Istri Cantik-cantik Ganas

Kelinci Panggang



Kelinci Panggang

0"Apakah kamu mengajak orang lain?" Lan Anran menatap Mo Jinrong dengan tatapan waspada.     
0

Mo Jinrong menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku datang ke sini seorang diri."     

Lan Anran dengan sigap berdiri, lalu mengeluarkan belatinya lagi.     

Tiba-tiba!      

Muncul seekor kelinci dari semak, kemunculan kelinci itu membuat Mo Jinrong terperanjat kaget hingga melangkah mundur.     

Gerakan tangan Lan Anran sangat cekatan, dia melempar belati di tangannya hingga menancap di leher kelinci itu. Kelinci itu pun mati.     

Lan Anran tertawa melihat ekspresi Mo Jinrong yang terkejut.     

"Kenapa nyalimu kecil sekali? Selain takut anjing, kamu juga takut kelinci?"     

Lan Anran menertawakan Mo Jinrong.     

"Dari mana kamu tahu aku takut anjing?" Tanya Mo Jinrong secara tiba-tiba.     

"Dulu… bukankah kamu takut anjing Chihuahua?"     

Hampir saja Lan Anran ketahuan.     

"Bagaimana mengolah kelinci ini?" Mo Jinrong terlihat penasaran.     

Berikutnya, Mo Jinrong kagum melihat proses Lan Anran mengolah kelinci. Dia merasa dirinya sungguhan tinggal di hutan.     

Lan Anran mencari sebatang kayu yang tajam, lalu dengan belati, dia menguliti kelinci. Gadis ini terlihat sangat terampil.     

"Apakah dulu kamu sering membunuh kelinci?"     

Mo Jinrong terlihat penasaran. Dari dulu dia tinggal di luar negeri. Belum pernah melakukan pekerjaan seperti ini, belum pernah merasakan kehidupan desa. Selama ini dia selalu tinggal di keluarga kaya, belum pernah melakukan keterampilan seperti yang dilakukan Lan Anran.     

"Tidak. Dulu aku disuruh tinggal di desa selama aku kecil. Saat tidak ada makanan, aku pergi menangkap katak, kelinci dan sebagainya untuk dipanggang, lama-lama menjadi kebiasaan." Kata Lan Anran menjelaskan.     

Mendengar cerita Lan Anran, muncul rasa empati di hati Mo Jinrong.     

"Kamu jangan mengasihani aku, aku tidak semenderita itu."     

Lan Anran menunduk meneruskan mengolah kelinci. Dia mengeluarkan organ dalam kelinci, mencucinya dengan air yang dia bawa, lalu menusuk dagingnya dan di panggang di atas perapian.     

"Sejak kapan kamu membuntutiku?" Tanya Lan Anran.     

"Sejak kamu berangkat." Jawab Mo Jinrong.     

"Kenapa kamu tidak meminta orang membuntutiku? Kamu membuntutiku pasti karena merindukanku kan?" Lan Anran mengejek Mo Jinrong.     

"Aku tidak tenang menyerahkan tugas ini kepada orang lain. Sekarang jelaskan padaku, kenapa kamu mengajukan perceraian denganku?" Tanya Mo Jinrong tiba-tiba teringat.     

"Hal itu tanyakan langsung pada pamanmu. Dia memakai skandal adikku untuk mengancamku supaya meninggalkanmu. Jika tidak maka dia akan menghancurkan karir Yanran. Aku hanya berpura-pura bercerai denganmu. Aku harap kamu mau bekerja sama denganku di depan pamanmu." Lan Anran membalik kelinci di perapian.     

"Mo Changwen masih saja berbohong. Sepertinya rapat pemegang saham beberapa waktu lalu belum juga membuat dia jera. Dia selalu ingin merebut hak menjadi pemilik Grup Mo. Jangan mimpi!" Kata Mo Jinrong dengan nada dingin.     

"Bagaimana kita harus bersandiwara?" Lan Anran tersenyum sambil membisikkan di telinga Mo Jinrong.     

"Apakah cara itu bisa berhasil?"     

"Tenang saja. Mo Changwen tahu penyakitmu sudah sembuh, jadi dia tidak akan curiga."     

Di tengah pancaran cahaya dari perapian. Senyuman Lan Anran terlihat memukau.     

"Baiklah."     

Mo Jinrong mengangguk. Melihat daging kelinci yang dipanggang, membuat Mo Jinrong mulai merasa lapar.     

"Sayang sekali, tidak ada cabe dan garam. Kalau saja ada pasti akan lebih enak lagi." Kata Lan Anran dengan antusias. Lalu Mo Jinrong merasa lehernya digigit nyamuk, dia merasa bekas gigitan nyamuk itu sakit dan gatal.     

"Ada apa denganmu?"     

Lan Anran melihat ke bagian leher Mo Jinrong, di bagian lehernya ada bekas merah. Saat dia mau melihatnya lebih dekat, tidak disangka dia tersandung batang pohon di bawah kakinya, lalu jatuh ke arah Mo Jinrong dengan posisi berpelukan Lan Anran pun mencium wajah Mo Jinrong.     

Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat.     

Mo Jinrong masih dalam posisi memeluk pinggang Lan Anran, jantungnya langsung berdebar keras.     

"Apa… apa kamu baik-baik saja?" Tanya Mo Jinrong perhatian.     

Lan Anran baru tersadar kembali. Dia menjauhkan tubuhnya dari Mo Jinrong kemudian berkata terbata-bata.     

"Maafkan aku. Aku… aku tidak sengaja." Kata Lan Anran sambil menyentuh bibirnya sendiri.     

Suasana menjadi kikuk, Lan Anran pun memulai pembicaraan.     

"Daging kelincinya sudah matang. Cepat makanlah."     

Lan Anran menyodorkan daging kelinci panggang kepada Mo Jinrong dengan malu-malu, lalu dia masuk ke dalam tenda sambil tersenyum.     

Mo Jinrong menerima daging kelinci yang disodorkan Lan Anran. Senyuman bahagia merekah di wajahnya, bahkan dia sendiri tidak menyadarinya.     

Satu hal yang Mo Jinrong sadari adalah penyakitnya tidak kambuh saat berdekatan dengan Lan Anran.     

Hari sudah larut, Lan Anran memadamkan perapian. Sepertinya dia harus bermalam di satu tenda dengan Mo Jinrong, karena hanya ada satu tenda di sini.     

"Tenang saja. Aku tidak akan berbuat macam-macam kepadamu."     

Mo Jinrong mengatakan lebih dulu, lalu tidur di dalam tenda bagian samping. Lan Anran tidur di sebelahnya. Mereka berdua akhirnya tertidur juga setelah mengalami kegalauan hati.     

Subuhnya, Mo Jinrong dibangunkan suara kicauan burung. Dia membuka mata lalu hendak bangkit berdiri, ternyata menyadari Lan Anran tertidur di pelukannya. Dia meringkuk seperti seekor kucing.     

Wajah Mo Jinrong juga bersentuhan langsung dengan rambutnya. Warna rambutnya yang indah membuat Mo Jinrong tertarik.     

Dia tidak bisa menahan diri mencium dahi Lan Anran, seketika Lan Anran terbangun, dia membuka kedua matanya, menatap Mo Jinrong dengan penuh cinta, sebuah senyuman menghiasi wajahnya.     

"Kamu sudah bangun?"     

Lan Anran berdiri kemudian keluar dari tenda. Di luar tenda, dia melihat Sun Hui berdiri di luar tenda, menatapnya sambil tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.