Istri Cantik-cantik Ganas

Rencana Penyekapan



Rencana Penyekapan

0"Direktur Lin tidak percaya kepada saya?" Kata Mo San sambil menghempaskan debu di tubuhnya.     
0

"Direktur Mo, bisnis membutuhkan kepercayaan. Saya pastikan kalau Anda menyerahkan tanaman obat itu, maka saya akan memberikan barang yang kamu inginkan." Lin Jiakang tersenyum.     

"Boleh! Baiklah, kita sepakat." Mo San akhirnya setuju dengan syarat yang diajukan Lin Jiakang.     

Pria tua ini tidak akan percaya sebelum melihat bukti.     

"Baiklah! Saya akan memberikan datanya setelah menerima tanaman obat itu." Lin Jiakang tersenyum.     

"Direktur Lin, saya dengar kesehatan putra Anda kurang baik. Bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya Mo San.     

Lin Jiakang terkejut, bahkan Mo Jinrong bisa tahu tentang anaknya.     

"Kesehatan Ah Cheng sudah mulai membaik. Hanya perbuatan nakal anak kecil saja. Direktur Mo tidak perlu khawatir." Lin Jiakang tersenyum.     

"Lalu bagaimana Direktur Lin menyelesaikan masalah itu?" Tanya Mo San.     

Lin Jiakang merasa ada niat terselubung dari Mo Jinrong menanyakan hal ini. Dia menjawab sambil tersenyum, "Tidak ada yang saya lakukan. Ini hanya perbuatan seorang anak kecil, mana mungkin saya membuat perhitungan dengannya, lagipula cedera yang dialami Ah Cheng tidaklah parah. Saya anggap masalah ini selesai. Mereka berdua juga bisa saja menjadi sepasang kekasih, aku lihat gadis itu cantik. Anak muda tidak akan bisa mengenal satu sama lain tanpa ada pertengkaran lebih dulu."     

Mo San menganggukan kepala, Mo Jinrong yang berdiri di belakang juga tidak tahu harus berkata apa.     

"Baiklah. Hari ini pembicaraan kita sampai disini dulu. Selamat bekerja sama dengan kami." Kata Mo San sambil bangkit.     

"Selamat bekerja sama."     

Kedua pihak saling berjabat tangan.     

Lin Jiakang mengantar Mo Jinrong sampai depan Grup Lin.     

"Pria tua itu berbohong!" Kata Mo Jinrong saat naik ke mobil.     

"Hah? Dia berbohong pada kalimat yang mana?" Tanya Mo San dengan bingung.     

"Mulai hari ini awasi gerak-gerik Lan Anran dan Lin Jiakang. Jika ada hal yang mencurigakan, beritahukan kepadaku." Kata Mo Jinrong.     

"Tuan Muda, apakah menurutmu Tuan Muda akan mencelakai Nona Lan?"      

"Bisa jadi. Tidak ada yang bisa menebak sifat asli Lin Jiakang. Dari luar dia tersenyum, tetapi di belakang dia bisa melakukan hal yang kejam. Untuk masalah ini kita awasi diam-diam." Kata Mo Jinrong dengan tenang.     

"Oh iya, Tuan Muda, saat selesai menghadiri perayaan ulang tahun Nyonya besar, ketika kembali, Xiaowang memberitahuku, dalam perjalanan mengantar Nona Lan pulang, ada penjahat yang ingin mencelakai Nona Lan, namun Nona Lan mengecoh mereka dan berhasil meloloskan diri." Kata Mo San, saat dia baru saja teringat tentang hal itu.     

"Kenapa kamu baru bilang sekarang?" Tanya Mo Jinrong terkejut mendengarnya.     

"Aku… aku lupa."     

"Lan Anran bisa menyetir mobil?"     

Mo Jinrong terkejut, seorang gadis desa bisa mengendarai mobil untuk menghindar dari penjahat yang hendak membunuhnya?     

"Tuan Muda, apakah ini perbuatan Lin Jiakang?" Mo San menduga-duga.     

"Awasi mereka berdua."     

"Baik, Tuan Muda!"     

Selesai pembicaraan di antara mereka, Mo San menyalakan mesin mobil lalu menyetir menuju ke rumah Mo Jinrong.     

...     

Di sekolah, Lan Anran baru saja menyelesaikan kelas siang. Sore harinya, dia sudah tidak ada kelas. Dia ingin pulang ke desa untuk melihat reagen buatannya. Beberapa hari ini dia belum kesana untuk melihatnya. Dugaannya, reagen yang dia buat pasti berhasil memiliki khasiat untuk menyembuhkan.     

Baru saja dia keluar dari gerbang sekolah, Xu Pei sudah menunggunya di depan sekolah. Sepertinya wanita itu sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya.     

"Anran!"     

Xu Pei terlihat bersemangat saat melihat Lan Anran, dia langsung turun dari mobil lalu memanggilnya.     

Hari ini, dia mengenakan pakaian santai dan kacamata hitam. Hampir saja Lan Anran tidak mengenalinya.     

Xu Pei buru-buru menghampiri Lan Anran dan menggenggam tangannya.     

"Anran, kamu sudah pulang sekolah. Bibi sudah menunggumu lama di sini, aku juga menghubungimu, tetapi kamu bilang masih sekolah. Jadi aku menjemputmu langsung ke sini. Kamu mau ke mana sekarang?"     

Lan Anran berkata sambil tersenyum, "Ada perlu apa bibi mencariku?"     

"Bibi bosan, aku ingin kamu menemaniku melakukan perawatan kecantikan, jalan-jalan, dan sebagainya. Teman-temanku juga ingin bertemu denganmu."     

Xu Pei terlihat sangat ramah, dia berbicara seolah-olah yang dia katakan itu benar.     

"Bibi, aku rasa aku masih belum perlu melakukan perawatan kecantikan dan aku tidak suka jalan-jalan. Bibi cari orang lain saja." Kata Lan Anran menolak.     

Xu Pei tidak bisa menyembunyikan wajah kesalnya yang ditolak, 'apakah dia ingin bilang aku tua?'     

"Anran, aku tahu kamu tidak suka menikah dengan Jinrong. Ayo jalan-jalan bersama bibi, bibi ingin berbincang-bincang denganmu mengenai Jinrong." Kata Xu Pei sambil tersenyum lebar.     

Lan Anran memang tidak berkeinginan pergi dengannya. Namun melihat sang bibi terlihat sangat ramah, pasti ada niat terselubung. Dia penasaran apa yang sedang direncanakan bibinya, jadi dia memutuskan ikut dengan bibinya.     

Lan Yaxin yang berdiri tidak jauh, merasa iri dengan Lan Anran. Kenapa dia bisa dijemput dengan mobil mewah, sedangkan dirinya harus menghadapi kenyataan tentang ayahnya yang harus menjual mobilnya sehingga dia harus naik kendaraan umum ke sekolah. Tidak adil!     

"Gadis tengik. Tunggu saja pembalasan dari ayahku." Kata Lan Yaxin dengan kesal.     

Xu Pei mengajak Lan Anran pergi ke sebuah mall besar di pusat perbelanjaan.     

"Anran, kamu tunggu di sini. Bibi mau ke kamar mandi dulu." Xu Pei pergi meninggalkan Lan Anran seorang diri di luar.      

Di dalam kamar mandi, Xu Pei menghubungi Mo Changwen.     

"Aku sudah mengajaknya ke mall. Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"     

"Baiklah. Selanjutnya bukanlah urusanmu."     

Mo Changwen memutus sambungan telepon, lalu memerintahkan orang suruhannya yang berdiri di sampingnya untuk memulai aksinya menyekap Lan Anran!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.