Istri Cantik-cantik Ganas

Memberi Pelajaran Kepadanya



Memberi Pelajaran Kepadanya

0Mo Jinrong menyuruh sopir mengantar Lan Anran dan Lan Yanran pulang, sedangkan dia kembali ke kantor.     
0

Mo Jinrong masih bertanya-tanya tentang penyakitnya yang tidak kambuh saat bersentuhan dengan Lan Anran, 'apakah penyakitku sudah sembuh? Apakah Lan Anran adalah jodohku?'     

Senyuman Mo Jinrong melebar saat mengingat dia memeluk Lan Anran, dia masih ingat dengan jelas kejadian tadi.     

"Tuan Muda, apakah ada hal yang menyenangkan, sampai Tuan Muda tersenyum?" Mo San menghampirinya, saat dia melihat Mo Jinrong tersenyum tanpa sebab.     

"Tuan Rong Ze sudah memberi kabar, dia mengatakan berhasil menemukan jejak 'Q' dengan bantuan temannya yang dari luar negeri. Track record kegiatan 'Q' di luar negeri tidak banyak, hanya saja dia pernah menyinggung geng yang ada di sana. Saat 'Q' melarikan diri, ada yang melihat sosok 'Q' memiliki tahi lalat merah sebesar lubang jarum di telinganya."     

"Tahi lalat merah?" Mo Jinrong mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja.     

Mo Jinrong langsung teringat, Lan Anran juga memiliki tahi lalat kecil berwarna merah di telinganya. Apakah ini hanya kebetulan saja?     

Bagaimana mungkin seorang gadis desa bisa menjadi peretas di luar negeri? 'Bukan! Pasti bukan dia!'     

Mo Jinrong menyingkirkan kesimpulan yang tidak mungkin. Dia tidak percaya Lan Anran adalah musuhnya.     

"Tuan Muda, kamu sudah menyuruh Tuan Rong Ze untuk berhenti menyelidiki 'Q', tetapi kenapa dia masih melakukannya?" Tanya Mo San.     

"Dia melakukan itu hanya untuk dirinya sendiri, bukan untukku. Takutnya dia sudah tertarik dengan 'Q', selama ini dia belum pernah bertemu dengan lawan sekuat 'Q', oleh karena itu, dia pasti tidak akan melepaskannya. Dia memberitahukan tentang hal ini, pasti karena dia ingin aku membantunya mencari 'Q' dengan kekuatan yang aku miliki. Kesimpulannya, kali ini bukan aku yang meminta bantuannya, tetapi dia yang meminta bantuanku."      

Mo Jinrong tersenyum. Tidak banyak yang bisa membuat Rong Ze berganti haluan. Hal ini terjadi di luar kendalinya.     

"Beberapa hari lagi ulang tahun nenek ke-80, saat itulah aku mau menyelidiki Lan Anran lebih dalam." Mo Jinrong masih terlihat tidak tenang, dia tidak boleh melepaskan 'Q'!     

"Baik!" Mo San menganggukan kepala.     

"Oh iya, bagaimana dengan masalah peralatan medis?"      

Mo Jinrong tiba-tiba teringat tentang peralatan medis, dan langsung menanyakan kepada Mo San.     

"Tuan Muda, aku rasa kejadian ini aneh sekali, orang bernama si gendut itu setelah mengambil barangnya, dia langsung hilang tanpa jejak. Aku juga tidak mendengar ada masalah tentang barang itu, juga tidak mendengar berita apapun tentang barang itu."     

Mo San berkata dengan perasaan khawatir. Kalau tidak terjadi sesuatu yang buruk, maka dia tidak perlu sampai khawatir, tetapi kalau sampai terjadi sebaliknya, maka mereka bisa dalam masalah besar.     

"Bukankah kamu bilang aman?" Mo Jinrong masih berpikir positif.     

"Saat aku memeriksanya, tidak ada hal yang mencurigakan, sekarang dia hilang tanpa jejak. Kalau terjadi masalah itu artinya dia hanya main-main, sebaliknya kalau tidak ada kabar, bisa jadi tidak ada masalah." Kata Mo San menganalisa masalah.     

"Aku akan mencoba menyelidikinya, kalau memang ada yang tidak beres, aku akan berada dalam masalah besar. Publikasikan foto orang itu, dan lakukan penyelidikan. Selama dia masih di Rongcheng, itu artinya, barang itu masih bersamanya. Jangan sampai orang itu lolos." Mo Jinrong memberikan instruksi kepada Mo San.     

"Baik, Tuan Muda!" Mo San lalu keluar setelah mendapat instruksi.     

...     

Di Rumah Mo Changwen     

Xu Pei masih memakai tasnya, dia berjalan menuju ke pintu rumahnya dengan perasaan kesal. Saat dia hendak masuk ke dalam, dia melihat suaminya sedang mengobrol sambil tertawa dengan pengurus rumah mereka yang masih belia. Emosinya pun semakin besar.     

Dia menghampiri Mo Changwen, dan tanpa basa-basi langsung menampar pengurus rumah belia itu!     

Plak!     

Pengurus rumah belia itu memegang wajahnya yang ditampar lalu dia menangis.     

"Kamu berani menangis! Kamu masih berani menangis? Mentang-mentang kamu cantik, jadi kamu berani menggoda suami orang, aku tidak ada di rumah, jadi kamu berani bersikap kurang ajar? Kamu hanya pelayan, masih bermimpi bisa naik derajat? Segera kemasi barang-barangmu, dan pergi dari sini!"      

Xu Pei kali ini meluapkan amarahnya seperti orang gila. Mo Changwen tidak berani menahan istrinya, dia hanya diam mendengar makian istrinya.     

Pengurus rumah belia itu melirik ke arah Mo Changwen yang daritadi hanya diam saja. Gadis itu memegang wajahnya yang di tampar, dengan kesal dia kembali ke kamarnya untuk mengemasi barang-barangnya.     

"Dasar murahan! Apakah dia lupa ini rumah siapa dan siapa majikan di rumah ini?" Xu Pei masih memaki-maki.     

"Ada apa, Istriku? Kenapa kamu marah-marah?" Tanya Mo Changwen dengan tersenyum.     

"Mo Changwen, istrimu dibuat marah, di rumah kamu malah bermesraan dengan pengurus rumah itu. Kamu minta dihajar!"     

Xu Pei meluapkan emosinya kepada Mo Changwen, dia mencubit dan memelintir telinga suaminya.     

"Aku, aku… aku bersalah, dia yang menggodaku. Jangan salahkan aku! "     

Mo Changwen kesakitan, jadi dia asal bicara. Xu Pei melihat kaki panjang Mo Changwen setengah berlutut, dia lalu menendang kaki suaminya sampai suaminya jatuh dengan posisi berlutut.     

"Apakah kamu tahu istrimu tadi disudutkan? Kamu masih berani bermain wanita di depanku. Aku akan memberimu pelajaran!" Semakin teringat perbuatan suaminya, semakin emosi Xu Pei tidak terbendung lagi, dia menampar suaminya.     

"Istriku, aku tidak akan selingkuh lagi! Siapa yang telah menyinggungmu? Aku akan membalasnya." Kata Mo Changwen memegang wajahnya yang ditampar.     

"Siapa lagi kalau bukan istri keponakanmu, Lan Anran. Dia telah mempermalukanku di depan banyak orang. Lain kali kalau kamu menyuruh aku melakukan ini lagi… tidak, jangan-jangan kamu menyuruh aku ke sana, agar kamu bisa bermain wanita? Mo Changwen, niatmu busuk sekali, aku terperangkap dalam jebakanmu. Dasar pria suka selingkuh!" Xu Pei memelintir telinga suaminya semakin keras.     

"Istriku, aku bersalah. Aku sungguh tidak melakukannya dengan sengaja, kamu salah paham."     

Suara Mo Changwen yang memohon-mohon terdengar oleh Mo Yu yang berada di lantai atas. Saat dia melihat ayahnya dipukul ibunya, dia buru-buru berkata, "Bu, apa yang terjadi? Ayah melakukan kesalahan apa padamu?"     

Xu Pei tidak tega menyakiti perasaan anaknya, dia tahu di mata anaknya, Mo Changwen adalah sosok ayah yang baik.     

"Pergi dari hadapanku!" Xu Pei melepas Mo Changwen, lalu duduk di sofa.     

Mo Changwen berdiri sambil memegang telinganya yang sakit, dia berkata kepada anaknya sambil tersenyum. "Tidak apa-apa. Ayah hanya membuat Ibumu kesal. Jangan khawatir."     

"Istriku, jangan marah, ini salahku. Apa yang dilakukan Lan Anran kepadamu?" Tanya Mo Changwen.     

"Lain kali jangan suruh aku melakukan hal ini lagi. Mo Jinrong hari ini tidak kambuh penyakitnya. Penyakitnya memang telah sembuh. Dulu aku juga sudah memberitahumu tapi kamu tidak percaya. Hari ini aku ke sana mengujinya, yang kudapatkan mereka menghinaku dengan mengatakan aku tua, selain itu mereka juga mengancamku. Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini seumur hidupku." Xu Pei menjelaskan dengan marah dan jengkel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.