Istri Cantik-cantik Ganas

Hipnotis Tingkat Tinggi



Hipnotis Tingkat Tinggi

0Ketika Lan Anran kembali ke kelas, Zhao Xiaolei sudah menunggunya dengan tatapan yang menyeramkan.     
0

"Apakah pria itu menyukaimu?"     

Lan Anran susah untuk menjawabnya. Kalau dikatakan suka, sebenarnya dirinya yang lebih menyukai pria itu. Sedangkan kalau dibilang tidak suka tapi mereka sudah menikah. Ini pertanyaan yang sulit baginya.     

Lan Anran memilih menggelengkan kepalanya lalu dia duduk.     

"Anran, kenapa kamu tidak bilang kalau pria itu menyukaimu? Aku sampai malu."     

"Aku tidak tahu apakah dia menyukaiku atau tidak." Di kehidupan sebelumnya, Mo Jinrong menyukainya. Tetapi di kehidupan yang sekarang, dia tidak melihat Mo Jinrong menyukainya.     

"Kalau kamu sendiri, apakah kamu menyukainya?" Zhao Xiaolei berbalik bertanya kepadanya.     

Lagi-lagi Lan Anran menggelengkan kepala.     

"Bohong! Lihat, wajahmu memerah, jelas-jelas kamu menyukainya." Zhao Xiaolei menggodanya.     

Lan Anran berkata kepadanya, "Jangan keras-keras. Wajahku tidak memerah kok. Ini hanya karena cuacanya panas."     

Sun Hui yang berada di samping mereka merasa iri. Lan Anran, gadis yang cantik, pintar di bidang medis, dan ada pria tampan yang mencarinya. Jujur dia sangat mengagumi Lan Anran, hanya saja dia malu mengakui.     

Sekarang dia mulai khawatir, apakah dia bisa menang dalam kompetisi. Lan Anran adalah lawan yang kuat, kemungkinan besar gadis itu yang akan menang.     

...     

Waktu cepat sekali berlalu, tak terasa kompetisi medis tinggal satu hari lagi. Lan Yaxin belajar dengan guru yang ditunjuk oleh neneknya. Meskipun dia tidak jadi mencoba membuat ramuan obat penguat imun tubuh, tetapi dia sudah menggantinya dengan ramuan obat baru, yang pasti bisa mengalahkan peserta lain.     

Malam sebelum kompetisi, semua peserta harus sudah menyerahkan ramuan obat kepada panitia. Lan Yaxin sudah menyerahkan lebih awal.     

"Yaxin, kamu membuat ramuan obat apa?" Tanya Yang Qing.     

"Masih rahasia. Nanti kalian juga akan tahu." Kata Lan Yaxin.     

Tak lama kemudian, dia melihat Lan Anran menyerahkan ramuan obatnya kepada Bu guru Li Yue.     

Li Yue merasa ada yang aneh saat melihat ramuan obat Lan Anran, namun dia tidak mengatakannya, sudah tidak ada waktu lagi untuk menggantinya.     

"Kakak, kamu membuat ramuan obat apa?" Lan Yaxin bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, dengan memasang muka tebal dia bertanya kepada Lan Anran.     

Lan Anran berjalan melewatinya tanpa menanggapi pertanyaannya.     

'Menyebalkan! Dia tidak menjawabku!'     

Yang Qing di sampingnya mengejek, "Mentang-mentang peringkat satu, sekarang kamu sudah bersikap sombong."     

"Apa perkataanmu tidak keterlaluan?" Lan Anran menoleh ke arahnya kemudian dia pergi.     

"Cih! Apa hebatnya? Nanti kamu pasti menangis karena kalah." Kata Yang Qing.     

"Yang Qing, sebentar lagi kompetisi dimulai. Apa strategimu?" Tanya Gu Qiu yang berada di sampingnya. Dia tidak tahan melihat kesombongan Lan Anran.     

"Tentu saja. Tunggu saja, nanti Lan Anran pasti akan didiskualifikasi dari kompetisi ini." Yang Qing tersenyum.     

Gu Qiu penasaran strategi apa yang sedang direncanakan oleh Yang Qing. Dia juga tidak bertanya kepada Yang Qing, tunggu sampai tanggal mainnya, maka dia juga akan tahu.     

Lin Cheng setelah menyerahkan ramuan obat, dia menatap Lan Anran. Meskipun dia kesal kepada Lan Anran, tetapi sejak dia membaca blog yang ditulis oleh gadis itu, cara pandangnya mulai berubah. Dia menilai Lan Anran gadis yang sangat berbakat.     

Hari kompetisi pun tiba. Lin Cheng beruntung mendapat giliran berkompetisi sore harinya. Dia membuat ramuan obat untuk luka trauma.     

Di kompetisi medis ini, memakai tikus sebagai bahan percobaan untuk mengetahui reaksi ramuan obat yang dibuat para peserta. Setelah ramuan obat disuntikkan ke badan tikus, masih harus menunggu 2-3 hari untuk mengetahui hasilnya.      

Oleh karena itu, setelah Lin Cheng selesai menjelaskan komposisi yang terkandung dalam obat dan takaran obat, dia bisa langsung keluar.     

Para juri menilai dari hasil reaksi yang ditunjukan oleh tikus. Sebenarnya Lin Cheng tidak terlalu peduli pada nilai. Dia ikut kompetisi ini demi mencuri perhatian ayahnya. Kalau pun nilainya jelek maka ayahnya akan lebih memperhatikannya, dan itu membuatnya senang.     

Setelah keluar dari ruang kompetisi, dia melihat Lan Anran.     

"Kenapa kamu disini?" Lin Cheng terlihat penasaran.     

"Memperhatikan situasi ujian." Kata Lan Anran dengan santai.     

Kompetisi ini terhitung transparan karena dilaksanakan secara LIVE, dan ini termasuk acara besar dan penting di Rongcheng. Di luar ruangan, dipasang televisi besar untuk melihat para peserta yang sedang berkompetisi di dalam. Biasanya peserta lain melihat ke televisi itu untuk melihat kemampuan lawannya.     

"Jangan-jangan kamu takut?" Lin Cheng menebak sambil tertawa.     

Anran tidak menanggapinya lalu pergi.     

Dia sekarang punya masalah yang lebih penting. Orang-orang yang membuntutinya sudah membuatnya merasa kesal, dia mau bertanya apa yang sebenarnya terjadi.     

Lan Anran mengambil ponsel, lalu berkata dengan dingin.     

"Gendut, aku sudah menyuruhmu untuk menginterogasi orang yang membuntutiku. Apa sudah kamu lakukan?"     

"Orang yang membuntutimu? Oh maafkan aku, Bos, aku lupa."     

Si pria gendut sedang makan, jadi dari telepon bisa terdengar suaranya yang sedang makan.     

"Sudahlah! Yang kamu ingat hanya makan. Aku akan menginterogasinya sendiri."     

Lan Anran menutup telepon. Dia mengawasi orang yang membuntutinya, dan melihat ada seorang yang bertubuh kurus. Lan Anran diam-diam mendekatinya.     

Secara ajaib tubuh pria kurus itu tidak bisa digerakkan.      

Lan Anran menggunakan ilmu hipnotis tingkat tinggi, hanya dengan tatapan mata, orang itu langsung terhipnotis.     

"Katakan, siapa yang menyuruhmu membuntutiku?" Lan Anran bertanya sambil tersenyum.     

Pria kurus itu tidak bisa mengontrol perkataannya.     

"Mo Jinrong, dia bos kami yang menyuruh kami mengawasimu."     

"Mo Jinrong?"     

Lan Anran terkejut. Apakah— "Kenapa dia mau mengawasiku?"     

"Kami tidak tahu. Bos tidak mengatakan alasannya." Kata Si pria kurus sambil berkata pelan.     

Lalu Lan Anran mengambil koran dan memberikan kepada pria kurus itu. Seketika pria kurus itu kembali normal.     

"Terima kasih." Lan Anran mengangguk, lalu pergi.     

Si pria kurus merasa sepertinya terjadi sesuatu padanya, tetapi dia tidak bisa mengingatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.