Istri Cantik-cantik Ganas

Dibuntuti



Dibuntuti

0"Lalu kenapa kamu memberiku hadiah payung?" Mo Jinrong berbisik sambil terus berdansa.     
0

Setiap teringat hadiah payung itu, wajahnya langsung berubah memerah, hanya saja tidak tampak jelas di bawah cahaya lampu.     

"Sudah aku katakan, kamu salah paham."     

"Apakah hari ini juga salah paham?" Mo Jinrong sebenarnya ingin blak-blakan bertanya apakah dia adalah 'Q'?     

"Apa maksudmu?" Tanya Lan Anran dengan kebingungan.     

"Apakah kamu hari ini tidak merangkap menjadi identitas lain?"     

Lan Anran terkejut, hampir saja dia menginjak kaki Mo Jinrong.     

"Tentu saja ada!" Lan Anran tersenyum, memperlihatkan deretan giginya.     

"Apa?" Mo Jinrong memegang tangan Lan Anran ke posisi gadis itu berdansa memutarkan badannya.     

"Hari ini aku datang sebagai istri Mo Jinrong!" Setelah gerakan memutar badan, Lan Anran kembali ke posisi pelukan Mo Jinrong, kemudian lepas.     

Ekspresi Mo Jinrong datar, dia baru tersenyum saat gadis itu berdansa memutar badan.     

Mo Jinrong dan Lan Anran mengakhiri dansa dengan posisi Lan Anran membungkuk ke belakang, dengan tangan Mo Jinrong menyanggah di bagian pinggangnya.     

Para tamu undangan di ruang perjamuan bertepuk tangan. Mereka belum pernah melihat ada sepasang suami istri yang tampan dan cantik. Membuat perasaan mereka tersentuh.     

Acara telah berlangsung selama satu setengah jam, Lan Anran dan Mo Jinrong berjalan ke depan pintu, bersiap-siap untuk pulang.     

"Anran, menginaplah di sini. Kamu dan Jinrong sudah menikah, jadi tidak masalah kamu menginap di sini dengannya." Nenek Mo membujuk Lan Anran.     

"Nenek, aku harus segera kembali ke kantor. Biarkan Anran pulang." Mo Jinrong tidak ingin Lan Anran menginap.     

Nenek Mo terlihat tidak senang, kalau terus begini kapan dia bisa menimang cucu?     

"Anak kurang ajar! Kenapa kamu lebih mementingkan pekerjaan? Anran, kalau begitu kamu pulanglah, nenek tidak akan menang menahan dia untuk tetap di sini." Kata Nenek Mo dengan kesal.     

Lan Anran tersenyum. Dia berpamitan dengan Nenek Mo, kemudian naik ke dalam mobil.     

Saat mobil sudah melaju jauh, Lan Anran baru bisa bernafas lega. Dia melepas sepatu hak tingginya, rasanya bebas.     

Tanpa dia sadari sebuah mobil Sedan hitam membuntutinya dari belakang.     

Lan Anran yang masih belum sadar, sedang mengirimkan pesan. "Si gendut, tadi aku berhasil mengambil foto sepatu kulit berwarna hitam. Tolong selidiki berapa orang yang memiliki sepatu ini?"     

Lan Anran mengirimkan fotonya kepada si gendut.     

"Baiklah."     

Setelah membaca balasan pesan dari si gendut, Lan Anran memandang keluar jendela. Kemudian dia menyadari ada sebuah mobil yang aneh membuntuti dari belakang.     

"Xiaowang, lurus belok kanan." Lan Anran curiga ada yang tidak beres.     

"Nona Lan, itu bukan arah ke rumah Anda." Kata sang sopir.     

"Tidak apa-apa. Tetap fokus menyetir."     

Lan Anran menoleh ke belakang memperhatikan mobil itu. Tidak disangka, saat Xiaowang belok ke kanan, mobil itu juga belok ke kanan.     

Kelihatannya ada orang yang berniat mencari masalah dengannya.     

Lan Anran akhirnya mengambil keputusan yang beresiko.     

"Cepat minggir! Ada mobil yang membuntuti kita, biarkan aku yang menyetir."     

Xiaowang terkejut. Dia belum pernah berada di situasi yang seperti ini. Dia melepas setir kemudian berpindah ke kursi sebelah, sedangkan Lan Anran segera duduk di kursi sopir, lalu menginjak pedal gas, mengemudikan mobil dengan sangat cepat.     

"Nona Lan! Anda…bisa mengemudi mobil?"     

Xiaowang terlihat ketakutan. Kata orang, akan menakutkan jika perempuan yang mengemudikan mobil.     

"Tentu saja bisa. Pegangan ya!"     

Lan Anran banting setir, orang yang mengemudikan mobil do belakang menyadari bahwa Lan Anran sudah tahu dirinya membuntuti gadis itu. Dia tidak memilih lari, justru sebaliknya, dia tetap maju!     

Dia maju dengan kecepatan tinggi hingga menabrak mobil Lan Anran.     

"Berani sekali dia menabrak mobilku!" Lan Anran tidak mau kalah, dia mengurangi kecepatan, lalu menabrak balik mobil itu, kemudian berbelok ke jalan kecil.     

Mobil Sedan Hitam terus mengikuti Lan Anran.     

"Nona Lan, di mana ini?"     

Xiaowang berpegangan pada setir dengan wajah ketakutan.     

"Entahlah."     

Ekspresi Lan Anran sudah mulai tenang. Tak lama kemudian mereka masuk ke jalan besar, dan mobil sedan itu sudah tertinggal jauh.     

"Nona Lan, siapa yang membuntuti kita tadi?" Tanya Xiaowang.     

"Aku juga tidak tahu."     

Lan Anran berpikir, apakah Xiang Tian yang menyuruh bawahannya mengawasinya dan membunuhnya.     

Di dalam mobil sedan Hitam yang membuntuti Lan Anran berisi 3 orang, sang sopir, Fang Hui meluapkan emosinya dengan memukul setir.     

"Tidak disangka, gadis itu hebat juga bisa lolos dari kita!"     

"Bos, apa yang kita lakukan jika Tuan Mo menyalahkan kita karena gagal?" Tanya seorang bawahannya.     

"Pikirkan dulu bagaimana kita keluar dari sini, sekarang kita ada di mana?" Kata bawahannya yang lain sambil melihat sekitar dengan ketakutan.     

Fang Hui turun dari mobil dan melihat sekitar. Di sini jalan buntu dan banyak pepohonan. Entah bagaimana gadis itu bisa memilih masuk ke jalan ini, bahkan dia berhasil keluar dari jalan ini!     

"Kurang ajar! Gadis itu juga sudah merusak mobil kita!"     

Fang Hui terpaksa memberitahu Mo Changwen bahwa mereka gagal membunuh gadis itu.     

"Apa? Kenapa kamu tidak becus? Bahkan membunuh seorang perempuan saja bisa gagal?" Kata Mo Changwen dengan marah.     

"Bos Mo, gadis itu licik, dia menjebak kami masuk ke jalan buntu. Apa yang harus kami lakukan. Mobil kami juga rusak. Sebentar lagi hari mulai gelap. Segera selamatkan kami." Kata Fang Hui marah.     

"Dasar tidak berguna! Aku berikan kalian kesempatan sekali lagi, segera bunuh gadis itu!"     

Mo Changwen menutup sambungan telepon, dia menghubungi mobil derek untuk membantu mereka bertiga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.