Istri Cantik-cantik Ganas

Mengungkap Misteri Kembali



Mengungkap Misteri Kembali

0Mo Changwen melirik ke Lan Anran, kemudian menoleh kembali ke Ibunya.     
0

"Apa yang mau kamu katakan?"     

Nenek Mo merasa enggan berbicara dengan putranya, dia pasti ingin membicarakan masalah pribadinya. Beberapa wanita yang dibawa Xu Pei juga pasti telah diatur oleh putranya. Walaupun dia sudah tua tapi dia tidak bisa dibodohi, selain itu dia mengenal baik watak putranya ini.     

"Bu, di perayaan ulang tahun Ibu ke-80, putramu yang tidak berbakti ini ingin meminta bantuan Ibu." Kata Mo Changwen dengan hati-hati. Nenek Mo juga sudah menduga apa yang ingin anaknya katakan.     

"Apakah kamu ingin menjemput anak harammu? Itu bukan urusanku. Hari ini perayaan ulang tahunku, jangan rusak suasana hatiku hari ini. Lebih baik kamu tanyakan kepada istrimu."     

Setiap kali Nenek Mo teringat hal itu, hatinya langsung panas.     

"Bu, Xu Pei melarangku. Bagaimana pun anak itu juga memiliki darah keluarga Mo, aku tidak peduli dengan ibunya, aku ingin menjemputnya karena dia anak laki-laki, dia juga cucumu. Dia tidak bisa makan dan tidur yang layak di luar. Aku dan Jinrong sibuk, dengan adanya anak itu, dia bisa menemani Ibu mengobrol banyak hal.     

Mo Changwen sudah berhasil menemukan anak itu. Dia sudah memberikan wanita itu uang agar dia mau membawa anak mereka kembali ke Rongcheng.     

"Tutup mulutmu! Kamu diskusikan hal ini dengan istrimu. Aku tidak mau ikut campur."     

Nenek Mo kesal setiap membicarakan hal ini. Dia tidak peduli dengan anak haram putranya.     

Di kamar mandi, Lan Anran mengirim pesan kepada si gendut.     

"Dimana letak petunjuknya?"     

"Di kamar Presidential Suite lantai atas." Balas si gendut dengan cepat.     

Di saat bersamaan terdengar suara sepatu hak tinggi. Dia buru-buru menyimpan ponselnya, dan berpura-pura memperbaiki riasan wajahnya. Dari arah belakang Xu Pei berkata, "Anran, hari ini kamu terlihat cantik sekali. Pantas saja nenek begitu peduli padamu."     

"Terima kasih, Bibi. Bibi juga cantik." Jawab Lan Anran dengan nada dingin.     

"Jinrong juga keterlaluan membiarkan dirimu sendirian, dan lebih mementingkan pekerjaan. Anran, apakah kamu tidak takut jika suatu hari dia akan membunuhmu? Maksud Bibi adalah setiap istri Jinrong hidupnya selalu berakhir sial. Apakah kamu tidak takut…"     

Xu Pei belum selesai bicara, tapi Lan Anran menyela.     

"Buat apa aku takut. Bibi juga berada didekatnya, dan kondisi Bibi masih baik-baik saja, itu artinya aku juga aman."     

"Itu hal berbeda. Kamu istrinya. Kalian…"     

"Baiklah, Bibi. Aku permisi dulu. Bibi tenang saja. Aku akan baik-baik saja." Lan Anran tersenyum. Dia memasukan lipstik ke dalam tas kemudian pergi.     

"Gadis tidak tahu malu. Tunggu saja, suatu saat nasib malang akan datang kepadamu." Kata Xu Pei dengan kesal.     

Lan Anran kembali menemani Nenek Mo kemudian berkata, "Nenek, aku sudah kembali."     

"Iya, ayo pergi. Kita potong kue bersama." Nenek Mo bisa tersenyum kembali saat bertemu dengan Lan Anran.     

Mo Changwen hanya diam saja, lalu mengikuti mereka dari belakang.     

Di ruangan perjamuan lantai bawah, musik berhenti sesaat, diganti dengan lagu selamat ulang tahun, kemudian beberapa orang masuk dengan mendorong kue ulang tahun 9 tingkat dan di bagian paling atas ada buah persik.     

Nenek Mo dan Lan Anran sama-sama memegang pisau kemudian memotong kue. Suasana terlihat sangat meriah.     

Di Kamar Presidential Suite lantai paling atas. Rong Ze terus mengawasi kamera CCTV.     

"Tuan Muda, kamu tidak hadir di perayaan ulang tahun nenekmu sendiri. Kamu justru memilih menunggu di ruangan yang sunyi senyap dibandingkan dengan suasana ramai di ruang perjamuan. Aku juga ingin makan kue ulang tahun." Rong Ze mulai menggerutu.     

"Aku akan tetap di sini. Nanti aku akan bicara dengan nenek." Kata Mo Jinrong sambil berdiri dan melihat ke luar jendela.     

"Tuan Muda, menurutmu sudah selama ini kita menunggu tetapi kita tidak menemukan gerakan mencurigakan dari Nona Lan. Apakah Tuan Muda tetap yakin dia akan naik ke sini?" Tanya Mo San.     

Mo Jinrong tidak menjawab. Dia hanya ingin menguji apakah Lan Anran sebenarnya adalah 'Q'.     

...     

Lan Anran yang berada di lantai bawah, tanpa sepengetahuan orang, dia mengeluarkan ponsel dan berpura-pura foto selfie, padahal dia sedang mengirim pesan.     

"Kirimkan perlengkapannya ke kamar 257."     

"Bos, apakah tidak berbahaya? Bisa jadi ini hanya sebuah jebakan." Tanya si gendut.     

"Aku tahu ini beresiko. Aku juga tahu orang itu sangat menginginkan kemunculanku. Aku ingin tahu siapa orang yang sangat ingin bertemu denganku?" Lan Anran menutup ponselnya kemudian berkata kepada Nenek Mo.     

"Nenek, aku lelah. Apakah boleh aku naik ke atas untuk istirahat?"     

Nenek Mo melihat kedua mata Anran yang lelah, dia buru-buru berkata, " Kamu pasti lelah. Memakai sepatu hak tinggi pasti melelahkan untukmu. Cepatlah naik ke atas untuk istirahat. Semua kamar di lantai atas kosong. Kamu pilih saja mau tidur di kamar yang mana."     

"Bu, aku akan antarkan dia ke atas. Tidak aman jika dia sendirian." Kata Mo Changwen.     

"Kamu?"     

"Nenek, tidak apa-apa. Biarkan paman ikut naik. Nanti aku akan turun lagi ke bawah." Kata Lan Anran.     

Awalnya nenek Mo tidak ingin Mo Changwen ikut. Tetapi mendengar perkataan cucu menantunya, dia pun tidak bisa berkata apa-apa selain menyetujuinya.     

Saat mereka berjalan di koridor, Mo Changwen berkata, "Anran, Paman sudah intropeksi diri, sikap paman tempo hari tidak sopan terhadapmu. Paman berharap kamu mau memaafkan paman."     

"Tidak apa-apa. Aku tahu paman ingin mengatakan sesuatu hal padaku. Katakan sekarang saja, paman."     

Lan Anran sudah bisa membaca isi pikiran Mo Changwen. Tidak mungkin seorang Mo Changwen melakukan sesuatu tanpa niat terselubung.     

"Anran, kamu memang gadis yang cerdas. Kamu sudah tahu apa yang menjadi beban paman. Anak paman di luar nikah, yang juga merupakan adik sepupumu, kamu tidak mungkin tega melihatnya menjadi gelandangan, kan? Bibimu melarang paman menjemputnya. Nenek sangat menyukaimu. Apakah kamu bisa membantu paman membujuk Nenek agar dia mau menerima anak itu sebagai cucunya?" Tanya Mo Changwen sambil tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.