Istri Cantik-cantik Ganas

Demi Ketenangan Jiwa



Demi Ketenangan Jiwa

0"Mo Changwen, aku peringatkan kamu, aku tidak peduli dengan apa pun yang kamu perbuat, tapi jangan sampai melibatkanku dan putramu." Xu Pei menekan masker wajahnya sambil berkata dengan tegas.     
0

"Tenang saja, istriku. Bukankah aku melakukan ini demi kamu dan putra kita?" Kata Mo Changwen sambil tersenyum.     

"Demi aku dan putra kita? Bukankah kamu diam-diam mencari wanita simpananmu kembali?"     

Xu Pei tidak percaya dengan perkataan suaminya. Dia menyuruh orang untuk mengawasi gerak-gerik Mo Changwen dan wanita murahan itu, dia pun menangkap basah mereka bersama lagi.     

"Istriku, aku hanya ingin bertemu dengan putraku. Bagaimanapun juga dia adalah anakku. Aku sudah berbicara dengannya bahwa kami hanya berkomunikasi sebatas tentang masalah anak, dan aku ingin dia kembali padaku." Kata Mo Changwen.     

"Mo Changwen! Kamu jangan keterlaluan, sudah aku katakan padamu, kamu hanya mempunyai satu putra, yaitu Mo Yang. Kalau kamu ingin membawa anak itu masuk ke keluarga Lan, langkahi dulu mayatku!"     

Xu Pei berdiri sambil berkata dengan suara yang meninggi.     

"Istriku, jangan khawatir. Bagaimana mungkin anak haram bisa menggantikan posisi Yangyang. Jangan marah. Aku hanya asal bicara saja" Mo Changwen memijat istrinya.     

"Bahkan asal bicara juga aku larang. Lebih baik urungkan niatmu itu!" Xu Pei sekali lagi memperingatkan suaminya.     

"Tidak akan, tenang saja. Istriku, besok ajak Lan Anran keluar untuk melakukan perawatan kecantikan dan jalan-jalan bersama." Mo Changwen tiba-tiba mengubah topik.     

"Buat apa? Aku muak bertemu dengan Lan Anran. Aku tidak mau!"     

Xu Pei tidak suka berdekatan dengan Lan Anran, kelihatan sekali perbedaan usia mereka yang terpaut 10 tahun.     

"Istriku, bantulah aku, besok kamu akan tahu apa rencanaku." Mo Changwen berusaha membujuk istrinya.     

Xu Pei yang awalnya menolak, langsung luluh dengan permintaan Mo Changwen.     

"Istriku, hari ini aku akan memberimu reward, ayo kita ke atas!"     

Mo Changwen tersenyum nakal, Xu Pei pun terpancing dengan rayuannya.     

Meskipun Xu Pei sudah tidak belia lagi, tubuhnya juga sudah gemuk, tetapi pelayanannya masih memuaskan.     

Xu Pei tersenyum, dan naik ke lantai atas.     

Mo Changwen menunduk untuk memaki istrinya dengan berbisik, "Kalau bukan karena keluargamu kaya, aku bisa mencampakanmu dari dulu. Aku bisa saja membunuhmu, kalau kamu terus menekan diriku."     

...     

Di halaman rumah Keluarga Mo.     

"Tuan muda, tanaman obat sudah diantar ke sini. Semuanya masih segar." Kata Mo San.     

"Kirimkan ke Laboratorium, agar mereka bisa meracik obat baru untuk penderita kanker." Kata Mo Jinrong dengan santai.     

"Baik, Tuan Muda. Tetapi aku masih penasaran. Dulu Tuan Muda mengeluarkan banyak uang untuk melakukan semua ini, tapi kamu tidak pernah menjelaskan alasannya."     

Mo San dari dulu penasaran. Dia sudah ikut dengan Mo Jinrong puluhan tahun, dia selalu memaklumi apa yang dilakukan Mo Jinrong.     

"Demi ketenangan jiwa."     

Mo Jinrong menatap foto seorang gadis kecil yang terletak di atas meja. Gadis kecil itu terlihat sangat cantik membawa biola di pundaknya sambil tersenyum.     

Mo San masih tidak mengerti maksud dari perkataan Mo Jinrong, tetapi melihat ekspresi majikannya yang sedih, dia tidak berani menggali lebih dalam.     

"Penyerahan hadiah dari kompetisi medis akan dimulai beberapa hari lagi kan?" Tanya Mo Jinrong.     

"Iya. Dua hari lagi." Jawab Mo San.     

"Lan Anran murni menang dari kompetisi ini dengan kemampuannya. Pastikan semua sudah sesuai dengan prosedur, jangan sampai ada rumor yang tidak mengenakan. Tetapi sebelum dia benar-benar bergabung dengan tim laboratorium, berikan dia tes yang sulit. Aku ingin tahu kemampuannya." Tanya Mo Jinrong.     

"Tuan Muda, aku rasa tim laboratorium membutuhkan orang sehebat Nona Lan. Siapa tahu Nona Lan bisa membantu meracik obat untuk mengobati penyakit jantung. Bukankah Tuan Muda juga sedang meneliti racikan obat untuk penyakit jantung? Mungkin saja dengan adanya bantuan Nona Lan, kita bisa cepat menemukan racikan obat yang tepat untuk penderita penyakit jantung?" Kata Mo San.     

"Lan Anran masih memiliki banyak rahasia yang disimpan. Aku belum bisa mempercayainya. Dan lagi… kamu terlalu ikut campur." Mo Jinrong menatap tajam ke arah Mo San.     

"Iya, Tuan Muda." Mo San menunduk minta maaf.     

"Tuan Muda, Biro Administrasi Perindustrian dan Perdagangan telah mengeluarkan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa ini hanya kesalah pahaman. Kelihatannya kita harus berterima kasih atas bantuan Nona Lan." Kata Mo San sambil tertawa.     

"Jadi memang benar banyak peralatan medis baru yang dibeli oleh rumah sakit Lan?" Mo Jinrong mulai timbul kecurigaan.     

"Iya, Menurut hasil pemeriksaan memang seperti itu."     

"Kenapa bisa kebetulan sekali? Cepat selidiki dari mana rumah sakit Lan membeli peralatan medis itu. Selain itu jelaskan padaku jadwalku besok apa saja."     

Padahal peralatan medis itu rencananya akan dia jual kepada orang miskin. Tidak disangka dia ditipu oleh pria gendut itu.     

"Baik, besok ada rapat pada pukul 9 pagi, sorenya pergi ke rumah Lin Jiakang untuk mendiskusikan hubungan kerja sama. Malamnya pergi ke Kota Hantu untuk memeriksa transaksi penjualan di sana." Mo San melaporkan kegiatan Mo Jinrong besok.     

Karena mendengar nama Lin Jiakang disebut, Mo Jinrong mengernyit lalu bertanya, "Bagaimana masalah Lan Anran dengan Lin Jiakang?"     

Mo San menggelengkan kepala dan terlihat bingung.     

"Aku merasakan ada yang janggal. Masalah ini tidak diperpanjang lagi, sepertinya mereka sudah berdamai. Tetapi melihat sifat Lin Jiakang yang selalu melindungi anaknya, rasanya mustahil dia menghentikan masalah ini."     

"Besok selidiki lagi masalah itu. Mengenai pergi ke kota hantu, aku minta kamu yang pergi kesana."     

Akhir-akhir ini Mo Jinrong melakukan segala sesuatu dengan hati-hati. Dia tidak mau 'Q' menangkap basah dirinya.     

"Baik, Tuan Muda. Aku undur diri dulu."     

Setelah Mo San pergi, Mo Jinrong mengambil bingkai foto gadis kecil dari atas meja, ekspresi wajahnya berubah menjadi lembut.     

"Ying'er, apakah kamu telah bahagia di surga? Kakak rindu padamu. Kakak merasa bersalah padamu. Apakah kamu mau memaafkan kakak?" Mo Jinrong mengelus foto itu.     

"Ini semua salah kakak. Kamu jangan salahkan kakak ya, kakak sungguh tidak sengaja."     

Mo Jinrong mulai berurai air mata, hingga pandangan matanya yang menatap Mo Ying menjadi kabur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.