Istri Cantik-cantik Ganas

Memasang Wajah Memelas



Memasang Wajah Memelas

0"Kurang ajar! Kurang ajar!"     
0

Zhao Xiumei marah sampai tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Jika sampai mereka putus hubungan, bagaimana mereka bisa memeras uangnya di kemudian hari?     

"Lan Tingyun! Apakah kamu mencampakkan ibumu sendiri?" Tanya Lan Tingyi mulai panik.     

"Ibu sama sekali tidak menyayangiku. Dia hanya menyayangimu. Bahkan dia tidak menganggap Anran dan Yanran sebagai cucunya, lalu buat apa kita masih menjadi keluarga. Aku akan memberikan uang bulanan untuk bulan ini. Setelah kita memutus hubungan ini, aku tidak akan memberikan uang bulanan lagi, kakak yang akan menggantikanku memberikannya kepada ibu."     

Lan Tingyun mengatakan dengan serius hingga membuat Lan Tingyi ketakutan.     

Dia bahkan tidak mampu menafkahi dirinya sendiri dan anak istrinya. Bagaimana mungkin dia bisa menafkahi ibunya.     

"Baiklah. Kamu mau memutuskan hubungan, kan? Kalau begitu berikan dulu sebagian uang hasil rumah sakit kepada kami." Zhao Xiumei berkata dengan tenang karena sudah kehabisan tenaga untuk marah.     

"Tidak bisa, Bu. Aku sudah katakan sebelumnya. Rumah sakit itu aku bangun dengan susah payah untuk mencari dana dan merekrut dokter. Tidak ada kontribusi kakak sama sekali saat itu. Rumah sakit itu adalah milik kami, tidak akan aku serahkan kepada kalian!" Kata Li Yueru dengan tegas.     

"Kurang ajar kalian! Kalau kalian ingin memutus hubungan dengan kami maka kalian harus memberikan sebagian dari rumah sakit itu kepada kami. Kamu sekarang ingin melepaskan diri dari kami, sedangkan kakakmu pengangguran. Jika bukan dari sebagian hasil dari rumah sakit, bagaimana kami bisa hidup? Apakah kamu ingin ibumu mati kelaparan?" Kata Zhao Xiumei mulai memaki lagi.     

"Nenekku sayang, berbicaralah yang masuk akal sedikit, selama beberapa tahun ini nenek sudah menikmati hasil dari rumah sakit. Nenek sendiri tahu bagaimana sifat paman. Jangan-jangan nanti rumah sakit akan paman jual dan hasilnya dia buat untuk berjudi.     

Beberapa waktu lalu dia menjual rumah 5 juta yuan, bisa saja lain kali dia jual rumah sakit dengan harga 50 juta yuan atau 500 juta yuan. Sampai kapanpun sebanyak apapun uang yang ayahku berikan pasti dihabiskan olehnya, dan ujungnya kalian akan meminta uang lagi kepada orang tuaku, kan?" Kata Lan Anran     

"Jaga sikapmu! Tingyi sudah berubah!" Kata Zhao Xiumei kesal melihat keangkuhan Lan Anran.     

"Benarkah? Kalau begitu kenapa rumah nenek bisa jatuh ke tangan orang lain. Kalaupun paman bisa membelinya kembali 10 tahun kemudian, apakah nenek yakin umur nenek masih sepanjang itu?" Lan Anran tersenyum.     

"Kurang ajar! Kamu menyumpahiku mati!"     

Meskipun Zhao Xiumei juga kesal dengan Lan Tingyi, tetapi Lan Tingyi putranya, jadi dia tetap harus melindunginya.     

"Aku tidak menyumpahi nenek. Mengenai masalah memutuskan hubungan. Maksud ayahku adalah ayah akan memberikan uang bulanan sejumlah biaya seumur hidup nenek secara langsung. Selebihnya jangan harap ayahku memberikannya." Kata Lan Anran menjelaskan.     

Lan Tingyi memutar otak kemudian berkata, "Bu, kalau kita diberikan uang bulanan sejumlah seumur hidup ibu, maka kita bisa membeli kembali rumah lama ibu."     

Zhao Xiumei kesal terhadap Lan Tingyi tetapi dia masih menahan emosinya. 'Anak kurang ajar ini hanya melihat keuntungan sementara. Sungguh mengecewakan!'     

"Bodoh! Lalu bagaimana kehidupan kita selanjutnya. Kalau uang itu habis, dia tidak akan memberikan uang kepada kita lagi. Bagaimana kita nanti? Apakah kamu mau mati kelaparan?"     

Zhao Xiumei berpikir jangka panjang. Sebelumnya walau punya tabungan, Lan Tingyi bukannya membeli rumah, dia justru menghabiskan uang tabungannya demi berjudi dan bersenang-senang. Sekarang rumahnya dia jual kepada orang lain dan setiap bulannya dia harus mengeluarkan 10.000 yuan untuk biaya hidup. Tanpa bantuan dari Lan Tingyun, mereka tidak mungkin bisa bertahan hidup.     

Lan Tingyi berpikir perkataan ibunya ada benarnya. Lan Tingyun selama ini menjadi mesin uang bagi mereka. Tanpa dia, mereka tidak bisa bertahan hidup.     

"Anran, Tingyun. Kami juga bukan orang yang tidak berpikir rasional. Yaxin dipukul hingga babak belur, hatiku sangat sakit melihatnya. Kami juga tidak bisa memaksa kalian. Tetapi paling tidak kalian pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaannya dan meminta maaf kepada Yaxin. Saat ini dia menderita, dengan permohonan maaf kalian itu akan membuat kondisinya menjadi lebih baik.      

Untuk masalah memutuskan hubungan, aku tahu Tingyun memutuskan itu karena emosi sesaat. Ibu masih menyayangimu. Mana ada ibu yang tidak menyayangi anaknya sendiri. Ibu juga mengatakan perkataan yang kurang mengenakkan karena emosi sesaat. Bukankah begitu, Bu?"     

Lan Tingyi memberi isyarat kepada ibunya.     

Zhao Xiumei memaksakan diri berkata, "Benar, aku mengeluarkan perkataan yang menyakitkan karena emosi sesaat. Aku melakukannya hanya karena tidak bisa berdiam diri melihat Yaxin menderita. Kamu maklumi sikap ibu tadi ya. Sekarang Yanshan menjaga Yaxin sambil terus menangis. Siapa yang tega melihat gadis secantik Yaxin sekarang terkapar di rumah sakit."     

Lan Tingyun sudah mulai tenang. Dia merenung sejenak. Bukanlah hal baru dia mengetahui ibunya tidak menyukai putrinya dan melemparkan kesalahan kepadanya.     

Lan Anran sudah tahu rencana jahat kedua pemeras ini. Mereka jelas-jelas takut kehilangan ayahnya yang sudah mereka anggap sebagai mesin uang. Jika mereka memutuskan hubungan dengan ayahnya maka mereka tidak bisa lagi memeras uang, sehingga mereka berpura-pura memasang wajah memelas.     

"Bu, aku tahu ibu melakukannya karena emosi sesaat. Tetapi aku melarang Anran pergi ke rumah sakit untuk meminta maaf kepada Yaxin. Musibah yang dialami Yaxin tidak ada hubungannya dengan Anran, dia tidak perlu meminta maaf!"     

Lan Tingyun yakin sepenuhnya putrinya tidak bersalah. Dia tidak rela putrinya disudutkan.     

"Kamu…" Saat Zhao Xiumei hendak bicara, Lan Tingyi menahan ibunya. Mereka tidak boleh cepat marah.     

"Aku tahu Anran tidak bersalah. Sejujurnya tabungan kami tinggal sedikit. Aku tidak mungkin menggunakan uang bulanan ibu. Tetapi biaya rumah sakit sangat besar karena Yaxin terluka parah. Tabungan kami tidak cukup untuk membayarnya. Tadi sikap kami sangat keterlaluan karena kami panik dan mencemaskan kondisi Yaxin. Tingyun, kamu adikku yang baik. Bantulah kakakmu ini, aku hanya ingin Yaxin sembuh!" Lan Tingyi memohon.     

"Kalian menghabiskan uang nenek…" Lan Yanran bergumam.     

"Yanran, tutup mulutmu!" Lan Tingyun menegur putranya.     

"Baiklah! Aku melakukannya demi Yaxin." Lan Tingyun mengeluarkan kartu ATM.     

"Di dalam kartu ATM ini tersimpan 20.000 yuan, yang sebenarnya akan aku gunakan untuk kebutuhan anak-anakku. Tetapi aku memberikan uang ini bukan sebagai uang ganti rugi ataupun bentuk permintaan maaf. Karena Anran tidak bersalah." Lan Tingyun menjelaskan.      

Lan Tingyi mengambil kartu ATM sambil mengangguk.     

"Tingyun, apakah kamu menganggap kami pengemis?" Kata Zhao Xiumei.     

"Kalau tidak mau, kembalikan kartu ATM ayahku!" Kata Lan Anran hendak menarik kembali kartu ATM.     

Lan Tingyi segera menghindar kemudian menjawab, "Mau, mau, Yaxin mau uang ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.