Istri Cantik-cantik Ganas

Melarikan Diri



Melarikan Diri

0"Paman, aku tidak berani ikut campur dalam masalah paman dan nenek. Lebih baik Paman bicara baik-baik dengan bibi." Kata Lan Anran sambil tersenyum.     
0

"Anran, nenek paling suka denganmu, dia paling mendengarkan perkataanmu." Mo Changwen masih terus membujuknya.     

"Maafkan aku. Lebih baik paman bicara baik-baik dengan bibi." Lan Anran masuk ke dalam kamar lalu menguncinya, dia tidak memberikan Mo Changwen kesempatan.     

"Baiklah, Lan Anran, tunggu saja pembalasanku. Asalkan kamu mati, nenek pasti mau menerima anak itu sebagai cucunya."     

Mo Changwen dipenuhi dengan rasa kebencian yang dalam. Dia berbalik badan lalu pergi.     

Setelah Lan Anran tidak mendengar suara lagi di depan pintu, barulah dia berjalan menuju ke tempat tidur dengan perasaan aman. Di atas kasur, sudah ada perlengkapan yang dia butuhkan.     

Lan Anran melepas gaun panjang dan sepatu hak tingginya, lalu menggantinya dengan pakaian yang lebih santai. Kemudian naik ke atas lewat jendela.     

Mo Jinrong, Rong Ze dan Mo San yang mengawasi CCTV ketiduran. Supaya aman, Lan Anran tidak langsung masuk ke kamar yang menjadi tujuannya, melainkan dia melompat ke balkon samping kamar.     

Lan Anran mengeluarkan kamera mini yang dipasang di teleskopik kamera, lalu diarahkan ke balkon samping kamar, kemudian gambar yang ditangkap di kamera itu akan ditransmisikan ke laptop.     

Lan Anran melihat ke sekeliling melalui kamera, dia tidak menemukan petunjuk apa-apa. 'Apakah berita itu bohong?' Dia mengarahkan kamera mini ke bagian dalam ruangan.     

Pada saat bersamaan, Mo Jinrong menemukan keanehan. Dia tidak melihat sosok Lan Anran di kamera CCTV.     

"Kemana Lan Anran pergi?" Mo Jinrong berteriak.     

"Apa?" Rong Ze dan Mo San mengusap kedua mata mereka.     

Mo Jinrong merasa ada orang di luar, jadi dia mengendap-endap.     

Baru saja Lan Anran ingin melihat sosok seseorang, tiba-tiba layar kamera berubah menjadi hitam.     

"Apa yang terjadi?"     

Celaka, aku ketahuan!     

Lan Anran buru-buru kabur, dia memilih jalan turun dari tangga untuk menghindari kamera CCTV. Dan buru-buru keluar dari kamar.     

Mo Jinrong menduga ada seseorang di balkon samping kamarnya sedang mengawasinya. Dia segera mengeluarkan perintah.     

"Cepat cari dia! Cari di seluruh kamar di lantai ini."     

"Apakah dia datang?" Tanya Rong Ze kebingungan.     

Mo Jinrong menatap Rong Ze, lalu berkata dengan nada dingin, "Dia sudah kabur! Aku minta kalian di sini untuk mengawasinya, bukan untuk tidur."     

"Aku akan coba check rekaman kamera CCTV." Rong Ze secara cepat terpikirkan sebuah ide.     

"Tidak usah. Dia bisa datang ke sini, artinya dia sudah melakukan persiapan matang, tidak ada gunanya melihat rekaman CCTV." Kata Mo Jinrong.     

Lalu ada seseorang di luar mengatakan, "Bos, kami sudah mencari di semua kamar, tidak ada jejak satupun yang kami temukan."     

"Pergi, cari di bagian tangga!"     

Mo Jinrong membawa beberapa bawahannya pergi untuk mengepung di pintu tangga. Mereka buru-buru ke bawah dengan menggunakan lift.     

Lan Anran mendengar di lantai atas masih ada suara. Sepertinya Xiang Tian sedang mencari keberadaannya.     

Dia naik ke atas pegangan tangga, kemudian dengan mulus dan cepat dia meluncur ke bawah.     

Lan Anran lebih cepat 2 lantai dibandingkan Mo Jinrong. Dia buru-buru masuk ke sebuah ruangan, mengganti pakaiannya dengan gaun. Dia melihat orang itu mengejarnya sampai ke lantai 1. Setelah selesai berganti pakaian, dia turun dari lantai 2 seperti biasa.     

"Nenek, aku sudah kembali." Lan Anran memeluk lengan Nenek Mo.     

Mo Jinrong baru saja sampai di lantai 1 dengan nafas terengah-engah.     

"Jinrong! Dari mana saja kamu baru muncul sekarang, hari ini ulang tahun nenekmu, tetapi kamu lebih mementingkan pekerjaanmu!" Kata Nenek Mo terkejut melihat kemunculan cucunya yang tiba-tiba.     

"Nenek, bukankah aku sudah datang?" Katanya sambil mengatur nafasnya yang belum teratur.     

"Jinrong, kamu dari mana?"      

Lan Anran bertanya dengan penuh penasaran. 'Jangan-jangan orang yang tadi mengejarnya adalah Mo Jinrong?'     

Dia mengusap keringat Mo Jinrong.     

"Aku ingin ikut merayakan ulang tahun nenek, jadi aku buru-buru ke sini setelah semua pekerjaanku selesai." Jawab Mo Jinrong.     

Mo Jinrong memperhatikan ekspresi wajah Lan Anran yang tenang, gadis ini tidak kelihatan lelah setelah kabur. 'Apakah bukan dia orangnya?'     

"Anak kurang ajar. Nenek kira kamu tidak akan datang ke perayaan ulang tahun Nenek. Nenek menyimpan sepotong kue ulang tahun untukmu, cobalah."     

Nenek Mo menyerahkan sepotong kue ulang tahun kepada Mo Jinrong sambil tersenyum.     

"Terima kasih, Nek." Mo Jinrong mengambil kue itu lalu memakannya.     

"Anran, apakah tadi kamu sudah cukup istirahat? Kalau kamu merasa tidak enak badan, Nenek akan menyuruh orang untuk mengantarkan kamu pulang." Kata Nenek Mo dengan penuh perhatian.     

"Aku baik-baik saja, Nek." Jawab Lan Anran sambil melirik Mo Jinrong.     

Dia tadi tidak ada di ruang perjamuan, ternyata pergi ke kamar untuk istirahat. Pantas dia tidak tertangkap kamera. Sekarang kecurigaan Mo Jinrong kepadanya semakin besar.     

Mo Jinrong makan sambil berpikir.     

Lalu musik di panggung tiba-tiba mengalun, ada beberapa orang yang sudah maju untuk berdansa.     

Nenek Mo menatap cucu dan cucu menantunya sambil tersenyum.     

"Kalian berdua berdansalah di depan. Dansa ini cocok untuk anak muda seperti kalian, aku sudah tua. Aku lebih senang melihat kalian berdua yang berdansa."     

Mo Jinrong tidak ingin berdekatan dengan Lan Anran, takut penyakitnya akan kambuh.     

Lan Anran menarik Mo Jinrong menuju ke tengah panggung. Dia yakin penyakit Mo Jinrong tidak akan kambuh lagi.     

Semua lampu menyorot ke arah mereka berdua, mereka berdua saling berpegangan tangan dan mulai berdansa diiringi oleh alunan musik.     

Semua orang di atas panggung semuanya berhenti berdansa dan menyingkir. Mereka lebih tertarik memperhatikan mereka berdua berdansa di tengah panggung.     

Lan Anran terlihat sangat cantik di bawah sinar lampu, kulitnya putih, berpasangan dengan Mo Jinrong yang tampan. Mereka berdua terlihat sangat serasi.     

"Kamu jangan senang dulu, ini hanya pura-pura." Mo Jinrong berbisik di dekat telinga Lan Anran.     

"Tentu saja aku tahu. Kamu mengira aku suka berdansa denganmu?" Kata Lan Anran dengan nada sinis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.