Istri Cantik-cantik Ganas

Sebuah Sandiwara Yang Menjadi Kenyataan



Sebuah Sandiwara Yang Menjadi Kenyataan

0"Nek, nenek kenapa?"     
0

Lan Anran menghampiri Zhao Xiumei sambil berlutut dan menangis di samping tempat tidur neneknya      

"Anran, nenek sakit." Kata Li Yueru.     

Lan Anran menggenggam tangan neneknya sambil menangis.     

Lan Anran bisa merasakan nadi neneknya masih kuat, dia pun tidak menemukan adanya penyakit di tubuh neneknya, kelihatannya neneknya memang sedang berpura-pura sakit. Toh neneknya sedang memainkan sebuah sandiwara, maka Lan Anran pun berpikir untuk mengikuti alur permainan neneknya.     

"Anran, usia nenek sudah tidak akan lama lagi. Selepas nenek tiada, kamu harus menjalin hubungan baik dengan Yaxin."     

Dari luar, ekspresi Zhao Xiumei terlihat baik, padahal dalam hati dia merasa muak dengan Lan Anran. Dia melihat Lan Anran yang menangis seperti benar-benar mengira hidupnya tidak akan lama lagi. Anak kurang ajar!     

'Mungkin dia berharap aku segera menemui ajalku?'     

"Nenek, tenang saja. Aku pasti akan menjaga Yaxin."     

Lan Anran tersenyum. Lan Yaxin yang berdiri di sampingnya saat melihat senyuman Lan Anran menjadi takut. 'Apa arti senyumannya?'     

"Nek, nenek pasti akan baik-baik saja. Aku yakin nenek pasti akan sehat kembali." Lan Yaxin berpura-pura menangis.     

"Oh iya, Yanran belum ke sini. Aku akan menghubungi Yanran supaya datang untuk perpisahan dengan nenek. Aku juga akan menghubungi para kerabat keluarga Lan untuk bertemu dengan nenek untuk yang terakhir kalinya."     

Lan Anran berkata ingin menghubungi Lan Yanran untuk mengikuti alur permainan Zhao Xiumei.     

"Tidak, tidak, tidak perlu. Aku ingin meninggal dengan tenang seorang diri. Aku tidak suka jika terlalu banyak orang datang mengganggu."     

Zhao Xiumei mulai panik, 'gadis tengik ini kelihatannya sangat mengharapkan aku mati.'     

"Baiklah, paling tidak cucu nenek harus bertemu dengan nenek untuk terakhir kalinya, karena dia satu-satunya." Kata Lan Anran dengan raut wajah sedih, lalu dia menghubungi Lan Yanran.     

"Bu, ibu harus bertahan!" Li Yueru memberikan semangat kepada mertuanya.     

Zhao Xiumei memelototi Li Yueru. 'Mereka sangat mengharapkan aku mati.Tunggu saja sampai sandiwara ini usai, aku harus memberi mereka pelajaran!'     

"Kenapa kalian bicara sembarangan? Hasil pemeriksaan ibu belum keluar, kenapa kalian menyumpahi ibu mati?" Kata Lan Tingyi merasa keberatan.     

Lalu seorang perawat masuk untuk memberikan informasi.     

"Hasil Test Lab Nyonya besar sudah keluar. Silahkan salah satu dari pihak keluarga mengambilnya, dan mendiskusikan kondisi penyakitnya dengan dokter."     

"Aku saja yang mengambilnya."     

Lan Anran terlihat bersemangat, dia mendahului Lan Tingyi keluar kamar.     

Lan Anran mengambil hasil Test Lab neneknya dan melihat hasilnya. Dari hasil yang dia baca, kondisi neneknya baik-baik saja, ternyata neneknya memang berpura-pura sakit.     

Di saat bersamaan, Lan Anran melihat di tong sampah, ada hasil pemeriksaan pasien lain yang namanya juga Zhao Xiumei. Pasien itu memiliki penyakit kanker paru-paru. Ini kesempatan bagus bagi Lan Anran.     

Lan Anran menemui dokter dengan membawa hasil Test Lab. Dia menyerahkan hasil test Lab yang asli kepada dokter lalu mengatakan bahwa neneknya sehat dan mengajukan untuk diperbolehkan pulang, dokter pun menyetujuinya.     

Saat di perjalanan Lan Anran kembali ke kamar rawat inap neneknya, dia bertemu Lan Tingyi yang cemas Lan Anran bisa merusak rencana mereka, jadi dia mengikutinya.     

"Paman."     

"Anran, apa kata dokter mengenai penyakit nenekmu?"     

Lam Tingyi mengulurkan tangan ingin melihat hasil pemeriksaan ibunya.     

Lan Anran seketika menangis sambil berkata, "Nenek sepertinya… sepertinya hidupnya memang tidak akan lama lagi…"     

Wajah Lan Tingyi memucat, dia melihat hasil pemeriksaan dengan perasaan tidak percaya.     

"Kanker paru-paru!"     

Lan Tingyi terkejut, padahal ibunya hanya berpura-pura sakit, kenapa ibunya ternyata benar mengidap penyakit kanker paru-paru?     

Mereka berdua menuju ke kamar Zhao Xiumei dengan wajah cemas. Sedangkan di kamar, Zhao Xiumei terus menceramahi Lan Tingyun, dia melihat putranya segera menandatangani surat perjanjian. Di saat bersamaan, Lan Anran masuk sambil menangis histeris.     

"Nenek!"     

Semua orang dalam ruangan dibuat terkejut dengan tangisan Lan Anran.     

"Anran, kamu kenapa?"     

"Ayah, nenek…. Nenek… nenek sakit kanker paru-paru!" Lan Anran menangis di samping ranjang Zhao Xiumei.     

"Apa?"     

Zhao Xiumei terkejut, lalu menatap Lan Tingyi.     

Lan Tingyi menunduk dengan wajah sedih.     

"Bu…"     

Lan Tingyi menyerahkan hasil pemeriksaan kepada Zhao Xiumei.     

Zhao Xiumei melihat hasil pemeriksaan dan masih tidak percaya. Bagaimana dirinya bisa mengidap penyakit kanker paru-paru?     

"Bu! Kenapa kalian tidak periksa di rumah sakitku saja, bisa saja rumah sakit ini melakukan kesalahan?" Lan Tingyun juga tidak percaya dengan berita ini.     

"Tidak mungkin salah. Rumah sakit ini adalah tempat ibu praktek dulu, meskipun ibu sudah pensiun tapi masih banyak rekan kerja ibu dulu yang masih bekerja di sini, mereka tidak mungkin melakukan kesalahan." Kata Lan Tingyi.     

Mereka memilih rumah sakit ini justru karena banyak rekan kerja Zhao Xiumei yang masih bekerja di sini, jadi mereka merasa tenang, setelah Lan Tingyun menandatangani surat perjanjian, mereka langsung keluar. Tapi tidak disangka kenapa bisa berakhir seperti ini?     

"Dokter mengatakan bahwa harapan hidup nenek sangat kecil, dia menyuruh nenek untuk pulang saja. Aku sudah mengurus prosedur pulang. Nenek, ayo kita pulang saja."     

Lan Anran mengatakan dengan sedih.     

Tak lama kemudian, Lan Yanran datang, dia melihat seisi ruangan semuanya sedang menangis.     

"Nenek kenapa?" Tanya Lan Yanran.     

"Yanran, nenek sakit kanker paru-paru!" Kata Lan Anran sambil menangis. Kedua mata Lan Yanran seketika memerah mendengar berita ini.     

Lan Yanran menangis histeris memanggil neneknya, "Nenek!"     

Zhao Xiumei melihat mereka menangis, barulah dia percaya bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Tak disangka sandiwara yang dia buat, sekarang menjadi kenyataan.     

Tiba-tiba, seorang perawat masuk dan menatap mereka dengan wajah kebingungan, dia bertanya, "Apa yang terjadi?"     

Lan Anran menahan nafas, takut mendengar apa yang akan dikatakan perawat itu selanjutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.