makan Abalone, jadi aku membeli Abalone untuk nenek." Lan Anran tersenyum.     

"Iya. Kalau begitu sisa dagingnya akan ibu masak ulang." Li Yueru tersenyum, dia menuju ke dapur untuk memasak.     

Lan Anran pergi ke kamar Zhao Xiumei di lantai dua untuk mengantar obat. Dia membuka botol, obat kanker ini bentuknya hampir sama dengan Vitamin C. Neneknya sebenarnya tidak sakit, jadi dia menukar obat kanker dengan Vitamin C untuk diberikan kepada neneknya.     

"Nek, waktunya minum obat. Ini obat kanker impornya. Setelah selesai minum obat, kita ke bawah untuk makan malam." Lan Anran membangunkan neneknya.     

Zhao Xiumei mengernyit, dia sudah frustasi hingga tidak menyadari obat yang dia minum bukanlah obat kanker, melainkan Vitamin C.     

"Anran, aku tidak mau makan lagi." Zhao Xiumei terdengar menderita.     

"Baiklah kalau begitu. Besok saja nenek makan." Lan Anran tersenyum.     

Zhao Xiumei menghela nafas lega.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.