Istri Cantik-cantik Ganas

Intimidasi



Intimidasi

0"Baguslah kalau begitu. Ayah rasa nenekmu tidak semudah itu setuju Yanran menjadi aktor. Semoga masalah ini cepat berlalu." Kata Lan Tingyun.     
0

"Ayah, ibu, tenang saja, Yanran akan baik-baik saja."     

Lan Anran menenangkan orang tuanya, di luar dia terlihat tenang, sebenarnya dalam hatinya masih menyimpan rasa dendam. Dia merasa harus memberi pelajaran kepada nenek dan pamannya sekeluarga agar mereka tidak mengganggu keluarganya lagi.     

Setelah pergi dari keluarga Lan Tingyun, Zhao Xiumei masih merasa ketakutan. 'Ekspresi gadis pembawa sial itu seakan ingin membunuhku!'     

"Sial! Kenapa bisa begini? Bukankah Wang Laowu sudah memukulnya, kenapa gadis itu sehat-sehat saja, kita pun sudah rugi 10.000 yuan?" Kata Xu Yanshan.     

"Aku tidak tahu. Aku akan menghubunginya."     

Lan Tingyi mengambil ponselnya kemudian menghubungi Wang Laowu.     

"Halo! Kakak Wang apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa gadis itu baik-baik saja dan tidak ada luka sedikitpun? Bukankah kamu sudah memukulnya? Lukanya tidak mungkin secepat itu pulih kan?"     

"Kamu tidak percaya padaku? Percaya atau tidak, aku sudah melakukan seperti yang kamu perintahkan. Sekarang bayar aku!"     

Wang Laowu tidak mau mengaku. Uang 10.000 yuan yang dia terima dari Lan Tingyi sudah dia habiskan. Kini dia tidak punya uang sepeser pun.     

"Kakak Wang, bukankah aku sudah membayarmu 10.000 yuan? Apa pantas sikapmu terhadapku seperti ini?" Kata Lan Tingyi sambil tersenyum.     

"Uang itu sudah habis. Bayar lagi kepadaku." Wang Laowu terdengar percaya diri.     

"Kakak Wang, aku sudah membayarmu lunas, tidak membayarmu secara berkala." Lan Tingyi masih sabar menjelaskan.     

"Aku tahu. Tetapi uangnya sudah habis, jadi bayar aku lagi. Jika tidak, aku akan laporkan kamu ke polisi atas kasus penculikan, kita masuk ke penjara bersama."     

Wang Laowu mengancam hingga membuat Lan Tingyi tersudutkan.     

"Kakak Wang, dulu kamu tidak bersikap seperti ini kepadaku. Kenapa kamu berubah sekarang, apakah kamu sedang bercanda denganku. Lan Anran tidak mengalami luka sedikit pun, tapi kamu meminta imbalan uang. Aku curiga kalian bersengkongkol membohongiku!" Lan Tingyi memaksakan diri untuk tersenyum.     

"Kamu tidak mau membayar ya? Baiklah, ayo kita masuk penjara bersama."     

Wang Laowu mengancam dengan tanpa rasa takut. Dia tidak takut masuk penjara, lagipula kalau dia masuk penjara maka Lan Tingyi juga masuk penjara.     

"Tunggu! Baiklah, akan ku bayar!" Lan Tingyi menggertakkan gigi.     

Lan Tingyi menutup telepon, ekspresi wajahnya kesal.     

"Kurang ajar! Dia berani membohongiku?"     

"Tingyi, ada apa?" Tanya Zhao Xiumei bingung.     

"Kita ditipu. Pria kurang ajar ini bersekongkol dengan Lan Anran untuk menipu kita, dia juga masih berani memeras uang dariku!" Kata Lan Tingyi dengan kesal.     

"Cepat lapor polisi!"     

Zhao Xiumei panik. Dia tidak menyangka Lan Anran pintar menghasut orang. Bahkan seorang penjudi juga berhasil dia hasut.     

"Jangan, Bu! Lan Anran tidak melaporkan masalah ini pasti karena dia ingin Wang Laowu memeras kita. Gadis itu sudah memperhitungkan jika kita melapor maka Tingyi juga akan masuk penjara, kasus penculikan merupakan pidana yang berat, Tingyi bisa dipenjara selama 10 tahun. Tingyi, bukankah kamu bilang si pria pemeras itu dapat dipercaya dan diandalkan, kenapa dia berubah haluan sekarang?" Kata Xu Yanshan yang merasa kesal.     

"Sial! Kenapa jadinya seperti ini?"     

Lan Tingyi mengomel sambil mengirimkan 5.000 yuan ke rekening Wang Laowu.     

"Tingyi, jika ini dibiarkan, bukankah ini artinya sama saja kita memberikan dia uang pensiun?" Zhao Xiumei merasa sayang, uangnya terbuang untuk hal yang tidak berguna.     

"Bu, aku tidak mau masuk penjara lagi. Dulu aku sudah dipenjara selama beberapa tahun, di sana sungguh tempat yang tidak layak ditinggali." Kata Lan Tingyi dengan ekspresi memelas.     

"Aduh, kenapa bisa begini jadinya?" Zhao Xiumei mulai panik.     

"Bu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Kata Xu Yanshan dengan nada cemas.     

"Bagaimana caranya? Apa lagi yang bisa kita lakukan? Ayo pulang!"     

Zhao Xiumei juga bingung harus berbuat apa, sehingga dia lebih memilih pulang kemudian menyusun rencana.     

...     

Di rumah keluarga Mo.     

Mo Jinrong datang mengunjungi Nenek Mo.     

"Bocah tengik! Kamu masih ingat nenekmu, aku mengira kamu sudah lupa." Nenek Mo mengutarakan keluhannya selama ini.     

"Nenek, aku kan sudah datang sekarang?" Mo Jinrong duduk sambil tersenyum.     

"Cih! Kamu sudah melupakan nenekmu ini. Kamu hanya memikirkan soal pekerjaan. Nenek tidak penting bagimu." Kata Nenek Mo meluapkan kekesalannya.     

"Besok aku mau pergi dinas, jadi sebelum berangkat, aku mau mengunjungi nenek. Aku tahu paman pasti sudah melaporkan hal yang jelek-jelek tentangku. Aku tidak berani menemui nenek." Mo Jinrong menatap neneknya dengan nada jahil.     

Nenek Mo sudah lama tidak melihat ekspresi jahil Mo Jinrong seperti sekarang ini, tentu saja hatinya sangat gembira.     

"Aku dengar kamu memecat pamannya Xu Pei dan memecat banyak pemegang saham perusahaan?"     

Nenek Mo masih mengikuti perkembangan perusahaan. Meskipun cucunya tidak pernah menceritakan tentang apapun hal yang terjadi, dia sudah mendengar banyak hal dari Xu Pei.     

"Nenek, nenek sendiri tahu setiap hal yang aku lakukan ada tujuannya. Entah apakah bibi sudah menceritakan kepada nenek apa alasanku melakukannya?" Mo Jinrong berkata dengan dingin.     

"Kenapa?"     

Nenek Mo sebenarnya tahu bahwa cucunya tidak gegabah dalam melakukan sesuatu.     

"Semuanya demi Lan Anran. Di depan pintu masuk perusahaan Xu Changhe terang-terangan hendak berbuat tidak senonoh terhadap Lan Anran. Paman juga akhir-akhir ini berbuat tidak jujur, apakah salah aku menggertaknya?"     

Mo Jinrong bertanya balik.     

"Apa? Kurang ajar! Apalagi yang terjadi? Xu Pei belum memberitahuku hal ini. Berani sekali dia! Apakah Anran baik-baik saja?"     

Nenek Mo memikirkan kondisi Lan Anran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.