Istri Cantik-cantik Ganas

Mandul



Mandul

0Lan Anran berjalan seperti tidak terjadi apa-apa.     
0

Pria kurus itu masih berdiri kaku di posisinya, kemudian terdengar suara tegas menegurnya.     

"Kurus! Kurus! Kamu ketahuan ya? Apa yang ditanyakan Lan Anran kepadamu?"     

"Dia tidak mencurigaiku. Tadi dia menanyakan arah jalan ke ruangan olahraga."     

Seperti itulah yang ada di ingatan pria kurus. Meskipun dia merasakan ada yang aneh.     

Lan Anran masih bingung, kenapa Mo Jinrong menyuruh bawahannya untuk mengawasi dirinya? Kenapa dia tidak menyuruh bawahannya menangkapnya dan mengungkap identitasnya, tetapi dia tidak melakukannya, itu artinya pria itu masih belum yakin dengan identitas aslinya. Lan Anran merasa dirinya harus lebih berhati-hati lagi.     

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Lan Anran melihat nomor yang muncul di layar ponselnya adalah nomor asing. Lan Anran mengangkat telepon sambil mengerutkan alis.     

"Halo."     

"Anran, aku adalah pamannya Jinrong. Apakah besok kamu ada waktu luang? Paman ingin mengobrol denganmu mengenai masalah Jinrong." Mo Changwen berkata sambil tersenyum.     

Sudut bibirnya ditarik ke atas dan senyuman merekah di bibirnya yang merah.     

"Baiklah. Besok setelah pulang sekolah, kita bertemu di kafe." Lan Anran mematikan teleponnya. Di kehidupan sebelumnya, Mo Changwen menggunakan jalan pintas untuk menguasai kekayaan Grup Mo, dan dia berhasil menguasainya, yang mana di dalamnya juga ada jerih payahnya. Tapi kali ini dia tidak akan melepaskannya begitu saja.     

Di saat bersamaan, terdengar suara Lan Yanran dari luar.     

"Bu, kenapa Ibu sudah pulang?"     

"Ibumu ingin sekali pulang, dia bilang sudah terlalu lama tinggal di rumah sakit, dan sudah rindu pulang. Ayah lihat kondisi Ibumu sudah membaik, jadi ayah memutuskan agar Ibumu dirawat di rumah saja."     

"Bu, seharusnya Ibu memberitahuku, agar aku bisa menjemput Ibu pulang." Kata Lan Anran sambil memapah ibunya duduk.     

"Tidak usah. Kondisi Ibu sudah membaik. Beberapa hari istirahat di rumah, Ibu pasti akan sembuh lebih cepat, dibandingkan jika tinggal di rumah sakit."     

Li Yueru memandang sekeliling rumahnya. Walaupun sudah lama dia berada di rumah sakit, tetapi dia masih merasa suasana di rumah ini sangat familiar.     

"Ayah, Ibu, ada hal yang ingin aku sampaikan kepada kalian." Lan Yanran mendekati mereka dengan nada serius dia ingin menyampaikan sesuatu.     

"Kenapa kamu terlihat begitu serius. Apakah tentang pacar?" Tanya Li Yueru dengan nada bercanda.     

"Bukan. Aku mendaftarkan diri menjadi calon artis pendatang baru di Perusahaan Entertainment Luo Tian." Lan Yanran menunduk, takut kedua orang tuanya akan memarahinya karena mendaftar tanpa meminta izin dulu dengan mereka.     

"Apa? Yanran, Ibu tahu keinginanmu menjadi artis. Ibu sangat mendukung keinginanmu. Hanya saja menekmu…"     

"Yanran, Ayah juga mendukungmu. Yueru, aku sudah membicarakan hal ini dengan Anran, dan aku memutuskan untuk mendukungnya. Menjadi dokter bukan bidang yang bisa ditekuni Yanran. Tugas dokter adalah menyembuhkan pasien, kalau dipaksakan dia bisa membunuh pasien. Tidak perlu memikirkan tentangan ibu."     

Mendengar Lan Tingyun mendukung, membuat putranya bahagia.     

Li Yueru tidak menyangka suaminya bisa berlapang dada menerima dan mendukung impian anaknya. Suaminya sudah memutuskan, dia juga tidak bisa berkata apa-apa lagi.     

"Yanran, Ayah dan ibu sudah setuju dengan keputusanmu. Perusahaan Entertainment Luo Tian adalah perusahaan yang dipegang oleh Grup Mo. Ibu lihat kakak iparmu bukanlah orang yang sembarangan dalam mengambil keputusan. Anran, kamu juga harus banyak membantu adikmu ya."     

Li Yueru melihat wajah tampan anaknya, dia yakin Yanran bisa menjadi artis ternama.     

"Tenang saja, ayah, ibu. Aku sudah meminta bantuan Mo Jinrong untuk membimbing Yanran."     

"Anran, sekarang seberapa dekat kamu dengan Tuan Muda Mo?" Tanya Lan Tingyun.     

"Tuan Muda Mo menemui kakak seminggu 3 kali, pernah dia datang ke sekolah dengan mobil mewah, hingga menyebabkan kehebohan di sekolah."     

Lan Yanran yang menjawab duluan, dia kurang suka dengan kakak iparnya.     

Alasan utama dia kurang suka adalah dia malu memiliki kakak ipar yang buruk rupa. Dia dan kakaknya memiliki wajah yang rupawan, tiba-tiba kakaknya menikah dengan kakak ipar yang buruk rupa.     

"Anran, ini tidak boleh terjadi. Meskipun kalian sudah menikah, kamu masih sekolah. Kamu tetap harus menjalankan kewajibanmu sebagai siswa. Ibu tidak ingin kalian terlalu dekat, kalau sampai kamu hamil di usia belia, masa depanmu akan hancur."     

Li Yueru memberi peringatan.     

Wajah Lan Anran memerah. Dia awalnya duduk, kemudian dia bangkit kemudian berkata, "Ayah, Ibu, apa yang kalian bicarakan ini? Kenapa tiba-tiba membahas hal ini. Aku dan Mo Jinrong belum sejauh itu."     

Lalu seketika dia teringat ciuman pertamanya dengan Mo Jinrong saat berada di rumah keluarga Mo. Wajahnya langsung memerah.     

"Baguslah kalau belum. Walaupun kalian sudah menikah, tetapi kamu masih punya kewajiban menjadi siswa, jangan sampai kamu hamil dulu. Kamu sudah besar, harusnya sudah mengerti tentang hal ini." Kata Lan Tingyun dengan lembut."     

"Tidak akan terjadi hal seperti itu. Aku pergi ke dapur dulu ambil sup untuk ibu."     

Li Yueru dan Lan Tingyun di ruang tamu membahas tentang Nenek Lan dengan wajah sedih.     

"Suamiku. Bagaimana hubungan kita dengan ibu?"     

"Kita lihat saja nanti. Ibu tidak mungkin menyerah, tapi rumah sakit adalah milik kita, tidak semudah itu akan kita melepaskannya untuk orang lain. Masalahnya adalah dia ibuku, asalkan dia tidak berbuat keterlaluan, aku mau membaginya dengan ibuku, sebagai baktiku untuknya."     

Lan Tingyun memang anak yang berbakti. Bagaimana pun sikap ibunya terhadap dirinya, Zhao Xiumei tetap ibunya. Hubungan darah di antara mereka tidak bisa diputuskan.     

Lan Yanran hanya diam saja mendengarkan. Dia juga tahu neneknya tidak akan tinggal diam dan pasti sedang merencanakan sesuatu yang buruk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.