Istri Cantik-cantik Ganas

Upacara Penyerahan Hadiah Pemenang



Upacara Penyerahan Hadiah Pemenang

0Mo Jinrong terus memaksa Lan Anran untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.     
0

Ekspresi Lan Anran sangat tenang.     

"Apakah yang kamu maksud adalah ini?" Lan Anran mengeluarkan kalung liontinnya.     

"Benda apa itu?"     

Mo Jinrong menatap Lan Anran.     

"Di desa ada seorang dokter yang memberikan aku liontin ini, katanya bisa untuk mengembalikan kesadaran. Setelah aku coba memang manjur. Tadi saat kamu pingsan juga aku mencoba mengoleskan ke wajahmu, dan memang hasilnya manjur."     

Lan Anran berpura-pura tidak merasa bersalah.     

Mo Jinrong masih bertanya lebih lanjut, "Sekarang dia ada di mana?"      

Lan Anran menggelengkan kepalanya. "Tidak tahu, aku hanya pernah sekali bertemu dengannya, kemudian aku tidak tahu dia pergi ke mana."     

Mo Jinrong setengah percaya, 'apakah itu artinya Lan Anran bukan orang yang dia cari?'     

"Tuan Muda, penyakitmu kambuh lagi. Bukankah penyakitmu sudah sembuh?" Mo San terlihat cemas.     

Mo Jinrong bersandar di ranjang rumah sakit dengan ekspresi cemas.     

"Jinrong, jangan cemas. Mulai hari ini aku akan menjaga jarak denganmu." Jawab Lan Anran.     

Mo Jinrong tidak merespon, dia memandang keluar jendela dengan tatapan kosong.     

...     

Lan Anran menjaga Mo Jinrong di rumah sakit sampai malam. Sudah lama Fang Hui menunggu kepulangan Lan Anran di depan pintu rumahnya, sampai ketiduran di mobil     

"Anran, kenapa kamu pulang larut malam? Tadi ibu juga tidak bisa menghubungimu." Kata Li Yueru dengan nada cemas.     

"Jinrong sedang sakit. Aku tadi menjaganya di rumah sakit dan tidak menyadari ada suara telepon. Apakah ada masalah?" Jawab Lan Anran.     

"Jinrong baik-baik saja?" Tanya Lan Tingyun.     

"Tidak apa-apa, hanya sakit ringan. Setelah istirahat, kondisinya pasti membaik." Jawab Lan Anran sambil tersenyum.     

"Oh iya tadi ada telepon dari sekolah, katanya besok kami harus hadir di upacara penyerahan hadiah. Bahkan orang dari Institut Penelitian juga akan datang kesana. Mereka bilang kamu adalah gadis yang kemampuannya luar biasa. Anran, kamu anak hebatnya ayah!" Kata Li Yueru dengan senang.     

"Ini hanya sebuah kompetisi. Tidak perlu memuji diriku terlalu tinggi." Lan Anran berkata dengan rendah hati.     

"Anran, akhir-akhir ini apakah nenekmu mencari masalah denganmu?" Tanya Lan Tingyun.     

"Tidak, sekarang nenek bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri, jadi sementara waktu ini dia tidak akan mencari masalah denganku." Kata Lan Anran tersenyum.     

"Suamiku, hatimu jangan luluh. Biarkan saja kalau ibu tidak mencarimu. Kamu akan kerepotan kalau dia datang mencarimu. Kita sendiri juga membutuhkan uang. Aku tidak melarang untuk mengurus ibu. Hanya saja kita sudah memberikan 5.000.000 yuan sesuai keinginan mereka. Jangan biarkan mereka selalu meminta uang kepada kita." Kata Li Yueru.     

Ibu mertuanya selalu datang mencari anaknya untuk meminjam uang.     

"Baiklah. Aku akan memberikan uang bulanan ibu, aku tetap harus memberinya uang bulanan, karena bagaimanapun juga dia ibuku." Kata Lan Tingyun tak berdaya.     

"Ayahmu berhati lembut." Kata Li Yueru yang juga sudah tidak berdaya membujuk suaminya.     

"Ayah, ibu, kalian tenang saja, nanti kalau aku sudah syuting film, aku akan menghasilkan banyak uang yang nantinya bisa membantu kalian. Kalian jangan khawatir." Kata Lan Yanran.     

Li Yueru menghela nafas. Putranya kini sudah besar, sudah bisa menyayangi orang tuanya. Hatinya kini tersentuh.     

Keesokan harinya adalah upacara penyerahan hadiah, pihak sekolah khusus meluangkan satu hari di hari libur untuk mendekorasi aula sekolah yang sudah bertahun-tahun tidak digunakan dengan lentera dan dekorasi yang lainnya.     

Aula sekolah sangat luas, semua guru dan murid hadir di sana. Li Yueru dan Lan Tingyun duduk di kursi khusus wali murid. Mereka duduk di barisan paling depan agar bisa menyaksikan secara dekat acara yang berlangsung nanti.     

Mulai terdengar alunan musik, semua lampu dinyalakan. Kepala sekolah berdiri di tengah panggung dengan wajah yang berseri-seri kemudian berkata, "Para hadirin, wali murid, para guru dan para siswa sekalian yang saya kasihi, saya adalah kepala sekolah Universitas Rongcheng, hari ini adalah upacara penyerahan hadiah untuk juara pertama, juara kedua dan juara ketiga kompetisi medis, mari kita mulai bersama acara hari ini!"     

Kepala sekolah mengatakan dengan suara keras, semua orang di ruangan bertepuk tangan.     

"Juara ketiga Kompetisi Medis adalah…."     

Kepala sekolah melihat para siswa di bawah panggung. Sun Hui merasa deg-degan. Dia tidak ingin menjadi peringkat terakhir, juga tidak ingin menjadi juara ketiga. Itu hal memalukan baginya. Selama ini dia selalu juara kedua. Bagaimana dia bisa menerima, jika ternyata dirinya yang mendapatkan juara ketiga dalam kompetisi ini.     

"Sun Hui!"     

Kepala sekolah menyebutkan namanya dengan lantang. Sun Hui terkejut, ternyata benar dia juara ketiga!     

Dia masih agak terkejut. Dia naik ke atas panggung sambil tersenyum, tapi nyatanya dalam hati dia menangis.     

Kepala sekolah menyerahkan hadiah berupa sertifikat dan sebuah buku catatan yang tebal. Wajah Sun Hui memerah, hadiah ini bagaikan benda yang mengingatkannya akan hal memalukan, ingin sekali hadiahnya ini dia buang.     

Sun Hui berfoto bersama kepala sekolah lalu turun dari panggung.     

"Berikutnya, juara kedua kompetisi medis adalah…."     

Kepala sekolah melihat ke arah orang yang di bawah panggung sambil tersenyum.     

Perasaan Lan Yaxin semakin panik. Dia berpikir hari ini bukan dia juara pertama-nya. Gelar kedua baginya adalah hal memalukan yang tidak bisa dia terima.     

"Yaxin, kamu pasti juara pertama, jangan khawatir." Kata Xu Yanshan dan Lan Tingyi menenangkan anaknya.     

Mereka sangat percaya kepada kemampuan putrinya. Meskipun mereka sudah melihat penampilan Lan Anran, tetapi mereka masih yakin Yaxin bisa juara pertama.     

"Yaxin, meskipun nanti kamu mendapat juara kedua juga tidak masalah." Lan Tingyi menenangkan putrinya, Xu Yanshan yang duduk di sebelahnya melototi suaminya.     

Kepala sekolah dengan lantang mengumumkan, "Lan Yaxin. Silahkan naik ke atas panggung!"     

Lan Yaxin mendengar namanya disebut, segera naik ke atas panggung dengan ekspresi muram. Saat berfoto bersama kepala sekolah pun, dia tidak bisa tersenyum.     

Lan Tingyi dan Xu Yanshan juga tidak senang, jadi mereka meninggalkan ruangan lebih awal      

"Siapa tadi yang bilang menjadi juara kedua bukan masalah besar?" Tanya Xu Yanshan.     

"Tidak disangka gadis sialan itu juara pertama!" Kata Lan Tingyi dengan nada kesal.     

"Benar-benar menjengkelkan!" Xu Yanshan juga merasa kesal.     

Lan Yaxin merasa sangat sedih melihat orang tuanya meninggalkan ruangan. Dia melihat ke Lan Anran yang duduk di kursinya, dan orang tua Lan Anran yang duduk tidak jauh darinya. Dia sangat kesal melihat mereka tersenyum bahagia.     

Lan Yaxin hanya bisa menatap sertifikat dan sebuah bolpoin, sambil memendam amarahnya yang tidak bisa dia luapkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.